2. Saya... Tunangannya

10.2K 622 11
                                    

Danisa kini sedang berhadapan dengan seorang polisi yang menangani kasus orang hilang, polisi dengan tatapan mata meneduhkan dan senyum manis itu memandang Danisa yang masih tetap bungkam setelah beberapa menit berlalu.

"Kalau boleh tahu ada keperluan apa ibu kemari?" tanya polisi dengan nama Jefri Omar itu pada Danisa.

"Begini. Sebenarnya saya mau lapor orang hilang, cuman..." Danisa berucap dengan ragu, pasalnya setelah berada tepat di kantor polisi kewarasannya kembali 75%.

"Cuman?" Jefri bingung, dia baru melihat pelapor yang ingin melaporkan tentang hilangnya seseorang dengan ragu-ragu. Biasanya seseorang yang datang padanya selalu panik dan menangis histeris meminta bantuannya, tapi ini?

"Kalau semisalnya orang itu nggak tahu kemana dan udah dua bulan nggak ada kabar apa masih bisa dilaporkan dengan status orang hilang?"

"Ibu harus pastikan dulu ke pihak keluarga atau tetangga terdekat, apa orang yang ibu cari benar-benar tidak diketahui keberadaannya. Atau, ibu bisa tanyakan pada orang-orang yang terakhir ditemui oleh beliau sebelum akhirnya dinyatakan menghilang."

"Tapi setahu saya keluarganya nggak tinggal di sini, dia tinggal sendirian dan..."

"Kalau begitu saya dan dua orang teman saya akan membantu mencari. Tapi sebelum itu, apa hubungan ibu dengan seseorang yang ibu cari?"

"saya..."

Di tempat lain, seorang anak laki-laki sedang memainkan ponselnya dengan asik, bermain game online tanpa memperdulikan di mana dirinya berada sekarang.

"Zaidan, kamu nggak bosen apa main game terus? Mommy takutnya nanti mata kamu rusak."

Wanita setengah baya yang duduk di sebelah kiri remaja bernama Zaidan itu berucap dengan nada khawatir, membuat sang anak berhenti bermain game dan meletakkan ponselnya di meja.

Anak dan ibu itu sedang berada di ruang keluarga sembari menikmati acara tv dengan secangkir teh hangat, Zaidan menatap lekat pada sang mommy yang matanya masih terfokus pada layar televisi.

Zaidan adalah remaja 18 tahun yang akan baru saja melakukan acara graduation.

"Kenapa sih mommy ngotot banget suruh Zaidan tinggal dan kuliah di tempat kak Zayyan? Kenapa nggak kirim keluar negri aja sekalian?"

"Kalau kamu ikut kak Zayyan, otomatis kakakmu itu nggak kesepian lagi. Nggak kasian kamu liat kak Zayyan sendirian di Makassar? Keluarga aja nggak ada di sana."

Zaidan mengambil remot tv dan mengganti channel ke saluran berita.

"Kenapa nggak minta kak Zayyan cari calon istri di sana aja sih, biar nggak repot harus ke sana."

"Yuda Zayyan Xander, CEO perusahaan jasa transportasi udara Taksa Xander airlines dikabarkan menghilang. Diketahui laporan itu dibuat oleh seorang wanita yang mengaku sebagai tunangan Yuda Zayyan Xander, sampai saat ini belum ada konfirmasi dari pihak perusahaan terkait berita tersebut."


Uhuk! Uhuk!

Jihan terbatuk akibat tersedak teh hangat yang ia minum setelah mendengar berita tentang putra tertuanya yang secara tiba-tiba mempublikasikan hubungan percintaannya dengan seorang wanita. Tidak, bukan Zayyan yang melakukannya tapi wanita itu yang tidak lain adalah Danisa Zea Ettan Malik.

"Aduh mati aku, harusnya aku nggak ngomong kaya gitu di kantor polisi tadi. Ah gimana ini?" Danisa mengeluh dengan tangan menjambak rambut sebahunya sebagai pelampiasan.

"Mau bagaimana lagi, udah terjadi juga, 'kan?" Rayana tampak tenang, dia tak bisa melakukan apapun demi membantu Danisa karena mengingat berita itu mungkin sudah sampai ditelinga sang dosen.

"Aku bisa digantung di pohon pisang ini sama pak Yuda!"

"Kamu sih, aku dari kemarin udah wanti-wanti yah Nis. Tapi kamu malah bertindak di luar akal sehat."

"Yah aku cuman termotifasi sama ceritanya Aera adik tingkat kita, siapa tahu ajakan pak Yuda juga hilang diculik orang?"

