22 9 3
                                    

🍓 HAPPY READING 🍓

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

***

Baru saja masuk ke dalam rumah, Reza sudah disirami kopi oleh seorang pria. Untung saja kopi itu bukan kopi panas. Jika kopi panas, mungkin wajah imut cowok itu akan meninggalkan bekas.

"KENAPA KAMU SELALU DI BAWAH BUDI!!" bentak Arian, menatap tajam Reza.

"Maaf, Pa."

"Kamu bilang maaf!! Memangnya ucapan maafmu dapat Papa terima!!" Arian memijat pelipisnya. Dia kembali menatap Reza. "Kenapa kamu tidak menyuap teman-temanmu saja? Traktir mereka, atau berikan mereka uang agar mereka dapat memilihmu dalam pemilihan ketua OSIS!"

"Maaf, Pa. Tapi Reza nggak akan pernah lakuin cara curang seperti itu."

"Jadi kamu lebih suka menjadi Wakil Ketua OSIS?"

"Setidaknya itu adil."

"Adil kamu bilang!! Adil untukmu tapi tidak untuk Papa!! Jika saja Budi tidak menjadi Ketua OSIS! Papa tidak akan marah dan membentakmu seperti ini!!"

Reza hanya bisa menunduk mendengar Arian yang membentaknya.

Plak!

Arian menampar pipi Reza dengan keras.

Reza tidak melawan. Dia berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya yang hampir terjatuh. Bagi Reza, ditampar oleh Arian itu sudah biasa.

"PAPA SUDAH BILANG! KAMU HARUS SELALU DI ATAS DIA!! APA KAMU DENGAR REZA?!"

"Iya Pa, Reza dengar kok," jawab Reza sambil menunduk.

"Lalu kenapa kamu selalu di bawah dia!!"

Bugh! Bugh! Bugh!

Arian menghajar perut Reza sampai puas. Reza yang tidak bisa menahan, terjatuh di lantai.

"Jika Papa tau nilai kamu di bawah Budi! Papa tidak akan segan-segan untuk memberikanmu hukuman lebih dari ini," ucap Arian, lalu meninggalkan Reza yang terbaring tidak berdaya di lantai.

"Sakit," lirih Reza. Cowok itu mengepalkan tangannya. "Ini semua gara-gara lo, Budi. Gue pasti bakal buat hidup lo menderita!"



Budi menghentikan motornya di depan sebuah gang sempit dan gelap. Dia tiba-tiba merinding melihat gang itu.

"Padahal masih siang, tapi kok udah seram aja, nih gang," ucap Budi. Dia melepas helm-nya. "Kalau gue taruh di sini, ada yang nyuri nggak ya, motor gue?"

Cowok tampan itu celingak-celinguk, mungkin saja menemukan manusia yang lewat. Namun entah kenapa, tidak ada satu pun manusia yang dia lihat.

"Kenapa nggak ada orang, sih? Mereka pada kemana coba? Ke Jerman?"

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Budi, membuat cowok itu berteriak karena kaget.

"Aakkhh!!! Bunda! Bunda! Anakmu yang ganteng mau diculik genderuwo!"

"Aduh, Den Budi kenapa teriak-teriak gitu?"

"Eh, Mang Didi." Budi mengerjap, mengetahui bahwa orang yang menepuk pundaknya adalah salah satu supir di rumahnya.

Mang Didi menyenggir. "Tadi Nyonya nelpon, katanya Den Budi mau ke sini."

"Jadi Mang Didi tinggal di sekitar sini?"

Mang Didi mengangguk. "Motor Aden biar saya yang jagain, Aden masuk aja di dalam. Takutnya nasi gorengnya habis, trus Nyonya ngamuk," jelas Mang Didi ramah.

Nadya Ayo PacaranWhere stories live. Discover now