16 • Emergency Unit

Start from the beginning
                                    

Berbicara langsung dengan dokter spesialis penyakit dalam yang direkomendasikan adiknya, Hanif meminta tanpa melalui emergency unit, Hawwaiz langsung diberikan kamar rawat inap. Hanif yang sedianya datang lebih awal dari penugasannya ke London untuk mempelajari sistem pembedahan terbaru melalui terapan AI di ibukota Inggris itu harus kembali ke rumah sakit. Namun, kali ini dia bukan memainkan perannya sebagai seorang dokter melainkan keluarga pasien yang harus melawan rasa takutnya ketika dokter penyakit dalam itu menyebutkan kondisi Hawwaiz kritis setelah adiknya diketahui tidak sadarkan diri.

"What really happened?" tanya Dokter Asher.

Hanif menggelengkan kepala karena dia sama sekali tidak mengetahui apa yang sebelumnya terjadi pada adiknya. Dia hanya menceritakan sedikit yang dia ketahui dari semalam karena dia juga baru tiba dari Indonesia.

Tak hanya diam sampai di situ, Dokter Asher mencoba mengumpulkan teman clerkship Hawwaiz satu tim. Dia mencoba bertanya dan mencari korelasi antara jawaban mereka dengan penyakit yang diderita Hawwaiz. Dia kemudian kembali ke kamar Hawwaiz setelah seorang suster memberitahukan bahwa seluruk hasil pemeriksaan Hawwaiz sudah keluar.

"There is bleeding in the patient's digestive tract." Dokter Asher membaca hasil rontgen Hawwaiz dan mencocokkannya dengan hasil laboratorium yang diambil sebelum Hawwaiz tak sadarkan diri.

Hanif yang mencoba mengartikannya perlahan. Apakah adiknya mengalami peradangan saluran cerna? Apakah selama ini Hawwaiz seringkali melewatkan jam makannya atau memang ada hal lain yang membuat sang adik sakit?

Hanif masih terus berpikir ketika tiba-tiba Qiyya meneleponnya dan menanyakan apakah dia sudah bertemu dengan Hawwaiz.

"Astagfirullah, Bunda, saking excitednya Mas bertemu dengan bungsu kesayangan Bunda sampai lupa harus mengabari. Ya, semalam kami sudah banyak bercerita. Hari ini Hawwaiz juga harus ke rumah sakit untuk clerkship. Bunda jangan khawatir, everything gonna be okay," jawab Hanif.

"Hawwaiz tidak tinggal satu flat dengan Vira kan, Mas?"

Hanif berdeceh. Dia percaya adiknya tidak seburuk itu meski Qiyya pernah bercerita Hawwaiz pernah melakukan khilaf di flat Vira.

"Selama ada Mas di sini, Hawwaiz akan baik-baik saja. Bunda jangan khawatir. Hawwaiz tinggal sendiri di flat, Mas bisa pastikan itu." Hanif segera memutuskan panggilan telepon ketika Dokter Asher mengisyaratkan ingin bicara dengannya.

"Looking at all the symptoms that occurred in the patient along with the results of the examination, we began to conclude that your brother suffers from Steven Johnson Syndrome."

Hanif mengusap wajahnya dengan kasar. Nama penyakit yang dia dengar itu cukup membuatnya harus menghela napas panjang. Mengapa harus adik kesayangannya yang menderita penyakit langka itu?

"The patient should be transferred to the ICU."

Hanif mengangguk pasrah dengan saran Dokter Asher. Dia ingin yang terbaik untuk Hawwaiz.

Sore harinya, Vira benar-benar datang ke Ormond Hospital untuk menemui Hawwaiz. Namun, setelah dia sampai di sana. Dia tidak lagi menemui pria itu di emergency unit. Setiap petugas yang dia tanya hanya menjawab Hawwaiz telah berganti stase dan mereka tidak tahu stase apa yang kini sedang ditempuh oleh calon dokter tampan itu.

"And Doctor Clara, where can I see her?" tanya Vira tidak menyerah.

Jawaban yang sama diterima Vira selanjutnya. Akhirnya dia menyerah setelah berulang kali menelepon Hawwaiz, tapi panggilannya justru tidak tersambung. Karena sepertinya gawai Hawwaiz mati karena sedari siang Vira menghubungi hanya jawaban operator yang bisa dia dengarkan.

AORTAWhere stories live. Discover now