13. Tentang Dia dan Kisahnya.

63 7 0
                                    

Nirmala Arsyifa, nama yang begitu cantik untuk sosok guru yang begitu mencintai anak-anak, seperti dirinya. Tidak banyak yang tau kalau sejak ia mengajar di sekolah tempat Galuh menimba ilmu, gadis justru sangat ingin dekat dengan anak laki-laki yang begitu pandai mencuri perhatiannya itu. Bahkan Nirmala sangat ingin berkenalan langsung dengannya.

Dia begitu beruntung, dia selalu bersyukur dengan cara kerja semesta yang begitu luar biasa. Belum ada satu pekan ia mengajar, Galuh dengan sendirinya datang dan memintanya untuk menunggu.  Cara anak itu meminta bantuannya pun begitu menggemaskan. Seolah tak pernah peduli tentang situasi yang ada di sekitarnya.

Nirmala juga masih ingat bagaimana Galuh berbicara begitu santun, padahal mereka baru bertemu. Saat di dalam kelas, Galuh banyak diam, dia duduk seorang diri, bahkan teman-teman yang lainnya seolah menjauh. Rasa penasaran Nirmala selalu muncul setiap kali melihat Galuh duduk di tempatnya, padahal semua teman-temannya sedang bermain di luar kelas ketika jam istirahat.

Meski terasa asing, tapi detik telah memberi jawab atas semua pertanyaannya. Banyak hal yang ingin Nirmala tahu tentang Galuh. Sampai suatu ketika, anak itu memberanikan diri untuk bercerita, di mana saat itu, Ibnu datang terlambat untuk menjemputnya.

Awalnya Nirmala ragu, tapi anak itu justru meyakinkannya untuk tetap di sana. Percakapan mereka begitu menyenangkan, sampai suatu ketika Galuh menceritakan sedikit tentang bagaimana sosok adik laki-laki papanya begitu melekat di hati semua orang.

"Om aku." katanya, setelah memperlihatkan sebuah foto yang ia keluarkan dari dalam kotak pensil yang sudah tersimpan rapi di dalam tasnya.

"Namanya mirip sama kamu, manis." Galuh mengangguk, kemudian ia menatap kembali wajah Nirmala. Setelahnya ia kembali menunduk sambil mengusap foto mendiang Galuh, yang sengaja diambilnya saat ia berada di dalam kamar si pemilik.

"Kata Bunda, Om orang baik, Papa sama Om Nu, suka banget sama Om," ucapnya. Nirmala begitu bingung, terlihat jelas saat ia mencoba mendekatkan dirinya kemudian mengusap lengan anak itu saat ia merangkulnya.

"Papa sama Om kamu suka, maksudnya, sayang?" Tentu Galuh mengangguk, ia membenarkan ucapan Nirmala  karena apa yang dilihatnya memang benar, bahkan Fariz dan Ibnu akan berebut untuk bisa menempati kamar adik kesayangannya itu.  Biar Galuh masih kecil, anak itu sangat pandai berbicara, terkadang Elga harus ekstra hati-hati ketika menyampaikan sesuatu. 

Elga tidak akan pernah melarang siapapun untuk bermain bersama putranya, tapi tidak menutup kemungkinan untuk memberi peringatan pada mereka yang tidak taat peraturan.

"Gala kok sendiri? Om kamu belum jemput?" Galuh mendongak, saat Nirmala datang kemudian berjongkok untuk mensejajarkan tingginya. Di saat jam pelajaran berlangsung beberapa jam lalu, anak itu terlihat lebih murung dari biasanya. Bahkan saat jam istirahat, anak itu hanya menatap bekal makanan bergambar Pororo.

"Gal, kirain kamu belum keluar kelas, yuk kita ketemu Papa. Bunda kamu bilang, Papa udah bangun," sambar Irgi. Irgi berhenti tepat di hadapan Galuh, anak itu mendongak kemudian tersenyum sampai binar matanya terlihat begitu jelas.

"Papa udah bangun?" tanyanya memastikan kalau Irgi tidak seperti Ibnu yang suka berdusta padanya. Irgi pun berjongkok, kemudian mencubit pipi Galuh begitu gemas.

"Iya, Papa udah bangun, kita pergi sekarang?"

"Maaf, kalau saya boleh tahu, kamu siapa? Saya baru pertama melihat kamu," potong Nirmala. Irgi  menoleh, ia tak sadar kalau sejak tadi Galuh tidak sendiri.

"Bu Guru, kenalin, ini Om aku, Om Irgi."  Irgi selalu lupa, sifat itu benar-benar menurun pada Galuh. Anak kecil yang kini sudah berada dalam gendongannya.

JEJAK ASA (Selesai)✅Where stories live. Discover now