Bab 38: Jawaban dari Bilik Toilet

144 16 133
                                        

Trigger Warning⚠️: Mention of child grooming.

Selamat Membaca

.

.

.

-Special Class-

Menurut Paulina, makan adalah kegiatan yang paling menyenangkan

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Menurut Paulina, makan adalah kegiatan yang paling menyenangkan. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, setiap saat, ia selalu menantikan waktu makan. Namun, ada satu momen yang ia harap tak pernah datang, yakni makan malam bersama keluarganya yang hanya terjadi sebulan sekali.

Setiap kali mendengar perbincangan orang tuanya yang selalu membicarakan Athalla, Paulina merasa sulit menelan makanannya, rasanya ingin sekali dia memuntahkan isi lambungnya sekaligus karena rasa muak. Bagi keluarganya, dunia hanya berputar di sekitar kemajuan bisnis kuliner Athalla atau pencapaian prestasinya yang memukau.

Hanya saja, hari ini berbeda. Paulina akan dijadikan pusat perhatian di malam ini. Sudah lama Paulina tidak pernah membelot separah ini, terakhir kali dia dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya adalah pada saat dia ingin masuk sekolah reguler. Pada saat itu, Paulina sedang dalam masa pubertas. Dia menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung.

Saat Padma menaikkan nada bicaranya, Paulina merasa gejolak amarah yang besar di dadanya. Awalnya Paulina ikut berteriak seperti bagaimana ayahnya berbicara. Namun, ketika ayahnya, yang tidak mau kalah memukul meja, ambang kesabaran Paulina terputus. Tangannya yang kecil meraih piring kosong di hadapannya dan segera melemparkannya ke arah Athalla yang duduk patuh di sampingnya. Dia bahkan tidak segan melempar piring lain serta alat makan.

Kemudian dengan kecepatan maksimum, tangan kecil Paulina mencengkeram Athalla yang terjatuh dari kursi, tangan sebelahnya memegangi pisau steik seperti siap menikam kakaknya itu. Pada saat itu, dia tidak peduli Athalla akan mati. Darah-darah yang keluar dari tubuh Athalla malah membuatnya bersemangat. Kalau kakak satu-satunya itu mati maka Paulina bisa menjadi anak normal lainnya; bersekolah di sekolah impian, memiliki teman, mengikuti les, berjalan-jalan di pusat kota.

Kejadian itulah yang membuat Paulina segera dibawa ke psikiater dan untuk pertama kalinya dia bertemu dengan Dokter Dimitri. Saat memikirkannya kembali, ia sangat bersyukur hanya diberikan obat-obatan dan tidak dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Selain itu, tak ada rasa bersalah sedikit pun dalam perasaannya saat melihat Athalla harus dirawat di rumah sakit daripada berangkat ke luar negeri untuk kuliahnya. Karena kejadian itu pula, yang membuat Paulina bisa bersekolah di sekolah reguler dan memiliki seorang teman.

"Silakan masuk, Nona Paulina," ucap Pak Tristan sambil membuka pintu ruang makan.

Paulina masuk ke ruang makan dan langsung membungkuk dalam-dalam, tubuhnya nyaris membentuk sudut sembilan puluh derajat, sebelum menyapa Padma dan Devita. "Selamat malam."

Special ClassWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu