5. Surat Perjanjian

Start from the beginning
                                    

"I-iya aku ngerti."

"Bagus."

Sultan pergi meninggalkan Viki dan Abimanyu yang masih cengo di tempatnya. Kedua sahabatnya itu memang tidak ia beritahu tentang apa yang akan ia bicarakan pada Queen. Akan lebih baik, jika saat ini ia tak mengatakan apapun pada mereka. Atau masalah ini akan semakin rumit!

💰💰💰

Queen mengusap peluh yang membanjiri dahinya dengan pelan. Gadis itu baru saja selesai menata buku-buku perpus yang acak-acakan. Beginilah nasib anak beasiswa. Kadang orang selalu berlaku tidak adil padanya. Mereka selalu menyuruhnya semau mereka. Tak jarang juga ada yang membully-nya dengan kata-kata yang menyakitkan. Tapi untungnya, Queen bukanlah tipikal gadis yang gampang tersinggung.

"Udah selesai, Queen?" Tanya Manda.

"Udah."

"Lo kalo di suruh sama Si Gladis jangan mau. Heran gue sama, lo. Mau aja di suruh-suruh sama itu orang." Cibir Manda.

Gladis-ketua cheerleader yang kerjaannya membully dan berbuat semena-mena pada siswa yang bisa di katakan lemah. Parasanya yang cantik, justru berbanding terbalik dengan hatinya yang busuk.

"Iya. Lo harusnya tolak aja kalau dia minta bantuan. Keenakan tau nggak orang kaya gitu kalo di bantuin. Bakalan tambah ngelunjak." Timpal Lolita.

Banyak siswa yang tak menyukai Gladis. Tentu saja alasannya karena gadis itu so berkuasa!

"Udah! Jangan ngomongin Gladis. Kasian, nanti kupingnya panas." Cekikik Queen.

Queen, Manda dan Lolita berjalan beriringan menuju kantin. Suara ribut seketika menyambut indra pendengaran mereka kala memasuki kantin. Queen menundukkan kepalanya kala pandangannya bertemu dengan netra tajam milik Sultan. Lelaki itu berada di meja yang tak jauh darinya. Disana juga ada antek-anteknya yang tengah mengombali siswa perempuan yang lewat.

"Eh, ada neng Manda. Sini duduknya sama abang." Heboh Viki mendorong Abimanyu yang ada di dekatnya.

"Anjrit, kenapa lo dorong gue, Vik."

"Ngertiin gue dong. Gue, 'kan lagi usaha." Pelan Viki yang di balas decakan oleh Abimanyu. Mau tak mau, lelaki itu pindah duduk di dekat Sultan.

"Ayo neng Manda, sini duduk di sisi abang Viki." Menepuk kursi yang tadi di duduki oleh Abimanyu.

"Ogah!"

Abimanyu tergelak di tempatnya saat melihat wajah masam Viki. Devinisi Sad Boy sebenarnya adalah Viki. Udah di tolak berkali-kali, tetep aja nggak nyerah.

Queen mengambil uang dua ribuan yang ada di sakunya. Dia memang tidak seperti siswa lain, yang di beri uang jajan besar oleh orang tuanya. Dia hanya menerima berapapun yang Ibunya berikan padanya.

Hendak saja Queen menyerahkan uang itu pada Lolita, tangannya sudah di genggam oleh orang lain.

"Biar gue aja yang bayar." Ucap Arya-ketua OSIS SMA Cendana, sekaligus musuh bebuyutan Sultan.

"N-nggak usah, Ya. Biar aku aja." Gugup Queen. Gadis itu menatap sekelilingnya yang ternyata banyak yang menatap kearahnya. Termasuk netra tajam itu.

"Nggak papa. Biar gue aja. Jarang-jarang, 'kan gue teraktir lo." Ujar Arya mengedipkan sebelah matanya.

"Ehem,,," Dehem Manda dan Lolita secara bersamaan. Mereka menaik-turunkan alisnya jenaka.

"Makasih kalo gitu."

"Iya sama-sama."

Queen duduk tak nyaman di tempatnya. Banyak pasang mata yang menatap kearahnya dengan pandangan sinis. Queen mendongkakkan kepalanya saat merasakan tendangan kakinya di bawah meja. Jika di tanya siapa pelakunya, tentu saja itu ulah Manda dan Lolita. Mereka berdua dengan kompak menaik-turunkan alisnya.

SULTAN | THE KING HOLKAYWhere stories live. Discover now