Enam belas

32K 5.5K 465
                                    

Happy Reading

Hari demi hari siswa kelas E semakin dibuat ketar-ketir. Mereka kira Miss Valentine memang berlagak, tapi nyatanya guru itu semakin menakutkan.

El yang memang ingin melihat sampai sejauh mana guru itu bertindak, mau tak mau harus segera melakukan sesuatu.

Sudah beberapa kali Miss Valentine melakukan hal yang diluar batas normal. Melempar pisau belati, misalnya. Itu sudah termasuk kejahatan bukan?

"I-ibu, jangan mainan pisau terus atuh," ujar Gibran tergagap setelah dirinya di lempar belati oleh Miss Valentine karena kedengaran mengobrol saat pelajaran berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I-ibu, jangan mainan pisau terus atuh," ujar Gibran tergagap setelah dirinya di lempar belati oleh Miss Valentine karena kedengaran mengobrol saat pelajaran berlangsung.

"Diam dan perhatikan pelajaran. Kamu boleh mengobrol kalau sudah pintar," sahut Gianna dengan nada tajam.

"Ini udah keterlaluan. Masa mainannya pisau. Itu udah mendekati kriminal," cetus El yang sudah benar-benar jengkel.

"Kenapa?" Gianna mengangkat sebelah alisnya. "Kamu takut sama pisau?"

"Siapa yang gak takut coba? Ibu main lempar-lempar aja! Kalau tadi kena kepalanya Gibran, dia bisa mati, Bu," seru Joseph jengah.

Gianna tersenyum miring. Kakinya melangkah pelan menuju bagian belakang kelas, mencabut belati kesayangannya yang tertancap di loker besi.

"Tapi gak kena, kan?" ujar Gianna santai seakan tak pernah merasa bersalah dengan perbuatannya.

Dalam hati Gianna sedang bersorak senang. Setelah sekian lama tak bermain dengan pisau, akhirnya dia bisa kembali melakukan hobinya. Untung saja permintaan yang ia ajukan pada kepala sekolah disanggupin dan disetujui.

Para siswa masih menggerutu. Pelajaran baru di mulai 15 menit yang lalu tapi mereka masih saja mengeluh dan mengomel dengan perbuatan Gianna yang sangat mengkhawatirkan.

Gianna menghela nafas. "Kalian sudah kelas dua belas. Harus lebih rajin belajar. Yang tidak mau belajar akan mendapat hukuman."

"Hukumannya apa?" Damian memutar kepalanya agar bisa menatap Gianna yang berdiri di belakang kelas.

Bukannya menjawab, Gianna malah tersenyum manis. "Rahasia."

"Gak adil banget sih!"

"Tau. Gue aduin bokap gue lah kalo kaya gini terus."

"Iya. Biar pada tau kelakuan Bu Valentine terus suruh minta pecat aja."

"Orang tua kita pasti gak mau kan anaknya di perlakuin kaya gini?"

"Bener. Gue mau aduin emak gue ntar."

Umpatan demi umpatan yang ditujukan untuk Gianna mulai beradu di dalam kelas. Ternyata para siswanya belum merasa takut, tapi malah sebaliknya.

Berusaha tetap tenang, Gianna kembali melangkah ke depan. "Sevarino!" panggil Gianna dengan tatapan yang masih lurus.

El yang merasa namanya terpanggil mengerutkan dahi karena merasa aneh dengan nama panggilan dari gurunya itu.

FOUR (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang