dua

3.1K 385 3
                                    

[RESIGN]

Tubuh Raffa tegang seketika. Matanya membelalak kaget. Tangannya kini menutup mulutnya. Betapa terkejutnya pemuda itu ketika matanya menemukan sosok familiar duduk dibalik meja panjang bersama beberapa pria berjas lainnya.

Ada perasaan benci tapi juga rindu yang Raffa rasakan saat itu. Matanya menatap lurus pada pemuda yang juga tak mengalihkan pandangannya dari Raffa.

Sadar akan keadaan tersebut, Raffa dengan cepat memalingkan wajahnya. Dia benci akan fakta bahwa dia merindukan pemuda yang duduk di depan sana. Raffa benci fakta bahwa dia masih menyimpan rasa pada pemuda tan itu.

"Perkenalkan nama saya Ragantara Langit Vinandra, Direktur utama Sky Cooperation."

Setelah beberapa perkenalan singkat dari orang-orang disampingnya, sampailah pada perkenalan Direktur Utama perusahaan besar itu.

Raffa berusaha menahan diri untuk tidak pergi dari sana. Dia benar-benar tidak tahan harus berhadapan dengan Raga lebih lama lagi.

"Kandidat pertama, Nona Jennie?"

"Ya saya."

Wawancara singkat tentang alasan ingin bekerja disana, pendidikan terakhir, pengalaman kerja dan sebagainya dimulai dari kandidat pertama, kedua dan akhirnya sampailah pada giliran Raffa.

"Araffa Bintang Permata? Nama anda sangat indah." Bukan. Itu bukan Raga.

Sampai pada giliran Raffa, sang direktur yang sejak tadi banyak bertanya tampak lebih diam. Pemuda tan itu tampak lebih tertarik pada berkas folio pelamar daripada untuk melihat langsung sang pelamar.

Pikiran Raffa makin menuju pada saat keduanya berpisah. Ketika pemuda yang sangat Raffa andalkan itu lebih memilih mabuk-mabukkan di bar daripada menemani Raffa yang baru kehilangan orang tuanya. Dan saat ini pun, pemuda tan itu tampak tidak tertarik untuk sekedar melihat Raffa membuat Raffa berpikir bahwa pemuda tan itu benar-benar sudah melupakannya.

"Oh? Fresh graduated hukum? Waw nilainya juga bagus-bagus."

"Lulus sebagai mahasiswa terbaik?"

"Belum punya pengalaman tapi kompetensi kamu cukup bagus.."

Beberapa pujian membuat Raffa merasa sedikit senang dan percaya diri. Namun tetap saja ada yang kurang ketika pemuda yang menyebut dirinya direktur utama itu tidak memberikan komentar apa pun. Namun tanpa satu pun orang diruangan itu tau, ada perasaan bangga yang cukup untuk membuat Raga tersenyum ketika mendengar pujian-pujian ditujukan kepada Raffa.

Jujur saja, Raffa tidak berharap untuk mendapat pekerjaan disana. Apalagi harus menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Raga. Benar bahwa Raffa rindu. Dan benar bahwa Raffa berharap mendapat sedikit perhatian dari pemuda tan itu. Tapi rasa kecewa dan benci Raffa pada Raga jauh jauh lebih besar daripada apa yang Raffa rasa saat itu. Dan bagaimana jika adiknya tau dia bekerja dengan Raga?

"Saya tidak begitu berharap untuk bisa diterima bekerja disini." Semua mata tertuju pada Raffa yang tampak tersenyum canggung. "Bisa diwawancara kerja di Sky Cooperation adalah pengalaman yang sangat langkah dan saya berterima kasih.." Orang-orang disana cukup terkejut dengan pernyataan Raffa yang secara tidak langsung menyatakan bahwa dirinya mundur dari tawaran pekerjaan itu.

Sesi wawancara selesai dengan putusan akhir untuk para pelamar menunggu panggilan jika diterima. Raffa melangkah keluar dengan perasaan bercampur aduk. Wajahnya tampak lusuh bahkan terlihat lelah.

[✅] Re sign || MEANIEWhere stories live. Discover now