"Mana mungkin pak Yuda diculik? Yang ada dia yang bakal nyulik kamu nanti!"

"Rayana mah cuman bisa bikin takut! Kasih solusi gitu apa gitu? Udah tau ini takut malah di tambah takutin."

"Tunggu aja, paling bentar lagi kamu dipanggil ke kantor polisi karena buat laporan palsu," Rayana menggeleng pelan membuat Danisa menghela nafas panjang sebagai respon, dia kemudian menjatuhkan kepalanya di meja restoran.

***

Seorang pria dewasa dengan pakaian rapih khas kantor itu memasuki rumah dengan tas yang ia tenteng di tangan kanan, dia masuk ke dalam rumah dengan diam membuat kedua orang tuanya yang berada di ruang tamu mengamatinya dengan seksama.

"Ekhm! Aduh tenggorokan Idan serak," keluh Zaidan yang juga melihat keberadaan pria dengan tatapan tajam dan wajah tampan itu masuk ke dalam rumah tanpa memberi salam atau menyapa penghuni rumah.

"Assalamualaikum Zayyan!" tegur sang mommy sedikit kesal, karena kebiasaan putrannya yang tidak ia sukai itu masih terus terbawa hingga saat ini.

"Waalaikumsalam," jawab Zayyan tanpa rasa bersalah, Zaidan yang mendengar jawaban kakaknya itu tak mampu lagi menahan tawa.

"Haha... Kak Zayyan tuh emang nggak peka yah, Parah sih!" ledek Zaidan tapi Zayyan hanya melewatinya begitu saja dengan wajah datar dan tatapan mata yang tajam.

"Serem banget sih tuh om-om," guman Zaidan setelah dirinya duduk di sebelah sang daddy.

"Kakak mu tuh Idan," tegur Wistara pada sibungsu.

"Anak daddy tuh."

Zayyan berlalu begitu saja tanpa meladeni mereka, pria itu memilih pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri lalu bergabung dengan mereka kembali dengan pakaian yang lebih santai.

Percakapan berisik di meja makan tadi berubah menjadi sebuah keheningan setelah kehadiran Zayyan di sana, dengan kaos hitam polos dan celana selutut Zayyan terlihat 10 tahun lebih muda dan terlihat masih tampan walau umur sudah kepala tiga.

"Bagaimana di kantor?" tanya Wistara pada putranya itu untuk menghentikan keheningan yang terjadi sebelum Zaidan mengeluh.

"Semuanya udah kembali normal, senin nanti aku ke Makassar lagi."

"Kenapa kamu nggak menetap di sini aja, nggak capek apa kamu bolak balik Jakarta-Makassar tiap minggu?" saran Jihan tapi Zayyan tidak menanggapinya.

"Kalau kakak ada masalah jangan suka ngilang nggak ada kabar, kasian kan tunangan kakak nyariin sampai lapor polisi segala," ucap Zaidan enteng.

Uhuk! Uhuk!

Zayyan yang baru saja menelan nasi yang disuapnya ke mulut hampir saja kembali keluar setelah mendengar ucapan Zaidan yang ngawur itu.

"Kenapa nggak pernah ngomong sih sama mommy kalau ternyata ada perempuan yang bikin kamu betah tinggal di sana?" tanya Jihan.

"Kamu sudah tunangan tanpa sepengetahuan keluargamu Zayyan?" Kata Wistara yang terdengar seperti sindiran.

"Zaidan kalau bicara jangan sembarangan kamu!" kecam Zayyan dengan mata menatap lurus ke depan di mana Zaidan berada tepat di sebrang meja.

"Aku liat...

Drtt..Drtt

Getaran pada ponsel Zayyan menghentikan ucapan Zaidan, pria itu kemudian berdiri dan meninggalkan meja makan untuk menerima telpon dari seseorang.

"Maaf mengganggu waktu malam anda pak, berita tentang anda ramai di media. Apa tidak sebaiknya anda..." belum selesai orang di telpon itu menjelaskan Zayyan kemudian menyela.

"Berita tentang apa?" ucapnya dingin membuat orang di sebrang saluran merasa takut bahkan hanya untuk bicara saja dia kesulitan.

"B-berita tentang anda yang di laporkan menghilang oleh tunangan and..."

"APA? TUNANGAN?!!" suara berat Zayyan menggema di seluruh ruang tamu bersamaan dengan ekspresi terkejut yang tak dapat disembunyikannya.

Wedding AccidentWhere stories live. Discover now