Chapter 1 ; 11

91 23 0
                                    


Sudah 2 jam Marcel, Mandra, dan Eknath berdiri di depan ruang operasi. Mandra masih berusaha untuk kuat dan merapalkan doa nya supaya sang ayah selamat, Eknath melihat Mandra yang sedang berdoa ntah kenapa hati Eknath sedih melihat teman nya menangis.

--flashback on--

Orang yang berada di belakang tembok itu segera berdiri dan mengelap air mata nya,dan pergi dari tempat itu melihat yang disana Sudah ingin beranjak.

"Mandra yakin ya kalau ayah Mandra itu sedang berjuang disana,jadi Mandra harus kuat biar ayah juga kuat" Eknath berusaha untuk mendukung teman dekat nya.

Mandra mengangguk dan berusaha untuk kuat karena ada Eknath di sebelahnya, bagi Mandra Eknath adalah sumber kekuatannya dan Mandra selalu berharap bahwa Eknath selalu berada disampingnya.

Mandra menuntun kursi roda Eknath untuk kembali ke ruang operasi, Eknath diam membisu dia hanya berbicara di dalam hati "Mandra kamu harus selalu bahagia ya, jangan sedih sedih aku bakal selalu mencoba untuk ada di samping kamu kecuali tuhan yang memisahkan kita".

--flashback off--

Setelah 2 jam lamanya, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi Mandra dan Marcel segera berdiri menghampiri sang dokter. Eknath hanya melihat dari jarak yang sedikit jauh.

Kaki Mandra terjatuh dan tangis nya kembali pecah Eknath yang melihat itu segera menghampiri dirinya sudah siap menjadikan pundak nya untuk tempat bersandar Mandra, Mandra memukul kepalanya terus menerus sambil memeluk kakinya dan bergumam.

"akhhhh,tuhan jahat ngambil ayah Mandra kak Marcel . . dunia jahat Mandra sama siapa kak ayolahh balikin ayah Mandra kak!!! Mandra cuma punya ayah kak!!" Mandra memeluk kaki Marcel sembari memohon "Kak ayo balikin ayah nya Mandra, Mandra cuma butuh ayah!!"

Eknath yang melihat itu tidak tahan untuk tidak menjatuhkan air mata nya,Eknath memeluk Mandra "Mandra jangan nangis ada Eknath" Eknath ikut menangis.Mandra memeluk Eknath dengan kuat sembari menangis

"Eknath!semesta jahat sama Mandra kenapa!!!" Mandra terus menerus menangis,Marcel yang melihat itu berusaha tidak menangis dirinya melihat itu merasa bersalah "ayah,maafin aku ya . ."

Pemakaman sang ayah di siapkan dan di makamkan di tempat sang ayah lahir, seperti sang ayah mau. Dan dihadiri Eknath, Marcel, Leta dan tetangga disana.

--1 minggu kemudian--(Eknath pov)

Jam sudah menunjukan pukul 07.00, aku baru saja membuka mata ku disambut dengan mentari yang bersinar terang. Aku bangun dan duduk di kursi roda ku dan memulai rutinitas di pagi hari untuk hari ini.

Sudah sekitar seminggu rutinitas pagi ku berubah karena ada seseorang yang menemaniku tinggal di rumah yang cukup besar ini, sesudah mencuci muka dan merapikan tempat tidur aku pergi ke kamar 1 lagi untuk membangunkan seseorang.

Tok . . .tok . . . tok . . .

Aku mengetuk pintu itu tetapi tidak ada yang membalas nya,sedikit aneh pikirku.Kemana pemilik kamar ini.

"Hey Eknath, apa yang kamu lakukan di depan pintu kamar ku" ya itu suara yang sekarang aku dengar seminggu ini, pemilik suara itu adalah Mandra.

Mata ku langsung menyorot laki-laki yang tinggi ini berada tidak jauh dari ku, senyumku mengembang dengan sempurna melihat laki laki itu ya Mandra namanya.

Mandra mendekatiku dan mendorong kursi roda milik ku menuju ke ruang makan, ternyata dia sudah menyiapkan sarapan pagi ini. Ia menggeser kursi untuk ku, kami mulai menyantap makanan yang dibuat oleh Mandra tanpa ada bahan bicara.

Sehabis makan dan membersihkan nya sekarang waktu sudah menunjukan pukul 08.15,Eknath menghampiri Mandra yang kini berada di sofa "Mandra! ayo kita ke taman dekat sini".Mandra mengangguk dan kita pun berangkat dengan jalan kaki.

(Back to Author pov)

Mandra mendorong kursi roda milik Eknath sembari melihat sekeliling, mereka mengelilingi taman kota itu dan beristirahat di bawah pohon yang rindang itu. Eknath mengeluarkan handphone nya dan memutar lagu playlist nya.

Mandra dan Eknath mendengarkan dan terkadang menggerakan kepala nya mengikuti alunan musik.

Mandra bernyanyi perlahan mengikuti lagu itu,

"kapanpun mimpi terasa jauh"

"oh, ingatlah sesuatu"

"ku akan selalu jadi sayap pelindungmu"

Mandra menyanyikan reff lagu itu sembari menatap Eknath dan tersenyum, Eknath yang mendengar Mandra bernyanyi pun ikut menyanyikannya sambil menatap balik sang empu.

"Saat dunia mu mulai pudar"

"dan kau merasa hilang"

"Ku akan selalu jadi sayap pelindungmu"

Setelah Eknath menyanyikan reff lagu itu ia tersenyum bak malaikat,dan tertawa kecil melihat Mandra yang melamun karena mendengarkan suara Eknath yang merdu itu.

(Mandra short pov)

"Eknath jangan tersenyum, jantungku sedang tidak baik-baik saja karena kamu menyanyikan lagu itu dengan Indah"  Batin Mandra yang berusaha untuk tidak tersenyum karena eknath

Haiii,

Author nana back nih

ayooo jangan lupa votmen nyaaa

see u in Chapter 1 ; 12





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝑨𝑹𝑨𝑪𝑬𝑳𝑳𝑰 || 𝐶𝐻𝐸𝑁𝐽𝐼Where stories live. Discover now