Chapter 12: Rejected

94 3 0
                                    

Gibran memasuki kantor dengan wajah tertekuk. Ia berdiam diri sejenak di meja kerjanya. 

'Rupanya aku memiliki saingan untuk mendapatkan Clarissa.'

Sesaat kemudian ia menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya.

"Fendi, Segera cari tahu segala hal mengenai Danish Adelio. Aku ingin hasil secepatnya! Periksa segala detail terkecil darinya, jangan sampai melewatkan apapun."

"..."

"Ah satu lagi, cari tahu juga mengenai Altezza. Mengenai apa yang ia kejar saat ini. Laki-laki ambisius sepertinya tidak mungkin tak memiliki apapun untuk dikejar."

***

Seorang wanita tampak turun dari mobil berwarna merah terang di depan kantor tempat Danish bekerja, ia melepas kacamata hitamnya dan mulai memasuki ruangan.

"Selamat siang, kami dari Giuztizia Lawfirm. Apakah ada yang bisa kami bantu nona?" ucap salah satu resepsionis kepada perempuan yang tidak lain merupakan Myesha.

"Bisakah aku bertemu dengan Danish Adelio? Ia bekerja disini. Saya adalah teman dekatnya." Jawab Myesha.

Resepsionis itupun memintanya menunggu sembari memeriksa ke tempat Danish. Setelah beberapa saat sang resepsionis pun akhirnya mengatakan bahwa Danish untuk saat ini sedang tidak bekerja dari kantor. 

"Hah? Bagaimana isa? setahuku ia pengacara di sini. Jika ia tidak bekerja di kantor lantas dimana ia saat ini bekerja?"

"Untuk hal itu kami kurang tahu, nona. Pak Danish saat ini sedang menangani kasus yang sangat beresiko. Atasan kami ingin menolak kasus terseut, namun karena pak Danish kekeh ingin menyelesaikannya akhirnya atasan kami memperbolehkan ia menangani kasus tersebut. dengan catatan selama kasus tersebut belum diputus, beliau harus bekerja dari luar kantor."

Akhirnya Myesha pun memberanikan diri untuk mendatangi Danish ke rumahnya. Bagaimanapun ia ingin hubungan mereka terjalin kembali secepat mungkin. Terlebih saat melihat bagaimana tatapan perhatian yang Danish tunjukkan pada Clarissa malam dimana mereka bertemu. 

Ia takut Danish akan berpaling ke arah Clarissa dan berbalik meninggalkannya. Myesha mencintai Danish sejak dulu, ia menolak bertunangan dengannya bukan karena ia tidak mencintai Danish. Tapi karena karirnya sedang menuju ke puncak. Ia tidak ingin kehilangan momen untuk meraih impiannya, membuatnya merasa pantas bersanding dengan Danish, sekaligus membuat ayah kandungnya menyesal telah menceraikan ibunya begitu tahu bahwa ibunya tidak pernah mencintai ayahnya. 

Beruntung sekali Myesha, bertepatan dengan ia sampai di rumah Danish, Danish juga baru sampai dan akan memasuki rumahnya. 

"Danish, wait" Ucap Myesha sembari menahan tangan Danish. 

Danish yang terkejut akhirnya berbalik dan melihat Myesha yang menghentikan langkahnya. 

"Aku perlu bicara denganmu, bisakah kamu memberi waktu untukku sebentar?" Lanjut Myesha dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. 

Mereka pun menuju ke halaman depan dan duduk di kursi yang disediakan disana. 

"Aku tadi mengunjungimu ke kantor, tapi mereka bilang kamu saat ini sedang bekerja di luar kantor. Tapi yang kulihat sepertinya kamu baru pulang ke rumah. Jadi dimana kamu mengerjakan pekerjaanmu Danish?" Tanya Myesha. 

"Tidak perlu berbasa-basi Eca, dimanapun aku bekerja bukan juga urusanmu. Jadi katakan apa tujuanmu datang kemari dan menghilangkan rasa malumu?" Ucap Danish. 

"Haah.. Aku hanya khawatir denganmu Danish, apakah itu salah?" Jawa Myesha.

"Jika kau datang kesini dengan menghilangkan urat malumu hanya untuk menanyakan pertanyaan seperti ini, lebih baik kamu pulang Ca." Ucap Danish semari hendak berdiri namun tiba-tiba Myesha menahan tangannya. 

Designed for you, my LawyerWhere stories live. Discover now