Fase Tigapuluhsatu

156 27 21
                                    


Di part ini kalian bakal tau kenapa ni cerita gw kasih judul arteri

Happy reading!

If I got locked away
And we lost it all today
Tell me honestly, would you still love me the same?
If I showed you my flaws
If I couldn't be strong
Tell me honestly, would you still love me the same?

Now playing
Locked Away - R. City ft Adam Levine

Kalila menutup tasnya lemah kemudian membawa benda berisi buku-bukunya itu ke pundak. Ruang kelas 10 IPS 1 sudah cukup sepi. Hanya menyisakan dirinya yang lebih memilih untuk pulang paling akhir.

Setelah red card tertempel di lokernya, dan kenyataan bahwa dia pacarnya Keenan, membuat dia dijauhi satu kelas. Nggak ada yang mau bicara dengannya bahkan Nadira sekalipun, sohibnya waktu awal masuk Antariksa.

Andai saja semua orang tahu apa yang ia alami. Andai saja ia benar pacarnya Keenan.

Cewek berambut pendek itu menghela napas. Kemudian berjalan keluar kelas setelah mematikan AC ruangan.

"Gue nunggu disini udah hampir setengah jam." ucap seseorang dingin waktu kaki Kalila menapak di luar kelas.

Kalila berusaha menampakkan senyum terbaiknya. Senyum yang membuat Keenan benci entah kenapa.

"Sorry gue nggak tau kalau lo nunggu."

Keenan memalingkan muka. "Lo ngapain di kelas sendirian selama itu?"

"Gue suka kalau kelas udah sepi, rasanya tenang banget." jawab Kalila. Senyum lebar masih tertengger rapi di bibirnya yang imut.

"Kalau udah jamnya pulang ya pulang, nggak usah duduk sendirian di kelas. Ntar ada yang gangguin lo."

Kalila mengangguk. Ia menggapai tangan Keenan yang terulur. Lagi-lagi hatinya terasa nyeri. Semua yang Keenan lakukan ini hanyalah sandiwara. Padahal ia sudah mewanti-wanti dirinya sendiri untuk nggak baper lagi. Tapi usahanya selalu sia-sia.

Keenan merangkul pundak Kalila. Membawa cewek yang tingginya hanya mencapai pundaknya itu lebih dekat. "Lo nggak usah baper sama semua ini. Semuanya gue lakuin cuma biar Papah berhenti jodoh-jodohin gue."

Kalila tertawa kecil. Tipe tawa yang malah terdengar menyedihkan kalau ditelisik lebih dalam. "Lo jangan khawatir. Gue nggak baper kok."

"Bagus." ucap Keenan dingin.

Mata sayu Kalila mencoba menyembunyikan kumpulan kristal yang siap jatuh dari matanya. Semakin ia menahan, semakin lebar ia tersenyum. Ia nggak boleh menangis lagi. Seenggaknya untuk hari ini.

◇◆◇


Caleya melamun memperhatikan Jaeden yang sibuk mengotak-atik ponsel. Dihadapannya ada banyak tumpukan latihan soal biologi yang menanti untuk diselesaikan. Namun isi kepalanya sekarang bukan itu.

"Gue tau gue ganteng, tapi nggak usah ngelihatin gue sampai segitunya." ucap Jaeden bersamaan dengan bunyi notifikasi di Hape Caleya.

Caleya malah menyentuh jidat Jaeden. Tangannya tanpa sengaja menyentuh rambut Jaeden yang menutupi separuh jidatnya.

"Kenapa lo?"

"Otak lo dingin tapi kenapa tiba-tiba sikap lo hangat?" tanya Caleya. Dia bukan tipe orang yang bisa memendam kepo berlama-lama. Rambutnya bisa-bisa mengeriting karena itu.

"Emang biasanya gue gimana?"

"Lo tengil, nyebelin." jujur Caleya. "Dulu gue baca di internet, lo itu katanya member A four yang paling sombong, paling dingin dan menjunjung kasta konglomerat lo"

ARTERI (A1- ARKA)Where stories live. Discover now