2| Against

1.3K 120 1
                                    

Seokjin meletakkan P3K, mengambil kapas dan obat merah lalu menarik kasar wajah Yoongi "hyung! Sakit" Seokjin tidak menghiraukan pekikan Yoongi, pemuda itu marah karena perkataannya tidak didengar tau begitu ia tidak perlu menghabiskan tenaga untuk marah-marah

"3 juta sekali putaran hyung, mana mungkin aku menolak–akh hyung!"

Seokjin menekan luka Yoongi saat pemuda itu tidak berhenti bicara. Ia meletakkan kembali P3K kemudian membuat kopi–biar bagaimanapun Yoongi sudah dianggap seperti adiknya sendiri mana tega membiarkannya

"Terima kasih Seokjin hyung tampan" Seokjin tau itu nada sindiran, mana mungkin pemuda seperti Yoongi memuji orang terang-terangan

"Kau balapan tapi kenapa bibirmu yang luka?" Seokjin menyerngit heran

"Oh itu tadi ada orang mabuk yang tiba-tiba memukulku, lalu aku membalasnya dan yeah–kami bertengkar tapi untungnya Namjoon memisahkan kalau tidak pasti aku sudah mematahkan lehernya" Seokjin tak habis pikir, dasar pucat

"Mana uangnya?" Yoongi tersedak saat minum kopi kemudian meringis sakit karena lukanya terkena panas

"Hyung melarangku balapan, lalu kenapa malah minta hadiahnya?"

Seokjin mendecak "aku hanya ingin memeriksanya, siapa tau itu palsu"

Kali ini Yoongi yang mendelik "ey mana mungkin, mereka tidak pernah main-main soal hadiah" Seokjin mengangkat bahu acuh, menatap Yoongi lama hingga sang empu merasa risih

"Aku memang tampan, tapi tidak perlu se intens itu hyung–aduh" Seokjin memukul punggung Yoongi keras

"Kenapa sih pemuda sepertimu bisa jadi teman baikku?"

Yoongi mendelik "sepertimu bagaimana?"

"Ya–kau kan tau aku itu sering disebut pria idaman heran saja bisa punya teman mayat hidup sepertimu"

Yoongi menatap malas Seokjin, terserahlah

°°°

Yoongi membuka pintu tak niat, merintih saat menguap lupa dengan luka di sudut bibirnya

Pemuda itu berjalan tenang terkesan malas hingga atensinya melihat pria berumur bersama orang yang tidak dikenal. Yoongi memilih acuh tidak peduli siapa atau mengapa orang itu berada di rumahnya tapi kalau dilihat dari wajahnya sepertinya lebih muda darinya–mungkin SMP?SMA?

"Yoon" suara itu menghentikan langkahnya, bukan karena panggilan melainkan intonasi yang digunakan. Tidak biasanya ayahnya ini menggunakan intonasi lembut kalau bukan karena ada maunya

Yoongi menoleh malas melihat ayahnya melambaikan tangan memanggil. Pemuda itu mendecak kembali berbalik

Ia menatap datar seorang yang tersenyum menyapa kembali menatap ayahnya meminta penjelasan

"Namanya Jimin, dia akan tinggal disini sekarang"

Yoongi menatap pemuda yang bernama Jimin itu, menelisik dari atas sampai bawah kemudian terkekeh

"Aku tidak peduli kalau ayah menyukai gadis SMA sekalipun, tapi ini? Apa ayah menjadi gay sekarang?" Ucapan frontal itu membuat kedua orang disana mendelik kaget

Tuan Min refleks berdiri bersiap menampar Yoongi dengan kata-kata ngawurnya tapi ditahan mengingat ada Jimin

Pria yang lebih tua menghela nafas, anaknya ini tidak pernah memfilter kata apapun yang keluar dari mulutnya

"Dia adikmu Yoon"

Yoongi melotot, hell apa-apaan ini? Sejak kapan ia punya adik?

"Aku anak tunggal kalau kau lupa" jawab Yoongi

Tuan Min menutup matanya sekilas, pusing harus menjelaskan bagaimana kepada putranya ini

"Dengar Yoon, dia Park Jimin anak ayah jadi dia juga adikmu"

Mendengar marga 'Park' membuat Yoongi teringat dengan wanita yang pernah ia lihat bersama ayahnya. Ah apa ini anak wanita itu?

Yoongi menatap Jimin sekilas, tersenyum miring "aku tidak pernah punya adik, jadi dia bukan siapa-siapa ku, dan aku membenci apapun yang berhubungan dengan wanita itu terutama ANAK HARAM INI!!"

PLAK

Suara tamparan memekakkan telinga, Yoongi memejamkan mata merasakan panas di pipinya ia melirik ayahnya tajam kemudian berlalu tanpa sepatah katapun

Tuan Min mengusap wajahnya kasar, menatap punggung putranya yang mulai menghilang keluar rumah. Ia kembali menoleh ke arah Jimin yang kini menundukkan kepala, pria itu mengusap kepala Jimin menenangkan

"Maafkan hyungmu, dia memang sedikit kasar" Jimin mengangguk kecil menatap lantai–apa tinggal disini merupakan pilihan yang tepat? []

Aderphós ✔️Where stories live. Discover now