Sergio

131 79 39
                                    

     Givano, Allura, Ari, Alan, Paula, Adit, Vani, Kai, Evans, dan Adelard sudah selesai mereka tugas drama mereka dengan beberapa bantuan dari Alluna. Barang-barang yang digunakan sudah di letak di gudang. Eh jangan salah! Namanya aja yang gudang, tapi isinya amat sangat bersih dan teratur. Banyak barang-barang berharga di sana. Jika ditanya kenapa tidak dikembalikan ke kamar Allura, jawabannya adalah karena Givano melarang. Lelaki itu tidak mau kamar gadis itu berantakan hanya karena peralatan sebanyak itu.

     "Givan, Lur, Lun, gue boleh nanya satu hal nggak?" Givano, Allura, dan Alluna menoleh ke Vani.

     "Apa?" Tanya mereka bertiga serentak.

     "Cita-cita lo bertiga mau jadi artis?" Tanya Vani yang mendapat gelengan dari Givano, Allura, dan Alluna.

     "Terus kok lo bertiga aktingnya bagus banget?" Tanya Evans yang ikut-ikutan bingung.

     "Ayna sama Luna jago akting tu karena bakat bawaan dari mommy. Sementara gue bisa karena sering dilatih sama Ayna. Tau sendirilah Ayna versi sutradara gimana," jelas Givano membuat yang lainnya ber 'oh' ria.

     "Jadi nyokap lo berdua jago akting?" Allura dan Alluna lagi-lagi mengangguk.

     "Mommy emang jago banget aktingnya. Sampai-sampai turun ke kita. Cuma Luna aja yang kurang minat walaupun jago sih kata orang-orang yang lihat. Beda sama kak Lura yang emang minat banget sama dunia perfilman. Sampai-sampai semua peralatan buat buat film dibeli buat kak Lura. Tapi ketimbang jadi artis kak Lura lebih kepingin jadi sutradara," jelas Alluna panjang lebar.

     "Btw tu videonya udah siap?" Tanya Alan pada Givano dan Allura yang lagi mengutak-atik laptop mereka untuk mengedit video drama mereka.

     "Dikit lagi. Mau lihat?" Tawar Allura.

     Semua orang yang ada di sana merapat. Melihat hasil drama mereka. Ibarat menonton film layar lebar. Drama mereka terlihat sangat memuaskan.

     "Keren banget guys!" Pekik Paula tertahan.

     "Luar biasa Lur! Nggak nyangka gue lo se-ahli ini dalam dunia perfilman," kagum Adit.

     "Kak Lura aja nih yang dipuji? Perasaan Luna yang nggak kelompok ini bantuin juga loh," ucap Alluna membuat mereka semua menoleh ke gadis itu.

     "Makasih ya Alluna," pekik mereka semua.

     "Wih! Ramai," semua menoleh ke seorang pemuda yang baru saja datang ke halaman belakang.

     "Bang Gio?!" Kaget semua orang yang ada di sana kecuali Ari, Vani, dan Paula.

***

     Beberapa menit yang lalu, terlihat seorang lelaki berusia 18 tahun. Perlahan tapi pasti, lelaki itu melangkahkan kakinya menuju rumah keluarga Lewis.

     "Assalamualaikum," ucap lelaki itu.

     "Eh! Sepi," batin cowok itu.

     Samar-samar terdengar suara di halaman belakang. Langkah kakinya melangkah menuju halaman belakang. Terlihat Givano, Allura, dan Alluna bersama teman-teman mereka.

     "Wih! Ramai," ucap cowok itu membuat semua orang menoleh padanya.

     "Bang Gio?!" Kaget semua orang yang ada di sana kecuali Ari, Vani, dan Paula.

     Lelaki itu adalah Sergio Alterio Lewis. Sepupu satu-satunya Givano. Sergio juga dekat sama Allura, dan Alluna karena mereka tetanggaan di Dumai.

     "Eh! Ada degem-degem," ucap Sergio tiba-tiba.

     "Kok kau bisa di sini?" Tanya Givano mengubah gaya bahasanya menjadi aku-kau. Gaya bahasa yang biasa digunakan orang-orang di Dumai ketika berbicara dengan teman mereka.

AlGiv: 1 JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang