Prolog

66 4 0
                                    

"Dok, bagaimana hasilnya?" tanya Aldi, kakek Richa.

"Puji Tuhan, dia berhasil melewati masa operasi. Hanya saja, sekarang dia hidup dengan satu ginjal saja, juga sekarang dia tengah beristirahat." Dokter itu menjawab.

Aldi mengusap wajahnya. "Alhamdulillah. Apakah kita sudah diperbolehkan untuk masuk?"

"Tentunya. Cucu kalian luar biasa hebat. Padahal, dia perempuan dan masih berusia 17 tahun, tetapi mampu sekuat itu untuk untuk tetap bertahan."

"Makasih, Dok."

"Sama-sama. Kalau begitu, saya pamit terlebih dahulu." Dokter itu melengos pergi.

Aldi bersama sang istri-Iris-langsung masuk ke ruangan tempat Richa dirawat. Setetes air mata jatuh tanpa diminta. Aldi tak menyangka jika cucunya ini bisa sekuat itu untuk tetap bertahan. Sebelumnya Aldi selalu pesimis akan hasil akhir, namun Iris membuatnya harus tetap optimis.

Vidi-kakak Richa-mengikuti sang kakek dari belakang. Juga bersama sahabat-sahabat Richa yang diantaranya ada Kenzo, Dimas, dan Devina.

"Terima kasih sudah bertahan sampai sejauh ini. Kakek bangga terhadapmu, Cha. Maaf, kakek tak bisa membuat anak kakek sebaik yang kamu kira. Maaf jika perjuanganmu harus berimbas tak baik." Aldi mengecup punggung tangan Richa.

Iris yang sudah tak sanggup menahan tangisnya mendekap erat tubuh Aldi, lalu menumpahkan semuanya kepada suaminya itu.

"Kek, boleh enggak keluar sebentar? Aku sama sahabat-sahabat Richa mau berbincang sedikit."

Aldi mengangguk. Aldi membawa Iris ke luar ruangan. Aldi mengelap jejak setetes air mata tadi terlebih dahulu sebelum menenangkan Iris.

"Gue tahu ini enggak mudah, tetapi lo melewati semua itu dengan indah. Selamat Cha! Perjuangan lo berbuah baik. Gue bangga bisa jadi sahabat lo," ujar Devina.

"Cha ... Ini gue, abang kesayangan lo. Lo tahu enggak sih seberapa khawatirnya gue selama lo berjuang? Gue selalu berdoa kepada Tuhan agar Tuhan kasih gue kesempatan buat jadi abang terbaik lo sebelum lo berada di sisi-Nya. Maaf, gue selalu overthingking lo menyerah. Gue benar-benar sayang, enggak ada satupun orang setelah mama, nenek, sama lo yang gue benar-benar sayang. Sekalipun dia, sahabat gue." Vidi berkata panjang lebar yang diakhiri kecupannya di kening Richa.

Kini, giliran Kenzo yang bersuara. Kenzo duduk di kursi sebelah ranjang tempat Richa tertidur. kemudian menggenggam kedua tangan Richa. "Habis ini, gue janji bakalan memprioritaskan lo lebih-lebih lagi. Makasih sudah bertahan." Kenzo mengangkat kedua tangan Richa, bibirnya ingin menyentuh punggung tangan Richa. Sayang, harus Kenzo urungkan karena...

"Heh! Enggak ada acara cium-ciuman! Udah cukup itu pegang tangan dia!"

Ketika Kenzo hendak berdiri, Kenzo merasakan pergerakan tangan Richa. Kenzo duduk kembali, menatap lekat pergerakan yang Richa lakukan.

"Jangan pergi," lirih Richa.

Kenzo, dan orang-orang disekitarnya sontak saling menatap. Apakah Richa tengah mengigau, atau memang sudah terbangun? Dalam hati, perasaan berbunga-bunga muncul. Jangan bilang ini untuknya?

Kenzo mengeratkan genggamannya. Tak lama kemudian dengkuran halus terdengar. Ah, ternyata itu hanyalah igauan.

🌻tBC🌻

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Apr 07 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Back Continue: SunflowerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora