"Sa-sayang, kamu kenapa? Sakit lagi kepalanya?" Zaki hendak menyentuh perempuan itu, namun Dea menahan Zaki untuk tidak menyentuhnya.

"ARRGH, SA-SAKIT" jerit Dea

"Kita kerumah sakit, oke" ajak Zaki panik.

Dea menggeleng tidak mau, dea mencoba memaksa diri untuk mengingat semuanya walau harus melawan dan menahan sakit yang amat besar.
Sebelum kekantor, Dea sempat membersihkan ruang kerja milik Zaki, dan tak sengaja ia menemukan foto masa kecil Zaki yang berada didalam laci tersebut dengan gadis cantik, ya gadis itu adalah dirinya.

Disaat itu pula Dea langsung diserang sakit kepala yang amat sakit seperti dihantam, Dea kesakitan sendiri, ia ingin menelfon Zaki, namun ia urungkan, Dea ingin mengingat dulu sebelum memastikan. Ketika sedikit reda, Dea langsung pergi kekantor untuk bertanya lebih jelas lagi, Dea yakin, Zaki tau tentang dirinya, terlebih lagi difoto itu ada dirinya.

"Jawab zak, kamu tau tentang aku kan?" Lirih Dea menatap sendu kearah cowok itu.

"Itu foto aku, dan- dan cowok itu pasti kamu kan?"

"Zak.. kenapa kamu sembunyiin semuanya dari aku? Kenapa kamu diam saja disaat aku butuh ingatan aku pulih?"

"Jawab zak, jangan diem aja"

Zaki mematung ditempatnya, Zaki ingin menjelaskan semuanya tapi, jika itu menyakiti Dea, Zaki tidak bisa, hatinya tidak tega melihat dea kesakitan seperti sekarang.

"Jangan dipaksa, pliis. Kamu tenang dulu, kamu kesakitan sayang" Zaki merengkuh tubuh Dea dalam pelukannya.

"Aaargh" ringis Dea terus menerus.

"Pliis, aku mohon. Jangan paksa diri kamu buat inget semuanya" Zaki ketakutan.

"Sa-sakit zak, sakit banget kepala aku"

"Jangan dipaksa sayang, jangan" Zaki mereratkan pelukannya mencoba mengurangi rasa sakit yang dirasakan istrinya.

Ini yang Zaki takuti, ketika Dea mengingat segalanya dan memaksakan diri untuk ingat kembali, maka perempuan itu akan mengalami rasa sakit yang luar biasa.

"Tenang sayang, jangan dipaksa. Oke" lirih Zaki.

"Aku gak tega liat kamu kaya gini"

"Sa-sayang.. Dea" merasa tak ada ringisan atau jawaban. Zaki melepaskan pelukannya dan.. Dea pingsan dipelukannya.

"Dea, sayang... Bangun" Zaki panik, ia menepuk-nepuk pipi perempuan itu berkali-kali. Namun tak kunjung sadar, Ia segera membawa Dea kekamar pribadi miliknya. Setelah merebahkan tubuh Dea, cepat-cepat Zaki menelfon Edward untuk memanggil dokter kepercayaannya.

"Deaaa..." Lirih Zaki dengar air mata yang sudah jatuh.

Jika kemarin Zaki ingin Dea ingat semuanya, maka sekarang Zaki cabut keinginan tersebut, hatinya sakit melihat betapa tersiksanya perempuan itu tadi, Zaki tidak bisa memaksa Dea jika itu menyakiti diri Dea sendiri.

"Maaf" lirihnya sambil menciumi tangan Dea.

"Aku harus apa setelah ini de? Menjawab semuanya atau diam. Aku takut kamu sakit lagi sayang"

"Aku, aku gak bisa"

10 menit kemudian...

Dokter sudah memeriksa keadaan Dea.

"Bagaimana dok?"

"Keadaan istri tuan tertekan, terlalu dipaksa untuk mengingat kembali membuat daya otaknya berlebihan, dan itu kenapa istri tuan muda merasa kesakitan yang amat besar, jadi saya sarankan untuk pelan-pelan saja, jangan terlalu dipaksa, karna bisa bahaya untuk keadaan pasien" jelas dokter panjang lebar.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Where stories live. Discover now