empat belas

2.8K 270 3
                                    

[RESIGN]

Dua anak adam itu kini berada di atas kasur dengan Raga mendominasi diatas Raffa. Pemuda dengan tubuh yang lebih kecil itu pun tidak diam, mengangkat tangannya mengelus rahang tegas sang dominan. Raga kehilangan akal sehatnya membawa Raffa dalam ciuman yang kini dia dominasi. Raffa tidak menolak, melingkarkan tangannya memeluk leher dominan. Membiarkan bibir mereka bertemu.

"Hmphh." Raffa sedikit terkejut kala benda benda lancip dan basah itu menerobos masuk ke dalam mulutnya. Namun dialah tersangka yang memulai permainan itu, mana mungkin meminta Raga berhenti.

Keduanya tenggelam dalam ciuman panas yang memabukkan itu. Saling bertukar savila, berperang lidah didalam sana. Raffa yang lebih dulu memberikan tanda untuk berhenti dengan mendorong pelan dada Raga. Pamuda tan itu sadar bahwa pemuda dibawahnya itu butuh oksigen.

Raffa meraup udara sebanyak mungkin. Nafasnya terdengar cepat dan tidak teratur sama halnya dengan Raga. Namun pemuda tan itu tidak mengalihkan pandangannya barang sedetik pun dari Raffa.

"Yakin lanjut?" Manis memang, namun menyebalkan bagi Raffa ketika pemuda tan di depannya itu terus tarik ulur sejak tadi. "Gak akan nyesel?" Raga bohong jika dia bilang akan berhenti jika Raffa meminta. Nyatanya pemuda tan itu sudah sampai pada titik dimana dia tidak akan berhenti bahkan jika Raffa meminta.

Mendapat anggukan malu dari lawan bicaranya, Raga dengan cepat meraup leher jenjang di hadapannya.

"g - gelihh" Raffa menggelinjang tidak nyaman ketika benda basah menyapu permukaan kulitnya. Dingin, geli dan memabukkan. Kepalanya mendongkak memberikan akses lebih pada sang doninan.

Merasa mendapat peraetujuan, pemuda tan itu dengan gencar membuat tanda kepemilikan disana. Menggigit kecil, mencium dan menyesap hingga menghasilkan tanda merah keunguan.

Kepalanya dia jauhkan, mendapat tatapan bingung dari Raffa. Ada perasaan kecewa ddalam diri si rubah ketika Raga berhenti dengan kegiatannya. Namun pemuda tan itu malah tersenyum. Tersenyum dengan bangga melihat satu tanda yang berhasil dibuatnya. Ini pertama kali bagi Raga, menandai seseorang sebagai miliknya.

Dalam diri pemuda tan itu berharap bahwa setiap hari akan seperti itu, tanpa haris memberitahu Raffa apa yang selama ini dia takutkan.

"Jangan liatin aku kayak gitu Langit!" Pipi Raffa merah padam, mengalihkan pandangannya ketika mata Raga yang tadi melihat ke arah tanda kepemilikan yang dia buat itu kini menatap dalam pada dirinya. Sukses membuat Raffa malu.

"Tadi yang minta diliatin siapa sih?" Raga dengan gemas mengacak rambut pemuda di bawahnya. Namun betapa terkejutnya dia ketika Raffa yang tenaganya tidak lebih kuat darinya itu mendorong dan membalikkan posisi.

"Bisa diem trus lanjutin aja gak?!! Kalo gak mau pulang sana." Raffa benar - benar malu ketika Raga mengulur - ulur waktu melupakan bahwa Raffa kini half-naked.

"With pleasure my king."

Setelahnya tidak ada percakapan. Yang terdengar hanya leguhan, desahan, dan geraman. Entah bagaimana, keduanya kini sudah lepas dari pakaian yang mereka pakai. Dengan posisi kini Raga mengukung Raffa di bawahnya.

"Tell me if you want me to stop." Ungkap Raga sembari mengelus pelan dahi sang submissive yang penuh peluh itu. Sementara yang dibawah hanya mengangguk malu.

Tangan kekar Raga turun kebawah, meraih kebanggaannya yang sudah sekali pelepasan dalam mulut si manis.

Dengan gerakan pelan membiarkan kebanggaannya bermain - main dipintu masuk yang tadi sempat dia sapa dengan tangan dan lidahnya.

[✅] Re sign || MEANIEWhere stories live. Discover now