***

Ujian semester ganjil sebentar lagi. Meski nilai semester ganjil tak terlalu berpengaruh pada hasil kelulusan nanti, para siswa terutama siswa kelas duabelas diminta untuk lebih rajin meluangkan waktu untuk belajar.

Di mejanya, Gianna sedang memeriksa riwayat hasil ulangan dan kuis-kuis milik anak kelas E. Tidak ada yang memuaskan. Semua anak nilainya selalu dibawah KKM.

Gianna menghela nafas pelan. Jarinya mulai memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut setelah melihat nilai-nilai yang ditulis dengan tinta warna merah.

Sepertinya selama ini para guru memang masa bodo dengan anak kelas E. Baik kelakuannya maupun nilai yang mereka punya.

Gianna harus memutar otaknya lebih keras kali ini.

"Miss Val gak ke kelas?" teguran Bu Dianna - guru kimia - menyadarkan Gianna dari pikirannya.

"Oh!" Gianna melirik jam tangannya dan segera beranjak lalu berpamitan pada guru lainnya yang masih menunggu jam mengajar. "Saya pergi dulu, Bu."

Sesampainya di kelas E, Gianna menarik bibirnya samar melihat para siswa masih asyik sendiri dengan dunianya. Ternyata hal kemarin tak ada pengaruhnya sama sekali.

Baiklah. Gianna tak akan segan-segan lagi.

"Melanjutkan bab kemarin. I wanna you guys to make procedure text for making food or drink," ujar Gianna sembari berdiri di depan whiteboard dan mengedarkan pandangan.

Tak ada yang menanggapi ucapannya. Para siswa terlihat sibuk mengobrol dan memakan snack.

Menyungging senyuman, Gianna berjalan perlahan menuju meja Irish yang terlihat sedang asyik mengoles kutek di kuku lentiknya.

Sekarang semua mata mengarah pada Gianna dan Irish. Mereka penasaran apa yang akan terjadi kali ini.

"What are you doing, Irish?" tanya Gianna ramah.

"Gak bisa liat? Lagi kutekan lah!" jawab Irish jutek.

"Yang saya tanyakan, kenapa kamu asyik kutekan saat saya sedang mengajar?"

"Gak guna juga ibu ngajar!" ketus Irish lagi karena kegiatannya memakai kutek terganggu.

Gianna mengangguk-anggukan kepalanya paham. Kemudian di raihnya tangan kanan Irish yang kelima kukunya sudah tertutup kutek berwarna biru muda. Cantik.

"Beautiful," puji Gianna dengan senyuman mautnya.

Irish memicingkan mata, merasa tak nyaman karena Gianna mengelus jari-jarinya.

"Jari kamu lentik ya," Gianna memujinya lagi.

"Iyal-ARGGGHHHH!"

Irish berteriak saat merasakan sakit luar biasa pada jari telunjuknya setelah Gianna mematahkan tulang yang tumbuh di sana.

Sekali lagi, para siswa dibuat terperangah dengan aksi kasar guru mereka.

"IBU APA-APAAN SIH!" bentak Irish tak terima. Dia masih meringis menahan sakit di jemarinya.

"Kenapa? Sakit?" Gianna mengangkat sudut bibirnya.

"GILA NIH GURU! BRENG-ARGHH!"

Belum selesai Irish mengumpat, rambutnya ditarik dengan kuat hingga kepalanya mendongak.

"IBU GILA YA? MAIN KASAR SAMA MURID!" teriak Gabby yang duduk di sebelah Irish.

"Oh ya? Bukannya kalian juga suka main kasar?"

FOUR (Selesai)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora