"Sekarang gimana Raffa? Mau coba kenal saya gak? Kebetulan ketemu kamu jantung saya masih gak bisa dikontrol."

Sukses membuat Raffa tercengang. Raffa kaget bukan main setelah beberapa tahun yang lalu ditolak bahkan dipermalukan didepan umum, pemuda tampan di depannya ini masih menyimpan rasa padanya.

Raffa bingung, dirinya terdiam namun segera dibawa pergi oleh Raga yang sejak tadi memperhatikan keduanya.

Raga membawa Raffa menjauh dari kerumunan. Membuat keduanya berakhir di koridor belakang toilet yang sangat jarang dilewati orang.

Raga menggenggam erat tangan Raffa seaseakan enggan melepaskannya sementara Raffa mengeluh karena saking eratnya genggaman tangan Raga itu membuat pergelangan tangannya sakit.

Dengan segera Raffa menghempaskan tangan Raga hingga genggamannya terlepas. Namun pemuda bermata rubah itu tidak melarikan diri melainkan menuntut penjelasan akan sikap Raga itu.

"Aku cemburu, Bintang." Dua tangan Raga kini berada di bahu Raffa, mendorong pelan tubuh yang lebih mungil darinya hingga terhimpit antara dinding dan dirinya.

"P - pak.." Raffa berusaha mendorong Raga menjauh namun tenaganya tidak terlalu kuat untuk mendorong tubuh Raga yang jauh lebih besar darinya.

"Bi.." Panggilan yang sangat dia rindukan itu membuat Raffa menghentikan tangannya mendorong Raga menjauh. Kepalanya mendongkak menatap Raga yang matanya juga kini menatap dirinya lembut.

"Pak, bapak kenapa sih?" Tidak ada jawaban dari pertanyaan Raffa. Tangan kekar Raga kini naik mengelus pipi Raffa membuat pemuda rubah itu goyah. Matanya kini menatap Raga dengan penuh harap.

"Jangan dekat dengan pria lain Raffa." Raffa sedikit bingung dengan bicara Raga yang dari informal tiba tiba menjadi formal. Memanggilnya Bintang kemudian kembali memanggilnya Raffa. Apa mungkin mabuk? Pikir Raffa. Namun seingatnya belum ada yang mengeluarkan minuman.

"Gua engga deketin siapa siapa." Pertahanan Raffa benar benar hancur ketika kepala Raga kini dia benamkan di bahu Raffa. Membuat Raffa menjadi sangat gugup.

"Tapi kamu sangat dekat dengan Juna." Kalimat itu terucap dengan sangat pelan namun masih bisa terdengar oleh telinga Raffa.

Pemuda bermata rubah itu benar benar dibuat kebingungan dengan sikap atasannya itu. Raga sukses membuat pertahanannya runtuh. Namun demikian, apa status mereka? Raga tidak seharusnya cemburu pun Raffa juga tidak seharusnya membiarkan Raga dengan nyaman kini melingkarkan tangannya di pinggang Raffa.

"Gak bisa kayak gini." Raffa yang tersadar mendorong Raga menjauh, membuat pemuda tan itu melepaskan pelukannya. "Lo yang ninggalin gua Raga. Gak seharusnya lo kayak gini sekarang." Lanjutnya.

"Bi gua bisa - "

"Dan tolong jangan panggil gua Bintang. Gua harap kita bisa jaga status kita sebagai atasan dan sekretaris. Jangan terlalu ikut campur kehidupan pribadi gua Raga. Dengan siapa pun gua deket atau apapun yang terjadi sama gua, lo gak perlu terlibat terlalu jauh." Raffa segera memotong sebelum Raga sempat menyelesaikan kalimatnya. Bahkan bergegas pergi tanpa menunggu Raga menjawabnya.

***

Raffa kembali ke dalam aula, sementara Raga tidak terlihat lagi sejak saat itu. Bahkan ketika pihak keluarga mencarinya, Kaisar juga bertanya tanya kemana pemuda itu pergi.

Tanpa Raga, acara pernikahan berlangsung dengan baik hingga tiba pada bagian akhir acara, yakni lempar bunga oleh mempelai. Namun tepat sebelum sesi itu dimulai, Irene sebagai mempelai wabita membuat satu permintaan.

"Aku mau satu orang yang berdiri disana, menangkap bunga tanpa harus berebut dengan orang lain." Baik Suho dan pembawa acara menyetujui permintaan tersebut. Para gadis, ditambah Alvaro menunggu Irene menyebut nama orang yang dia ingin menangkap bunga darinya.

"Raffa.." Dengan senyum mengembang dibibirnya, Irene memanggil Raffa membuat pemuda itu kaget dan berusaha menolak. Raffa dan Irene cukup dekat. Raffa banyak membantu Suho mendekati Irene dulu sehingga Irene lebih dekat dengan Raffa dibanding Raga atau Kaisar.

Pada akhirnya Raffa tidak bisa menolak ketika Irene menatapnya dengan tatapan yang memohon itu. Raffa kini bersiap diposisi dan Irene membelakangi Raffa diatas panggung. Bunga dilempar namun terlalu tingga untuk Raffa meraihnya.

Ketika Raffa berbalik badan hendak mencari tau keberadaan bunga itu, seorang pemuda kini memegang bunga itu sembari berlutut di depannya, cukup membuat suasana ramai.

"Be mine?"

[TBC]

Hey hey siapa diaa..
Yang mengjedor Raffa siapakah diaa
Raga apa Juna hayoo siapaa
Pak Raga yang gak keliatan atau Pak Juna nih yang terang terangan mau deketin Raffa

SORRY BARU BISA UP LAGI

[✅] Re sign || MEANIEWhere stories live. Discover now