Alasannya satu: kamar Gentar tidak ada balkonnya dan Gentar sudah mengincar kamar Tegar sejak dulu.

"Bucin banget," gumam Tegar mencibir saat melihat foto Azkira yang tertempel di samping jam dinding.

"Gue yang udah nikah aja nggak pasang foto istri di kamar." Wah, jadi kasian sama Tasqia punya suami nggak bisa romantis dikit sama istrinya.

"Weh ada penyusup!" teriak Gentar kaget melihat abangnya anteng menonton televisi.

"Penyusup pala lo!"

Gentar tertawa renyah, lalu berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil kaos dan celana selutut. Kemudian ia kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk memakainya.

"Sini lo!" Tegar meminta adiknya itu untuk mendekat.

"Ogah. Gue abis mandi."

"Terus kenapa kalo lo abis mandi?"

"Ya gue udah bersih. Lo kan kotor."

"Otak lo tuh kotor," sambar Tegar melempar bantal ke arah adiknya. "Sini. Gue mau ngobrol serius sama lo."

"Apa sih Bang? Lo mau ngapain gue? Gue masih suci."

"Sini, Gentar!"

Gentar langsung mendekat saat mendengar suara abangnya mulai meninggi. Daripada baku hantam lebih baik ia mengindahkan perintahnya.

"Gimana rencana pertunangan lo sama Azkira. Lancar? Butuh bantuan gue nggak?"

Siapa yang menyangka cowok tsundere seperti Tegar menanyakan hal itu? Gentar yang satu orang tua saja kaget mendengarnya. Sampai speechless!

"Bang, lo kesurupan jin so sweet mana?" tanya Gentar ngawur sembari mengecek suhu kening Tegar menggunakan punggung tangannya.

"Gentar gue serius."

Gentar berdehem pelan, lalu membalas tatapan serius abangnya. "Bunda udah urus semuanya bareng EO. Katanya gue sama Azkira terima beres aja," ujar Gentar.

"Kalo butuh apa-apa hubungi gue."

"So sweet banget lo, Bang." Gentar memeluk abangnya kencang bak sudah lama tidak bertemu.

"Lepas! Gue geli lo peluk, Gen," ungkap Tegar lantang membuat Gentar langsung menjauh dan menekuk wajahnya.

"Sama adeknya kok gitu?" Gentar kesal. Pipinya menggembung lucu, tetapi Tegar malah bergidik.

"Jijik, Gen."

Tawa Gentar pecah dan merangkul bahu abangnya. "Kapan lagi kita akur kaya gini ya kan?"

"Hm."

"Padahal biasanya kita perang karena gue akhlakless ke lo. Tapi emang dasarnya di mata lo gue selalu salah sih," ujar Gentar menoleh ke arah abangnya.

"Makanya setiap mau bertindak itu dipikir dulu resikonya," pesan Tegar menoyor kepala Gentar.

"Iya elah diinget-inget mulu. Gue kan sekarang udah nggak pernah beliin kakak ipar es krim."

"Iya nggak pernah beliin es krim, tapi beliin snack aneh-aneh."

Gentar terkekeh pelan. "Itu kakak ipar yang request ke gue. Istri lo kan lagi ngidam. Nanti kalo nggak diturutin anak lo ngeces terus. Emang mau?"

Tidak ada sahutan dari Tegar. Calon papa muda itu fokus menonton televisi. Benar-benar tidak memedulikan ucapan adiknya.

"Kadang gue ngerasa kasihan sama kakak ipar karena dapet suami kaya lo, Bang. Tapi gue lebih kasihan sama diri gue sendiri punya abang kaya lo," ujar Gentar sukses membuat Tegar tersinggung.

GENTAR [END]Where stories live. Discover now