2 || Dia Pintar

Começar do início
                                    

-𖧷-

"Maureen katanya dibunuh!"

"Lah? Gak jadi bunuh diri?"

"Serem banget dong."

"Siapa yang bunuh? Gue jadi takut, anjrit!

"Ada pembunuh dong di sekolah kita?"

"Tapi kalo dipikir emang bener sih, murid kayak Maureen mana mungkin bundir?"

"Jangan ngomongin Maureen dong, gue merinding."

Alfa berjalan santai melewati segerombol siswi biang gosip di sekolahnya. Sudah dua hari semenjak Maureen jatuh dari atap sekolah, tapi ternyata bisik-bisik tentang perempuan itu bahkan masih berlanjut. Jelas saja, siapa yang akan percaya perempuan mudah bergaul dan memiliki banyak keberuntungan seperti Maureen rela mati cepat?

Netranya jatuh pada tempat Mang Adi--si tukang batagor langganan Alfa-- yang sibuk melayani banyak orang. Alfa menghela napas berat, ketika mendapati antrian batagor yang sama padatnya dengan hari-hari sebelumnya.

"Pasti mau pesen batagor," ujar Janu yang entah kapan sudah berdiri tak jauh dari Alfa yang masih termenung menatap gerobak batagor Mang Adi.

"Iya, Nu. Ngantri lagi, males banget gue," kata Alfa yang padahal belum ngantri, tapi sudah tidak bertenaga.

"Yaudah, biar gue yang pesen sekalian mau beli somay. Lo cariin meja buat gue," kata Janu yang bergegas menghampiri antrian tukang dagang.

"Yaudah deh kalo lo maksa," jawab Alfa lesu, padahal dalam hatinya tersenyum lebar karena bebas dari antrian yang membuat otaknya semakin penat. "Nu, dua ya batagornya! Yang satu buat Gata!" teriak Alfa menggelar yang hanya direspon acungan jempol oleh Janu dari jauh.

Alfa kemudian memilih meja dengan dua bangku panjang yang masih kosong. Tak lama Gata datang dengan posisi hampir nyungsep ke kolong meja karena hampir menginjak seekor kucing yang tengah tidur tepat di kaki meja yang Alfa tempati.

Alfa hanya menggeleng pelan, bingung dengan kelakuan Gata.

"Anjim, tuh kucing!" umpat Gata.

"Lo yang jalan gak liat-liat!" sahut Alfa heran. "Udah nyatetnya?"

Gata mengangguk. "Tau gak tau gak. Gue ada bahan ghibahan."

"Udah beraknya?" tanya Alfa lagi tak memedulikan perkataan Gata.

"Gue gak berak. Tai gue naik lagi ke lambung gara-gara denger ada polisi di kantor kepala sekolah," jawab Gata cepat yang membuat pupil mata Alfa mendadak mengecil.

"Maksud lo? Eh btw tai itu adanya di usus besar ya, mana bisa naik ke lambung."

Gata melirik kanan kiri was-was tak peduli dengan kritikan temannya, lantas mendekatkan tubuhnya sedikit ke arah Alfa. "Dafi dipanggil ke kantor kepala sekolah, katanya mau diinterogasi," kata Gata pelan.

Kening Alfa berkerut heran. "Lho? Tiba-tiba? Kenapa?"

"Kayaknya Cio yang ngelaporin ke kepala sekolah. Dia kayak punya dendam kesumat gitu sama Dafi," jawab Gata lagi yang entah mendapatkan informasi dari mana.

RECAKAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora