126 50 304
                                    

🍓 HAPPY READING 🍓

SELAMAT DATANG DI CERITAKU YANG KEDUA 🥳

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

CERITA INI BERDASARKAN IMAJINASI PENULIS

JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT, ALUR, KARAKTER, ATAUPUN PERISTIWA DALAM CERITA INI MUNGKIN HANYA KEBETULAN

***

"Nadya ... sarapan dulu sayang!!"

"Iya Bunda ... ."

Seorang gadis sedang menatap pantulan dirinya di cermin. "Gue ... terlalu cantik," ucapnya.

Gadis itu kemudian mengambil tas dan juga dasi yang berada di atas tempat tidur. Keluar dari kamarnya, dia berjalan sambil berusaha memakai dasi.

"Wah ... anak Bunda cantik banget ... ." puji Diana melihat sang putri yang datang dengan memakai seragam SMA.

"Anaknya siapa dulu ... ." Nadya tersenyum manis pada Diana. Mengecup lembut pipi ibunya, lalu duduk di kursi depan meja makan.

Diana mengambil piring, lalu menyendokkan nasi goreng buatannya untuk Nadya.

"Ini sayang, dimakan," ucap Diana lembut.

"Makasih Bunda." Nadya mencium aroma nasi goreng itu. Hm ... sungguh menggoda selera. Gadis bermata coklat itu dengan cepat melahap nasi goreng buatan ibunya.

Diana tersenyum melihat Nadya memakan nasi goreng buatannya dengan lahap. Wanita itu kemudian menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng lagi. Setelah kepergian suaminya, Diana membuka warung nasi goreng di depan rumah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan Nadya.

Saat mengandung Nadya diusia kandungan yang sudah 7 bulan, suaminya meminta ijin untuk merantau mencari pekerjaan. Saat itu, keadaan ekonomi mereka memang sangat krisis, apalagi Diana akan melahirkan. Ayah Nadya berjanji akan kembali menjemputnya nanti bersama Nadya. Tapi,  sampai sekarang dia belum juga datang untuk menjemput mereka.

Banyak orang yang mengatakan kalau suami Diana sudah meninggal, atau mungkin sudah menikah lagi. Namun, Diana tidak pernah mendengarkan ucapan mereka. Dia yakin, suatu hari suaminya akan datang menjemput dia dan Nadya.

"Loh, dasinya belum kamu pakai lagi?" tanya Diana, menyadari Nadya tidak memakai dasi.

Nadya meminum air, lalu memberikan dasinya pada Diana. "Aku nggak bisa pakai Bunda. Susah," ucap Nadya.

"Hm, kebiasaan." Diana mengambil dasi Nadya, lalu memakaikan ke leher putrinya. "Mau sampai kapan, Bunda terus yang pakein dasi kamu? Padahal udah Bunda ajarin tapi masih nggak bisa."

"Susah Bunda. Nadya lupa mulu," ujar Nadya cemberut.

Sejak SD sampai sekarang, Nadya kesulitan dalam memakai dasi. Sebenarnya Diana sudah sering mengajari Nadya, hampir setiap hari. Namun, gadis itu selalu saja tidak bisa.

"Yaudah Bunda, Nadya berangkat dulu ke sekolah," ucap Nadya, lalu mengecup punggung tangan Diana.

"Hati-hati ya, sayang. Belajar yang rajin," ucap Diana mengelus rambut putrinya.

Nadya Ayo PacaranWhere stories live. Discover now