Fase Duapuluhenam

184 26 21
                                    

I know I can treat you better than he can
And any girl like you deserves a gentleman
Tell me why are we wasting time
On all your wasted crying
When you should be with me instead?
I know I can treat you better
Better than he can

Now playing
Treat You Better - Shawn Mendes

Bug!

Rega tersungkur kedepan setelah satu tendangan kuat mengenai punggungnya. Ia meringis kesakitan tapi masih menyempatkan diri untuk melihat siapa yang menendangnya. Bahkan bel istirahat pertama baru saja berbunyi, tapi sudah ada yang mencari gara-gara dengannya.

Di belakang Rega, Jaeden mulai melangkah mendekat dengan tangan yang tersimpan di saku celana. Matanya berapi-api menahan amarah.

Satu bogeman ia arahkan pada Rega namun berhasil Rega tangkis. Rega mendorong Jaeden ke belakang.

"Maksud lo apa tiba-tiba nendang gue?!" intonasinya naik. Ia nggak terima diperlakukan seperti ini. Apalagi cowok itu nggak merasa punya masalah dengan Jaeden.

Jaeden menyudutkan Rega ke tembok. Kilatan matanya menajam seiring dengan tangannya yang terangkat memegang kerah baju Rega. Kumpulan kecil murid yang nggak sengaja menonton sudah berubah menjadi kerumunan.

"Maksud lo apa jadiin Caleya objek taruhan?!" desisnya tepat di depan muka Rega.

Rega sempat terkejut sesaat. Namun cepat-cepat ia mengubah itu menjadi seringaian licik. "Itu bukan urusan lo, lagipula gue juga udah putus sama Caleya."

Rahang Jaeden mengeras. Ia melancarkan tinjuan pertamanya di wajah ganteng Rega. Dan disusul tinjuan berikutnya. Rega juga tak mau kalah, ia juga berhasil memukul Jaeden. Kalau Keenan dan Noah tak menarik keduanya mundur, mereka bisa saling pukul sampai nanti pulang sekolah.

"Brengsek lo! Lo berani sentuh dia lagi, lo mati di tangan gue!" kilatan tajam di mata Jaeden masih terlihat.

Rega mengelap bibirnya yang berdarah. Ia menarik tangannya dari cekalan Noah lalu pergi meninggalkan kerumunan.

"Kenapa lo semua masih disini?! Bubar!!"
Gertak Jaeden pada siapa saja. Semua orang langsung melarikan diri, takut kena damprat Jaeden yang berang macam singa mengamuk. Mereka cuma berani bisik-bisik sambil berlalu menjauh. Bibir Jaeden juga lebam tapi tak separah Rega. Jaeden benar-benar habis menggila.

"Lo kenapa sih tiba-tiba bikin ribut?" Keenan berkacak pinggang ala emak-emak ngomelin anaknya.

"Lo kapan pulang dari Amerika coba? Nggak tau kapan datengnya tapi tiba-tiba bikin huru-hara."

Jaeden tak menggubris ocehan Keenan. Ia berjalan cepat menuju kantin yang berisik. Baru satu langkah kakinya memasuki kantin, semua atensi disana langsung mengarah kepadanya. Pandangan Jaeden langsung menyapu seisi kantin. Dan berhenti pada gadis yang duduk di sudut sedang asyik makan dengan satu kaki naik di atas kursi dan kuping tersumpal headset. Santai sekali, terlampau santai untuk normalnya cewek yang habis putus sama pacarnya.

Tanpa aba-aba, Jaeden menarik tangan Caleya. Cewek dengan cepol asal-asalan itu berusaha melepas cengkeraman Jaeden namun gagal. Cengkeramannya terlalu kuat.

Seisi kantin melihat ke arah Caleya iri juga penasaran. Termasuk Raniya yang baru menapakkan kakinya di kantin Antariksa. Dari sekian banyaknya murid di kantin, tak ada yang berani membuntut karena Jaeden memelototi setiap orang yang melihatnya.

"Lo ngapain sih asal narik tangan gue?!" akhirnya Jaeden melepaskan tangan Caleya setelah sampai di depan greenhouse, area taman sekolah.

Caleya memutar dan membalik tangannya yang memerah "Tangan gue sampe merah gini.."

ARTERI (A1- ARKA)Where stories live. Discover now