"Pergi dari sini!"

     Dunia Allura seakan terhenti. Matanya memanas menahan tangis. Semua yang ada di mading memang benar, tapi itu tidak seperti dugaan mereka.

     "Apa-apaan nih?!" Pekik Ari emosi.

     "Apa-apaan gimana? Jelas-jelas teman lo itu kegatelan!" Ucap seorang siswi yang diangguki oleh teman disebelahnya.

     "Tu lah. Berani banget tinggal serumah dengan Givano. Atau jangan-jangan lo berdua..."

     Plak!

     "JAGA OMONGAN LO!" Pekik Givano emosi setelah menampar gadis yang menghina Allura sehingga suasana menjadi tegang seketika.

     Tanpa pikir panjang, Givano, Adit, Paula, Ari, Alan, Kai, Vani, Evans, bahkan Adelard mencabut mading tentang gosip itu dengan emosi. Mereka tidak terima jika sahabat mereka di hina.

     "Ayna!"

     "Lur! Lo mau ke mana?"

     Semua orang menatap Allura yang pergi menjauhi mereka. Air mata gadis itu tumpah membentuk anak sungai di pipinya.

     "Cabutin semua mading soal gosip ini. Sama hubungi bokap gue. Bilang soal ini. Biar bokap gue klarifikasi. Kalau gue jelas mereka nggak bakalan percaya," bisik Givano pada Adelard yang diangguki oleh lelaki itu.

     Setelahnya, Givano melangkahkan kakinya mengejar Allura. Cowok itu benar-benar khawatir dengan keadaan gadis itu. Shock, takut, dan sedih, semuanya pasti bercampur aduk di dalam perasaan sahabatnya itu.

               ***

     Krek!

     Givano membuka pintu rooftop. Terlihat seorang gadis duduk bersandar pada dinding rooftop sambil menangis tersedu-sedu sembari menutup matanya dengan kedua lututnya.

     "Ayna."

     Grep!

     Givano menarik gadis itu ke pelukannya. Berusaha menenangkan. Hatinya tak sanggup melihat sang sahabat menangis apalagi karena dirinya.

     "Hik... hiks... Enzi hiks," gadis itu membalas pelukan Givano dan menangis sepuasnya.

     Setelah merasa cukup tenang, Givano melepaskan pelukannya. Dilihatnya Allura intens, gadis itu sudah cukup membaik.

     "Enzi."

     "Ya?"

     "Apa Ayna cari kerja aja terus cari tempat kos di sini?" Tanya Allura meminta persetujuan.

     "Jangan pernah bicara soal kerja! Tugas kamu belajar! Gapai cita-cita kamu!"

     "Tapi Ayna nggak mau nyusahin Enzi, mama Laura, sama papa Vino."

     "Jangan pernah berpikir kalau kamu nyusahin aku!" Givano membalas perkataan Allura dengan sedikit membentak gadis itu.

     Allura menatap Givano dengan mata berkaca-kaca. Givano yang menyadari perbuatannya langsung menarik gadis itu ke pelukannya kembali.

     "Sorry," ucap Givano lirih.

     "Hiks... hiks... Enzi jangan bentak Ayna hiks... Ayna takut," lirih gadis itu.

     "Maaf. Aku janji nggak bakalan bentak kamu lagi. Maaf."

               ***

     Sementara itu, di parkiran SMA Harapan Indah, terlihat sepasang suami istri dan seorang remaja berusia 18 tahun turun dari sebuah mobil mewah. Banyak pasang mata menatap mereka. Siapa yang tidak mengenal keluarga Lewis? Sang donatur terbesar di sekolah mereka sekaligus salah satu konglomerat di Jakarta.

AlGiv: 1 JanuariWhere stories live. Discover now