Epilog

17.7K 1.5K 423
                                    

Alhamdulillah akhirnya cerita selesai juga. Terimkasih banyak buat kalian semua yang sudah meramaikan cerita ini dari awal sampai akhir. Semoga ekstra partnya cepat menyusul.

Apakah yang akan terjadi di part ini jrengg.... Jreng...

Selamat membaca, dan jangan lupa baca Al Qur'an.

***

Bersama pak Bonari, satu keluarga itu memutuskan makan malam di sebuah restoran cepat saji.

"Bapak sama ibu kenapa mengira Gavin sudah meninggal?" tanyanya sambil menggigit daging yang tertancap pada garpu.

"Saat bapak datang ke Jakarta, ada tetangga kos yang bilang bahwa anak yang tinggal di kamar kamu sudah meninggal," jawab ayahnya.

"Itu teman Gavin, Pak." Wajah Gavin berubah sendu saat mengingat teman satu kamarnya yang malang itu.

Mundasri belum ikut makan, tangan rentanya masih mengusap-usap punggung Gavin. Memandangi wajah sang putra lekat-lekat, dengan sorot rindu dari kedua matanya.

"Karena itulah bapakmu pulang, dan berhenti mencari kamu. Kami semua menganggap kamu sudah meninggal, semua orang yang dekat sama kamu merasa kehilangan dan menyayangkan hal itu," ucap Mundasri sambil melirik ke arah suaminya dengan mata berkaca-kaca.

"Andai Bapak terus mencari kamu di Jakarta, mungkin kamu tidak akan jadi gelandangan di bawah kolong jembatan." Raffi, meneguk minumannya.

Pak Bonari malah tertawa. "Mungkin itu takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan. Kalau Gavin tidak menjadi gelandangan, bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gavin tersenyum, kemudian menoleh ke arah Aisya yang melahap daging sapi dengan lahap. Sampai mulutnya belepotan saus.

"Teman-teman kamu juga semuanya sedih mendengar berita buruk itu, tapi Nak Def terus menyemangati mereka agar tetap tegar dan jangan terlalu larut dalam kesedihan. Dia juga memotivasi teman-temannya agar berusaha meraih kesuksesan. Demi kamu. Kata Def 'kamu boleh meninggal, tapi tidak dengan mimpi-mimpimu'."

Gavin terenyuh mendengar cerita ibunya. "Def sampai bilang kayak gitu?"

Ibunya mengangguk.

"Ya ampun, Def." Mulut Gavin menganga, takjub. Lalu, terkekeh. "Gimana sekarang ya kabar mereka?"

Kini ibunya mulai melahap makanannya, dengan sorot mata yang tidak mau beralih dari wajah Gavin sedikitpun. "Def sudah lama keluar dari penjara, kelakuannya masih sama kayak dulu, lucu."

Gavin tertawa dengan raut wajah penuh kerinduan. "Kerja apa sekarang dia Bu?"

"Denger-denger dia terpilih menjadi salah satu aktor yang akan membintangi film layar lebar, setelah ikut casting beberapa kali."

"Wah, cocok kalau Def menjadi artis." Gavin tampak antusias.

"Kalau Raffa jadi arsitek. Dia sekarang lagi menyelesaikan study di Universitas New York," jelas ibunya.

"Mantap, kalau Rifki, Bu?"

"Anak itu jadi jurnalis, dia yang menyuguhkan berita-berita berkualitas tentang kehebatan orang-orang Indonesia."

TAFIA'S TEARSWhere stories live. Discover now