10 || Zean atau Akra

Mulai dari awal
                                    

"Saya mang Ijal. Supir bu Safina." ucap pria paruh baya memperkenalkan dirinya.

"Saya ditugaskan bu Safina buat anterin non Amora ke sekolah." ucap mang Ijal lagi menyadari kerutan di dahi Keysha.

"Tapi saya bisa naik angkot." Keysha merasakan getaran disaku seragamnya.

Bunda is calling

"Hallo sayang?"

"Hallo bun."

"Amora udah ketemu mang Ijal kan? Bunda nyuruh mang Ijal buat anterin Amora sekolah."

"Tapi kan Keysha bisa naik angkot atau mesan taksi bun." balas Keysha tidak enak.

"Bunda gak terima penolakan. Kan bunda udah bilang, Amora punya bunda yang kaya raya jadi harus dienakin." terdengar kekehan kecil dari sebrang sana.

"Mang Ijal bukan anterin Amora hari ini, tapi seterusnya." ujar Safina lalu mematikan sambungannya lebih dulu.

Keysha menghela nafas pasrah. Bundanya ini sangat pemaksa dengan sesuatu yang dianggap mudah tapi lain dengan Keysha yang merasakan sedikit tidak enak.

"Mari non." ajak mang Ijal.

"Iya mang."

*****

Kini Keysha sudah sampai di sekolahnya. Banyak tatapan yang ia dapatkan saat keluar dari mobil yang ia tumpangi. Dari tatapan terang-terangan dan tatapan yang tidak bisa ia artikan.

Tanpa memperdulikan nya Keysha tetap berjalan dengan sesekali membalas senyuman orang-orang yang menyapanya. Mereka menyapanya? Jadi Keysha juga melakukan hal sama.

"Keysha." teriak Alika berlari kecil menuju arahnya bersama Chika.

"Jangan teriak, Lika. Masih pagi." ujar Keysha kala Alika berdiri disampingnya.

"Tau. Udah kek dihutan." dumel Chika.

Alika menyengir pelan, "Sorry. Key banyak mata noh liatin lo" ucap Alika.

"Biarin mereka yang punya mata. Gak usah ngurus, Alika." timpal Keysha. Sekarang dia tahu arti tatapan yang sedari mengintainya saat keluar dari mobil sampai ia bertemu kedua sahabatnya dikoridor.

"Eh btw tadi lo dianterin siapa?" tanya Chika penuh selidik.

Keysha beralih berdiri ditengah-tengah Alika dan Chika lalu merangkul pundak kedua sahabatnya. "Panjang ceritanya. Kalo gue carita sampai besok mungkin gak kelar." ucap Keysha.

"Apa sih, Key? Lo mah gitu main rahasiaan." gerutu Alika melepas rangkulan Keysha.

"Udah mau bel. Nanti istirahat gue cerita deh." Ketiganya pun beranjak menuju kelas. Jangan lupakan tatapan yang Keysha dapatkan.

Ditempat lain kelas 11 Ips 3 tengah melakukan hal-hal random yang menurut mereka mengasikan saat guru mapel tidak masuk. Seperti saat ini Gidar sedang melancarkan aksinya untuk mengusik dan mengganggu Ragil yang fokus bermain game di ponselnya.

"Gantian dong, Gil." ucap Gidar sambil menggoyang-goyangkan lengan Ragil.

"Apa sih, Dar. Hp lo mana?"

"Hp gue mati, Gak bawah charger,"

Ragil menggeser posisinya, "Derita lo." Membuat Gidar mendengus kesal ditempatnya. Saat-saat seperti ini hanya dirinya yang tidak memiliki kesibukan lain, entah ia sial atau ada hal lain. Hari ini Gidar membawa ponselnya dalam keadaan mati dan charger pun tidak dibawa.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang