9. | Mr.Folkvar

213 114 444
                                    

Happy reading dude 🍻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading dude 🍻

•°•

"Kau urus semuanya, jangan lupakan bahwa mereka pernah menginjak-injak harga diri kita."

"Akan kupastikan semuanya berjalan sesuai rencanamu."

"Ajari Alfdis cara kerja kita Becca, dan ajak dia untuk turun serta di lapangan."

"Tapi Van—"

"Semua pencapaian, keberhasilan adalah niat dan tekad untuk melawan rasa takut, kau ingat?" Rivanno menatap dalam, iris mata Rebecca. Mencoba untuk meyakinkan bahwa semuanya ada didalam genggamannya. Begitupun dengan keyakinan seseorang.

"Baiklah, Van."

Rebecca mengingat semuanya, bahkan hal sekecil apapun yang diajarkan oleh Rivanno saat dirinya kecil dahulu.

"Keluarlah, dan hubungi saya tentang kelanjutan rencana Jendral itu," ucap Rivanno memerintah.

Rivanno dan juga perintahnya, adalah satu hal yang menjadi dominan dalam hidupnya. Dan mereka yang berada dibawah kaki tangannya wajib untuk menjadi patuh pada perintahnya.

Membunuh, kelicikan, kemunafikan menjadi suatu hal yang sering dirinya lakukan.

Dunia keras seperti ini membuatnya pintar-pintar dalam mengatur strategi, dengan membunuh yang menjadi jalan akhir dari suatu perselisihan.

Sudah banyak dari mereka yang masuk dalam perangkapnya menjadi seonggok daging yang terbujur kaku, itupun karena kesalahan yang mereka sudah perbuat. Memperdaya dirinya, maka bersiaplah untuk menghadapi neraka yang dia buat.

Mati atau tersiksa bukan pilihan yang akan dirinya berikan pada mereka yang dengan berani mencoba untuk membuatnya terperdaya. Akan tetapi bukan Rivanno Folkvar namanya jika tidak mengetahui rencana busuk apa yang mereka tanamkan dalam otak kecil mereka.

Lima langkah lebih maju, itulah cara kerja Rivanno Folkvar.

Bermain-main lah sepuasnya, maka akan ia pertunjukan seperti apa mainan sebenarnya.

____

"HAHAHAHAHAHAHA."

Tawa yang menggema seakan melodi kematian yang mengiringi, dengan merahnya ruangan akan darah juga banyaknya berbagai benda tajam di sekelilingnya.

"Kau menantikan hari ini kan kawan?"

Ucapan itu, bagaikan suara yang amat sangat mengerikan bagi siapapun yang mendengarnya.

Di tengah-tengah ruangan temeram ini, terdapat satu orang pria yang sudah lemah dan lesu, dengan banyaknya sayatan disekujur tubuhnya juga darah yang merembes begitu banyak.

"Ampuni saya tuan," lirihnya lemah.

"Ucapkan sekali lagi? Ampuni? Wohooo kawan, tidak semudah itu," ucapnya dengan kejam.

Dangerous Man ⛓️ Rivanno & Alfdis (On-going)Where stories live. Discover now