3🦋

89.7K 549 1
                                    

-

Nora tersenyum puas tatkala melihat Purwanto dan juga morgana yang seperti cacing kepanasan. Oh ayolah.. sangat lucu sekali! Sedangkan yang lainnya menatap heran kedua pria tersebut.

“Hah hah hah ped-dasss...” ucap Purwanto tak jelas seraya menjulurkan lidahnya dengan nafas yang tersengal-sengal. lihat, sudah seperti seekor anjing bukan?

Purwanto dan morgana dengan cepat beranjak, menyerobot seluruh minuman yang tersedia. Bahkan, jas yang mereka kenakan pun menjadi basah sebab sangking tergesa-gesa nya meminum air.

Nora menahan tawanya, ia berjalan mendekat pada mereka berdua, dengan sepiring kue yang masih berada ditangannya. “Kenapa tuan? Apa yang terjadi dengan mu.” tanya nora dengan ekspresi wajah sangat lugu.

Purwanto berdesis kemudian merampas sepiring kue yang gadis itu pegang. Ia melempar nya dengan kencang kelantai. Sehingga piring tersebut pecah dan kue-kue nya bertaburan. Serta bubuk cabai yang ikut bertaburan ke lantai.

Velita menutup mulutnya dengan mata terbelalak saat melihat itu semua.

Purwanto menarik kuat pergelangan tangan nora dan membawa nya kehadapan velita. “Anda lihat nyonya velita!! Lihat!!!! Lihat bagaimana kelakuan anak mu ini!!!” serunya diselimuti amarah, menghempas kuat pergelangan tangan nora.

Nora mengusap-usap pergelangan tangan nya yang memerah seraya menggerutu kesal dalam hati.

Velita menatap tajam gadis tersebut. “Apa apaan ini?!!” pungkasnya.

“Ah sudah lah nyonya velita! Saya tau anda yang menyuruhnya untuk melakukan itu semua!!” Sarkas Purwanto menunjuk wajah velita.

Nora menggenggam tangan Purwanto yang berada dihadapan wajah velita, kemudian menghempaskan nya dengan sangat kasar. “Jangan bicara yang macam macam tuan Purwanto!! Jaga mulut anda!! Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan mama saya!! Ini adalah hal murni yang saya lakukan sendiri!!! Anda mengerti?!!” Seru nora merasa tak terima purwanto menuduh velita.

Velita memegang bahu nora. “Tutup mulut mu!! Kamu tidak perlu berbicara elenora!!!” tukasnya tajam.

“Ma! Mereka mau ngejatuhin mama. Dia sebenernya mau jadi bupati! Itu kan rencana mu tuan Purwanto?!!” ujar nora, menatap tajam purwanto.

“Waw..... Hebat! Hebat sekali. Hebat nyonya velita! Sangat lancang ucapan anak mu ya.” Purwanto ber-sarkasme. “Mulai hari ini tak akan ada lagi yang nama nya rapat dirumah ini!! Pokok nya tidak akan ada lagi!!” lanjut serunya.

“Ya benar!” sahut morgana.

“Ayo kita pulang.” seru Purwanto pada seluruh orang-orang yang ber-ada disana.

“Ayo ayo....” timpal sebagian dari mereka yang memihak pada pria tersebut.

“Ya bagus! Pergi sana! Tak ada gunanya kalian disini!” ujar nora seraya mendorong purwanto keluar.

Velita mengejar pria paruh baya itu. “Tunggu. Tolong tunggu dulu tuan.” ujarnya.

Purwanto menghentikan langkah nya. Menatap penuh manik mata velita. “Saya tidak mau tau nyonya velita! Anda harus membayar semua ini. Saya sangat tidak terima.” pungkas nya lantang, kembali menunjuk wajah velita. “Sudah ayo pulang semuanya!” lanjut serunya kepada yang lain.

ElenoraWhere stories live. Discover now