Part 14

63 5 0
                                    

Hay,,,
Oh ya, saya buat cerita-cerita ini hanya untuk menyalurkan hobi dan imajinasi saya.

◉‿◉: Kok nggak ada konflik?

(◠‿◕): Bukannya nggak ada,, hanya saja. Konflik yang saya buat ringan. Mungkin sangat ringan.

[Dalam nama Tuhan Yesus]

Happy reading 🤗

__

Hari kedua try out. Hari ini masih libur untuk kelas 10 dan 11. Namun, dengan niat sangat teramat sangat Starla datang ke sekolahnya. Katanya mau bertemu dengan pak Kai, guru bahasa Korea itu.

"Kak?! Lo liat pak Kai nggak?" tanyanya pada salah satu murid, yang ia tau adalah kakak kelasnya.

"Pak Kai? Tadi gue liat dia ke lab bahasa deh," jawabnya, dengan senyum manis. Benar-benar manis.

"O, ouh. Oke deh kak. Makasih ya?"

Setelah mendapat anggukan dari lawan bicara, Starla pun beranjak dan berjalan menuju lab bahasa.

Dan benar saja, Kai sedang duduk didalamnya. Dia sendiri.

"Pak kai?!" sapa nya pelan.

Mendengar sapaan itu, membuat Kai sedikit tersentak, "ya? Bagaimana?"

Starla mendudukkan dirinya pada bangku didepan Kai. Hanya terhalang meja saja. "Aku mau bertanya soal sebuah artikel"

Kai tersenyum. Ah, dia sudah tau pertanyaan ini akan muncul. "Artikel apa?" tanyanya, seolah-olah ia tak tau.

"Artikel tentang keluargamu.. em maksud saya keluarga bapak." ucapnya sedikit canggung.

"Jangan canggung begitu, anggap saja saya kakak mu!" Kakak ipar maksudku. Lanjutnya dalam hati

Starla hanya terkekeh saja, toh dia hanya menghargai. Jujur agak sedikit risih, seperti dibedakan dengan yang murid lain.

"Artikel yang mana?" tanyanya menyegarkan suasana yang sedikit canggung tadi.

"Ya tentang keluarga bapak. Kenapa dalam artikel tersebut hanya menyebutkan nama Tuan Jean, dan pekerjaan beliau?"

Kai tersenyum, tuan Jean ya? Lihat Hyung cara dia memanggil mu.

"Pak?" Starla menatap aneh gurunya. Dia kenapa? Senyum-senyum sendiri?

"Eh? Oh itu, nanti juga kamu tau sendiri." Pak Kai berdiri, ia menggambil beberapa kertas yang entah apa itu. "Saya ke kelas dulu, nanti kita bicara lagi," ucapnya begitu.

___

Walau sudah bertanya pada pak Kai, tapi Starla belum puas. Jawaban yang di berikan masih abu-abu. Seolah Kai menyuruhnya untuk mencari tau sendiri.

Saat ini Starla sedang mengelilingi sebuah butik, milik teman mamanya. Karena sebentar malam akan mengadakan acara makan bersama, dari perusahaan tuan Rafael dan perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan beliau.

Seperti sudah menjadi tradisi, setiap tahun selalu begitu. Jadwalnya tidak menetap, jika setuju semuanya, maka akan dilaksanakan.

"Mbak!? Yang kayak gini," ia menunjukkan dress berwarna hitam "ada yang warna merah bata nggak?" tanya sopan.

"Ada sih dek, tapi agak kecil ukurannya."

Starla mengangguk, "dicoba dulu aja sih. Kalau kekecilan banget, ya saya ambil yang ini."

Setelah dicoba, ternyata tidak terlalu kecil. Pas lah untuk ukuran tubuhnya yang ideal itu.

Urusan pakaian sudah beres. Sekarang ia harus pergi ke salon dulu. Malas sih kalau ke salon, kan dia juga bisa merias diri sendiri. Tapi karena dia tak mau mendengarkan ocehan dari nyonya besar, maka ia akan pergi ke salon. Yah, harus.

MAFIA PENSIUN (HIATUS)Onde histórias criam vida. Descubra agora