02. Fakta Baru

931 580 399
                                    

Chaeng menatap Jaehyun begitu intens. Ia tiba-tiba teringat isi percakapannya dengan Isa waktu itu.

Tapi... bagaimana mungkin? Pertanyaan itu berputar berulang tak mau keluar dari pikiran Chaeng. Kepala gadis itu akan meledak rasanya memikirkan hal yang mustahil itu.

Mustahil? Gimana gua bisa bilang mustahil kalau gua sendiri belum bener-bener mastiin gosip itu fakta atau bukan?

Jaehyun menyentil kening Jeno pelan. Anak laki-laki itu tampak kesal, karena Jeno selalu saja mencari-cari kesempatan untuk bersentuhan dengan pelayan restoran yang seksi dan cantik.

"Hust! Jen!" Jaehyun menutup mata Jeno menggunakan telapak tangannya supaya tak lagi usil. Masalahnya bukan hanya satu, tapi semua pelayan wanita yang melewati meja mereka diberi kedipan sebelah mata oleh Jeno. Tidak heran kenapa seisi sekolah menyebutnya cowok playboy.

"Ck, iya, gua diem! Awasin tangan lo!" Jeno memutar bola matanya malas.

Jeno melirik Chaeng yang hanya menancapkan garpu secara berulang pada Spaghetti Aglio e Olio pesanannya di piring berwarna putih polos itu.

"Lo kalau udah kenyang atau kaga napsu makan bilang aja kali, Chaeng. Nggak usah ngerasa nggak enak atau apapun. Sini! Biar gua yang ngabisin."

"Ini favorit gua. Lagian ngapain juga gua ngerasa nggak enak? Rasanya enak banget gini. Kalau mau pesen sendiri dong! Kan restoran ini kokinya nyokap lo sendiri," sarkas Chaeng yang membuat Jeno skakmat.

Jeno terdiam seribu bahasa. Gagal sudah rencananya makan gratis.

Kebanyakan orang mungkin tidak tahu, tapi walaupun restoran ini milik mama Jeno, tetap saja dia harus membayar pesanan seperti pelanggan lainnya.

Sudah menjadi rahasia umum dikalangan pebisnis, alasan simpel dibalik peraturan mama Jeno adalah supaya restoran yang menjual berbagai macam hidangan Italia ini tidak kekurangan modal dan mengalami kerugian. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa restoran ini menyajikan hidangan dengan harga yang terbilang mahal.

"Udah selesai semua kan? Kalian keluar aja, biar gua yang ke kasir."

"Makasih banyak, Chaeng. Maaf ngerepotin," Jaehyun memasang mimik wajah yang seolah mengatakan : "gara-gara Jeno nih, kan kasian Chaeng harus bayar pesanan sebanyak ini".

"Nggak ngerepotin sama sekali, Jay. Santai aja kali," Chaeng menggeleng, lalu menatap Jeno yang memasang wajah tidak berdosa.

Cowok yang tampak tak tahu diri itu tersenyum manis, sementara Chaeng membalas dengan senyuman paksa.

**********

"Jay, abis ini kamu ada rencana mau ke mana?"

Hening.

"Mau pergi bareng ke perpustakaan di pusat kota nggak sore ini?" tanya Chaeyoung lagi.

"Jay!"

Chaeng mengerjap dengan wajah bingung. Kenapa Jaehyun tidak merespon padahal jarak mereka hanya satu langkah saja? Tidak mungkin cowok itu tidak mendengar suaranya dari jarak sedekat ini kan?

"Jay!" Chaeng sedikit mengeraskan suaranya, tapi Jaehyun hanya berdiri menatap jalanan Danyang yang padat dengan kendaraan. Seolah ... dia tidak mendengar apa-apa.

"Jay? Lo lagi ngerjain gua, ya? Atau lo marah sama gua, jadi pura-pura nggak denger? Eh, tapi ngapain juga lo marah sama gua. Gua nggak ngerasa punya salah tuh," pertanyaan iyu akhirnya berakhir dengan gumaman yang hanya dapat didengar oleh gadis itu sendiri.

Last Memory Of : C & JWhere stories live. Discover now