85 42 225
                                    

🍓 HAPPY READING 🍓

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rovio Budi Arrofanya

Sejak pertama kali lihat lo, gue ngerasa ada sesuatu yang hilang dalam diri gue. Lo ... udah nyuri hati gue.

***

"Aji, minta kecap dong," ucap Budi pada cowok yang duduk berhadapan dengannya.

Cowok dengan gaya rambut oppa-oppa Korea itu melirik botol kecap yang ada di samping lengannya.

"Okeh," ucap Aji. Namun bukan botol kecap yang dia ambil, melainkan mangkuk sambal. Sambil tersenyum licik, Aji memasukkan banyak sambal ke dalam mangkuk bakso Budi sambil tertawa jahat.

"Eh, anak ayam!! Lo ngapain!!" teriak Budi.

"Nambah nafsu makan lo tuh," ucap Aji tanpa dosa.

"Nafsu makan bapak kau! Gue nggak suka pedas kampret!" Budi menoyor kepala Aji dengan keras. Dia berdecak, sekarang apa yang harus dia lakukan pada mangkuk bakso yang ada di depannya ini? Budi tidak tahan dengan rasa pedas. Mungkin baru satu suap memakan bakso itu, dia sudah menangis kepedasan.

"Mana masih banyak lagi baksonya," ujar Budi menatap nanar mangkuk bakso di depannya.

"Banci lo. Habisin kalau lo emang laki!" ucap Aji.

"Gue nggak bisa. Lambung gue nggak terima tamu bernama zat capsaicin," ujar Budi.

Aji memutar bola mata malas. "Alasan."

"Pokoknya gue nggak mau tau, lo harus gantiin bakso gue," ucap Budi menunjuk Aji.

"Lah, kok malah nyuru gue gantiin, sih? Kan, yang punya lo." Aji balas menunjuk Budi.

"Tapi gue nggak mau makan kalau baksonya pedas, Ali Baba!!"

"Urusan lo. Kenapa bawa-bawa gue."

"Yang nambahin sambal siapa?"

"Gue."

"Jadi lo yang harus tanggung jawab!"

"Gue nggak hamilin anak orang, tuh."

Budi sudah sangat emosi menghadapi sikap sahabatnya itu. Andai saja dia memegang sebuah pisau, mungkin kepala Aji sudah dia tebas sedari tadi.

"Gelud, yuk!"

"Lo pikir gue takut?"

Kedua cowok tampan itu mulai menggulung lengan seragam mereka. Baru saja akan melayangkan tinju masing-masing, telinga mereka sudah dijewer oleh seorang gadis.

"Kalian ngapain? Kenapa nggak bisa jaga sikap, sih?"

"A-aduh ... Ani, lepasin dong ... ." Aji memegang tangan Ani yang menjewer telinganya.

Nadya Ayo PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang