Chapter 1 ; 1

246 62 14
                                    

Sebelum membaca

mari votmen dulu

sudah?

happy reading

Suara bayi yang menggema diruangan rumah sakit, dan tangisan kedua orang ini yang sekarang Sudah resmi menjadi seorang orang tua. Tangisan ini adalah tanısan yang penuh haru.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun telah dilewati dengan Penuh kasih sayang dari kedua orang tua itu yang kaya dan baik. Hidup Anak ini seperti tidak ada kekurangan sedikit pun apapun yang dia mau selalu terpenuhi.

Tetapi . . . kebahagian itu hanya sementara

Anak yang bernama Eknath ini bertumbuh dan terus bertumbuh hingga sekarang dia berumur 16 tahun. Hampir hari harinya hanya ada dengan paksaan yang begitu keras,dan terus di tuntut untuk sempurna.

Semua itu berawal semenjak umur 13 tahun dirinya mengalami kecelakaan yang parah dan hampir merengut nyawa nya, tetapi tuhan memberikannya satu kesempatan hidup lagi tapi dia harus lumpuh dan terduduk di kursi roda selama hidupnya.

Malam ini anak yang bernama Eknath ini berada di meja belajarnya dan memandangi langit yang sedang menangis, Eknath sangat suka dengan hujan sambil mendengarkan lagu karena jika hujan dirinya tidak mendengar pertengakaran kedua orang tuanya yang selalu merebutkan dan mementingkan harta-harta itu.

Eknath hanya bisa tersenyum mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya itu karena harta.

"ma pa . . . bisakah kalian melihatku hanya sebentar saja dan menyingkirkan harta kalian sebentar saja aku mohon,apakah lebih penting harta kalian daripada anak mu satu-satunya ini"

Air mata Eknath lolos tanpa aba-aba, Eknath bukan Anak yang cengeng tetapi dirinya hanya capek dirinya juga perlu kasih sayang biarpun dia harus terduduk di kursi roda. Apakah dirinya anak aib keluarga?hanya karena dirinya cacat? kata-kata yang sangat sering mama Eknath keluarkan ke Eknath secara terang-terangan biarpun di depan umum sekalipun.

Eknath mengelap air mata yang jatuh itu lalu tersenyum,dan meyakinkan dirinya.

"Mah pah, aku yakin aku bisa membuktikan Kalau aku bukan aib keluarga dan suatu saat mamah dan papah akan bangga dengan Eknath ini.Mamah sama papah tunggu ya Eknath di titik teratas biar mamah sama papah bangga dengan Eknath"

Hujan yang semakin deras mengguyur rumah Eknath yang mewah itu.

Prannggg . . . .

"KAMU BAWA SAJA ANAK SIALAN ITU,SAYA TIDAK BUTUH AIB KELUARGA!"

Eknath yang mendengar itu hanya tersenyum miris, segitu bencinya kah kedua orang tuanya itu kepada anaknya sendiri. Suara yang dari luar berasal itu menghampiri kamar Eknath dan membuka pintunya dengan keras.

"KAMU ANAK SIALAN IKUT SAYA!"

Tangan Eknath di cengkram kuat oleh perempuan yang menjadi sosok ibu ini,Eknath hanya merintih kesakitan dan berbicara dalam batin nya "mah sakit tangan eknath jangan dicengkram terlalu kuat"

Ternyata Eknath dibawah ke satu panti asuhan,saat Eknath melihat itu hati Eknath sangat sakit dia dimasukkan ke panti asuhan?ternyata benar bahwa dirinya anak yang tidak berguna sangat tidak berguna.

"Saya kasih kamu uang, kamu harus tinggal di panti asuhan!" Eknath Hanya mengangguk paham dan masuk kedalam panti asuhan sambil mendorong kursi rodanya itu yang berada di pinggir kota.

Sebenarnya dirinya tidak membutuhkan uang, dirinya hanya ingin kasih sayang tapi tidak masalah mungkin ini sudah takdir Eknath, dan Eknath harus menerima takdir yang sedikit menyakitkan itu.

Eknath menidurkan dirinya di kasur baru itu sambil memandangi langit-langit kamar nya, pikirannya kosong malam ini dan mungkin dirinya ingin berjalan-jalan besok pagi hari. Eknath mulai tertidur dalam keadaan mata yang basah.

Jendela terbuka, sinar mentari menembus kaca sampai ke wajah Eknath. Eknath terbangun akibat sinar matahari itu, Eknath menaiki kursi roda nya dan mendorong nya masuk ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan cuci muka.

Setelah melakukan itu,Eknath mendorong keluar kursi roda nya dan ingin berjalan-jalan di pinggir kota ini yang sedikit kumuh.

Satu demi satu rumah yang seperti ala kadarnya itu di lewati oleh Eknath.Tapi ada satu orang membuat Eknath diam dan tidak melanjutkan perjalanannya,yaitu seorang anak remaja yang juga sepertinya seumuran dengan Eknath mengambil air dari sumur.

Anak itu terlihat kumuh dan pucat,saat mau menghampirinya ada seorang perempuan tua melarang eknath untuk menghampiri anak remaja tersebut.

"Wahai anak muda, jangan menghampiri pemuda itu dia jika kamu menghampirinya masa depan mu akan hancur" saat Eknath mau melihat perempuan itu, perempuan itu mendadak hilang tanpa jejak.

Eknath terkejut dan terdiam memikirkan omongan perempuan tua itu.


"jangan egois dan sombong akan harta mu, karena harta mu itu belum tentu bahagia mu" -Eknath

Hai readers

selesai membaca mari vote dan komen dulu

jika Sudah

nantikan chapter 1 ; 2

see u



𝑨𝑹𝑨𝑪𝑬𝑳𝑳𝑰 || 𝐶𝐻𝐸𝑁𝐽𝐼Where stories live. Discover now