satu

4.6K 409 3
                                    

[RESIGN]

Pemuda dengan gaya casual itu melangkah gontai kemudian mendudukkan dirinya di bangku halte bus yang tampak sunyi. Pemuda itu menundukkan kepalanya sembari menatap sepatu yang kini tampak lusuh setelah dipakai berjalan seharian.

Tangannya bergerak memberikan pukulan-pukulan kecil pada lutut kaki, betis bahkan paha yang terasa pegal setelah seharian berjalan berkeliling mencari pekerjaan.

Wajahnya dia tekuk. Otaknya dipenuhi pikiran tentang bagaimana dan dimana dia bisa mendapat pekerjaan. Lulus sebagai mahasiswa terbaik tidak membuatnya mudah mendapat pekerjaan. Keterbatasan biaya membuatnya tidak bisa mengikuti tes pengacara.

"Haa.."

Helaan nafas panjang terdengar ketika dia menatap layar ponsel yang menunjukkan peringatan hari ulang tahun adiknya.

"Astaga gue lupa lagi.. apa iya masih ada toko kue yang buka??"

Setelah berbicara pada dirinya sendiri, pemuda itu kembali menghela nafas ketika melirik jam di ponselnya yang sudah menunjukkan lima belas menit sebelum jam 12 malam. Matanya mengedarkan pandangan dan yang dia dapat adalah toko-toko yang sudah gelap tanpa ada kehidupan.

Tak lama setelahnya, ponsel yang masih ada di genggamannya berdering menunjukkan nama sang adik yang diakhiri dengan gambar hati.

"Iya Fi? Kenapa belum tidur? Kakak bentar lagi pulang." Sapanya lembut disusul helaan nafas dari seberang.

"Kakak langsung pulang aja.. Aku tau Kak Raffa pasti mikir buat nyari kue kan?.. Gak perlu beliin aku kue ulang tahun serius. Cukup Kak Raffa pulang aja. Seharian di luar aku gak mau kakak sakit.." Betapa beruntungnya seorang Araffa Bintang Permata memiliki seorang adik yang begitu pengertian dan tidak banyak menuntut.

Namun tetap saja.. Raffa sangat ingin memberikan sang adik kasih sayang dan perhatian lebih yang tidak bisa diterima dari orang tua mereka.

Raffa selalu merasa bersalah karena lahir lebih dulu dari sang adik. Raffa selalu berkata bahwa dia merasa tidak adil untuk adiknya karena dia punya lebih banyak waktu untuk dihabiskan dengan kedua orang tua mereka dibandingkan dengan sang adik.

Dengan tergesa-gesa, Raffa kembali ke rumah. Dan apa yang dia temukan adalah adik perempuannya tengah terlelap disofa menunggunya pulang.

"Fi.. Fiona.." Panggilan lembut Raffa tak dihiraukan. Gadis cantik itu hanya menggeliat tanpa berniat untuk bangun.

Jam menunjukkan pukul 12 lewat tujuh menit. Yang berarti hari ini Fiona Binar Permata sudah resmi menginjak usia 18 tahun.

Raffa masuk ke kamarnya kemudian kembali keluar dengan membawa selimut. Dan dengan hati-hati membuka selimut itu kemudian ditutupinya badan sang adik hingga leher.

"Selamat ulang tahun princess nya kakak." Bisik Raffa sebelum meninggalkan asik yang masih terlelap itu.

•••

"KAK RAFFA!!! KAKKK!"

Suara gedoran pintu menghiasi pagi yang harusnya tenang di kediaman Vinandra. Dengan malas Raffa keluar dari kamarnya. Matanya sempat melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Kenapa Fi?“

Raffa dengan wajah malasnya menggaruk leher hingga bahu yang sebenarnya tidak gatal itu. Spontanitas yang Raffa lakukan pagi hari. Menggaruk badan yang tidak gatal. Pakaiannya benar-benar berantakan. Celana training selutut dan kaos putih oblong yang bahkan tidak jelas bentuknya.

[✅] Re sign || MEANIEWhere stories live. Discover now