Enemy detect 3

285 80 4
                                        

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gali baru saja tiba di kosannya di jam sepuluh malam setelah beres manggung di salah satu cafe bersama anggota bandnya yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gali baru saja tiba di kosannya di jam sepuluh malam setelah beres manggung di salah satu cafe bersama anggota bandnya yang lain. Gitar kesayangannya yang menempel di punggungnya tidak menghasilkan begitu banyak uang, tetapi cukup membantu untuk ia pakai membeli token listrik tiap bulannya.

Suasana di lorong depan sana benar-benar senyap seperti tidak berpenghuni. Memang sudah biasa terjadi jika hidup di kota karena rata-rata bersikap individual.

Gali melirik kamar Dita yang masih terang benderang. Meski tidak bisa mendengar dan melihat orang yang ada di dalam sana, tapi bisa ia pastikan kalau sedang ada Syira di dalam sana. Terbukti dari sendal milik perempuan itu yang tergeletak asal di atas keset depan pintu kamar Dita.

Ceklek!

Baru saja Gali memikirkannya, orang yang di maksud sudah muncul di hadapannya sambil menggulir layar ponsel dengan wajah senang tak terkira.

Syira tersadar kalau ada Gali yang sedang duduk melantai di depan pintu kamarnya sedang membuka sepatu. Perempuan itu tersenyum ramah dan langsung dibalas oleh Gali dengan senyum khasnya.

"Mau kemana, Gal?" tanya Syira.

"Nggak kemana-mana."

"Terus, kenapa dandan rapi sama bawa gitar segala kalau nggak mau kemana-mana?" tanya Syira lagi.

"Oh," Gali terkekeh, "baru pulang habis manggung," lanjutnya menjelaskan.

"Oalah, kirain. Ya udah, gue balik kamar dulu, ya," pamit Syira.

Gali mengangguk samar sambil memerhatikan punggung perempuan tinggi itu hingga hilang ditelan lorong.

Terlintas ide jahil dalam benak Gali berniat untuk membalas perbuatan Dita petang tadi. Jika kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan, maka Gali akan membalasnya dengan kepicikan.

"Enaknya dikerjain apa, ya?" monolog Gali mengelus dagunya.

Gali memutar bola matanya untuk berpikir lebih dalam lagi. Pandangannya ia edarkan menyapu seluruh benda di depan matanya, barangkali akan terlintas ide setelahnya.

Game over. Play again?Where stories live. Discover now