05.1. 𝐍𝐞𝐰 𝐩𝐞𝐨𝐩𝐥𝐞 𝐨𝐫 𝐨𝐥𝐝 𝐩𝐞𝐨𝐩𝐥𝐞?

856 118 61
                                    

Semangat! Satu kata berjuta makna yang selalu diucapkan ketika berada di titik terendah.

***

Karena lapar, mau tak mau Bulan harus turun dari kamarnya setelah menghabiskan waktu berjam-jam didalam kamarnya yang bernuasa cokelat tersebut untuk bermalas-malasan. Perutnya yang sedari tadi berbunyi memaksa Bulan harus turun. Sudah waktu makan malam memang.

"Papa belum pulang, Ma?" Tanya Bulan celingak celinguk menelusuri tiap sudut dapur mencari keberadaan Nathan seraya menarik kursi meja makan lalu menduduki nya.

"Papa lembur, sayang. Sebentar lagi juga pulang," jawab Nastaya yang tengah menghidangkan makan malam di meja.

"Assalamualaikum, orang ganteng pulang!!!" Ucap Nathan dengan kepercayaan diri yang dibilang tingkat akut serta semangat 45 yang begitu menggebu-gebu.

"Wa'alaikumsalam." sahut Bulan dan Nastaya dari dapur.

"Nah kan, bener apa kata Mama. Baru juga diomongin udah nongol aja." tambah Nastaya. Bulan hanya menggangguk anggukan kepala menanggapi ucapan Nastaya.

"Tega ya kalian ngomongin Papa." ujar Nathan dengan wajah sesedih mungkin menatap anak serta istrinya.

"Engg---,"

"Cukup Roma cukup!!!" Ucap Nathan menutup kedua telinga nya menggunakan tangannya. Seolah tak mau mendengarkan omongan sang istri. Dramatis sekali memang pria paruh baya satu ini.

"Aku bisa jelasin Mas," sahut Nastaya hanyut dalam drama suaminya.

"Aku udah liat sendiri! Apa lagi yang mau kamu jelasin hah?!" Lirih Nathan. "Aku jijik mas! Aku jijik sama kamu, aku jijik!"

"Seharusnya Mama yang bilang kaya gitu!" Nastaya merenggut. Memukul pundak suaminya pelan. Hancur sudah drama persinetron yang dibuat buat ini akibat ulah Nathan.

"Eh iya, Mas lupa hehe." ucap Nathan menggaruk tekuk lehernya yang tak gatal. "Mau lanjut?" Tanyanya.

"Tidak Roma! Tidak! Sudah cukup." ucap Nastaya tangan kanan nya memegang bahu sang suami dengan tangan yang kiri digunakan untuk mengelus-elus dada nya seperti menahan sabar.

"Eh, anjir bonyok gue kenapa?" Tanya Bulan sukses menghentikan drama kedua orang tuanya. Nathan mau pun Nastaya menoleh ke arah sang putri.

"HAHAHAHAHAHA." tawa Bulan pecah setelah mencerna apa yang terjadi barusan. Ia sampai memukul-mukul meja karena saking lucunya.

"Garing kriuk kress." ujar Nastaya menatap datar putrinya.

"Koo~be."

"Telat kamu mah, ah ketawanya." kesal pria setengah baya tersebut. Ia menaruh tas kerja nya pada meja, lalu mendudukan dirinya di seberang anak semata wayangnya yang masih tertawa garing.

"Mas, mau mandi dulu, apa makan dulu?" Tanya sang istri.

"Papa mau makan dulu, soalnya ada ... eumm ayam goyenggg." Nathan memegang ayam bagian paha sebelum mendekatkannya pada hidung untuk menghirup dalam-dalam aroma sedap dari ayam tersebut.

Bulan maupun Nastaya yang melihatnya menunjukkan ekspresi geli. Nathan itu kepala rumah tangga yang sudah tuwir, umurnya pun sudah mau menginjak kepala empat. Tetapi kelakuannya seperti bocah ingusan.

"Eh tapi Ma, Pah. Kalo kalian main sinetron kalian pasti bakal menang banyak penghargaan award," ucap Bulan di sela makan nya.

"Kalo papa sama mama masuk penghargaan award di Asia Artist Award nanti Papa sama Mama masuk nominasi apa, ya?" Nathan mulai berandai andai. Mengetuk jari telunjuknya pada dagu, seolah sedang berpikir.

BUL & BINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang