HARI RAYA IDUL FITRI

29 3 0
                                    

Sabtu, 23 Mei 2020

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar..
Laa ilaha illallahu wallahu akbar ...
Allahu Akbar wa lillahil hamdu..

Terdengar suara takbir berkumandang di Masjid sebelah toko tempatku bekerja. 

Hari itu hari terakhir aku bekerja disebuah toko pakaian. Aku masih ingat, kala itu masih Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena wabah COVID-19. beberapa orang kurasa amat sangat tidak peduli, banyak sekali yang berkunjung ke toko tidak mau cuci tangan, ada yang tidak pakai masker dan sebagainya.

Tokonya cukup besar, bisa dibilang toko pakaian paling lengkap dan ternama didaerahku. Mulai dari pakaian anak hingga dewasa tersedia disini. Namun menurutku minusnya parkiran disini tidak cukup luas, kalau banyak pengunjung ya bisa sampai mengganggu lalu lintas di jalan raya. 

Disebelah kiri toko ada Masjid Agung. Masjid ini sangat bersejarah bagiku. Kenapa begitu, karena SMAku dekat sekali dan sebagian kegiatan belajar agama dilaksanakan dimasjid tersebut. 

Oh iya perkenalkan namaku Arisa Ayunda. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku memiliki kakak yang cantik, lebih cantik daripadaku. Tinggi Badanku 160cm, Berat Badanku 45kg. Ya aku memang kurus hehe. Aku memiliki rambut sebahu, kulitku sawo matang, bermata coklat dan memiliki gigi ginsul kesukaanku. Mmm.. meskipun kata dokter gigi itu gigi tidak normal tapi aku sangat menyukainya. 

Usiaku waktu itu menginjak 21 Tahun. Aku lulusan mahasiswa akuntansi disalah satu universitas ternama di kota tempat tinggalku. Aku berprofesi sebagai fotografer diacara-acara pernikahan. Bisa dibilang gak nyambung sama sekali sih dengan pendidikanku. Tapi mau gimana lagi, aku suka dan aku lebih suka melakukan apa yang aku suka.

Aku bekerja di toko pakaian karena selama bulan ramadhan toko membutuhkan karyawan sementara dan kebetulan aku tidak ada acara wedding, akhirnya aku memutuskan menjalani pekerjaan itu untuk menambah penghasilanku. 

---

"Sa ?" kata seseorang sambil menepuk pundakku. Aku yang sedang melayani pembelipun sontak terkejut.

"Iya, siapa ?" tanyaku kepada pria bertubuh tinggi dan berambut blonde. Kira-kira tingginya 175cm kurang lebih. Ia mengenakan hoodie hijau dan celana jeans warna hitam juga memakai masker sejenis duckbill berwarna hitam yang secara otomatis membuatku tak mengenalinya.

"Ini gue" jawabnya sambil membuka masker.

Ternyata dia adalah Dimas kenalanku dan sudah lost kontak hampir kurang lebih 3 tahun. Aku pernah dekat dengannya namun dulu aku menjauh karena ada suatu hal yang tidak bisa kuceritakan disini. 

"Oh elo Dim, kok lo ngenalin gue sih ? padahal gue pakai masker" kataku sambil tersenyum dan berjabat tangan. 

"Kenal dong masak gak kenal, besok lo mudik gak ?" tanyanya.

"Nggak dim kan PSBB gini jalur mana aja ditutup kan" 

"Oke gue besok mau silaturahmi kerumah lo, okay ! bye sa gue cabut dulu"

"dasar aneh" batinku 

Aku melihat dia pergi sambil membawa kantong belanjanya. Dia tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku. Akupun membalasnya. 

--

"Risa bangun ayok siap-siap ke masjid" terdengar bunda bicara diluar kamarku sambil mengetuk-ngetuk pintu. 

"Iya bunda" jawabku sambil merasakan nikmatnya meregangkan otot. Perlahan aku membuka mata dan melihat di layar ponselku ternyata sudah pukul 5.00 WIB.

Aku bergegas menuju kamar mandi. Kulihat Bunda sibuk untuk menyiapkan sarapan, umm.. wangi masakannya membuatku ingin langsung makan hehe. 

seusai bersiap-siap dan sarapan kami bergegas menuju masjid. Masjidnya tak jauh dari rumahku. Hanya tinggal jalan kaki kurang lebih 50 meter. 

Suasana pagi ini sungguh membuat hati terasa damai. Embun pagi yang masih menempel didedaunan, ditambah takbir yang berkumandang dan orang-orang yang mengenakan pakaian sholat dan bermasker mulai berdatangan untuk melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri berjamaah. 

--

Maka hari Raya sekarang ini kita berjanji kepada diri kita sendiri, bahwa sisa umur kita akan kita pergunakan untuk mengabdi kepada Allah untuk beramal saleh serta berbuat yang terbaik untuk Bangsa dan Tanah air. Semoga kita masih diperkenankan Allah untuk bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan. Amin.

Begitulah kurang lebih akhir kalimat khutbah yang kudengar waktu itu. Selesai berdoa, aku dan Bunda bergegas pulang. 

Sampainya dirumah aku meminta maaf kepada bunda atas segala kesalahan dan kenakalanku yang mungkin membuat bunda terusik baik aku sengaja maupun tidak. Begitupun bunda kepadaku, beliau juga meminta maaf kepadaku lalu mencium pipi kanan kiri dan keningku.

Tak lupa aku meminta maaf kepada ayahku melalui video call karena beliau yang sedang bekerja diluar kota dan tidak bisa pulang karena terdampak PSBB. Kakakku yang setelah menikah tinggal dengan suaminyapun juga tidak bisa berkunjung, ia merayakan Idul Fitri bersama suami, anak dan keluarga dari suaminya. Jadi tinggalah aku berdua dengan Bunda dirumah.

Adik-adik Bunda yang rumahnya tak jauh dari rumahku mulai berdatangan untuk saling bermaaf-maafan. Kami semua berkumpul, bersilaturahmi, bercanda tawa sembari menikmati segala macam hidangan yang sudah Bunda siapkan sedari dini hari. Mulai dari opor ayam, ketupat, rendang, bakso, soto ayam, sate ayam hingga es buah kesukaan sepupu-sepupuku yang amat sangat menggemaskan. 

tiiinggg.. 

kulihat sekilas di layar ponselku ada pesan dari nomor yang tak kukenal. Aku yang masih asyik menemani sepupuku bermainpun menghiraukannya. 

Satu persatu keluargaku berpamitan pulang, hingga akhirnya tersisa aku dan Bunda saja. Yang awalnya ramai suara tawa dan tangisan anak kecil, tiba-tiba berubah jadi hening. Kulihat ibu tertidur diruang tengah dengan ditemani TV yang masih menyala. Kurasa Bunda kecapean.

Aku membereskan sampah dan mencuci piring-piring kotor sisa acara tadi. Setelah beres aku menuju kamarku untuk merebahkan punggungku. Nikmat mana lagi yang kau dustakan ? hihi. 

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB. ku baca pesan yang kudapat dari nomor tak dikenal tadi. 

tertulis, 

Gue Dimas mau kerumah lo 

Aku terkejut keheranan, kenapa dia bisa punya nomor ponselku dan juga tumben banget, baru pertama kali itu Dimas bilang mau kerumahku. Halah mungkin bercanda, batinku. 

KUKIRA BENCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang