14. Pamit

18K 2.1K 282
                                    

Hallo, Assalamualaikum semuanya❤
Absen yuk jadi pembaca jalur apa nih kalian?
Instagram
Tiktok
Telegram
Atau (isi sendiri)

Sebelum lanjut, mohon banget ceritanya bener-bener dibaca ya! jangan di scroll aja, vote dan komen di setiap line nya juga aku tungguin, kalau sama aku harus jadi pembaca yang cerewet! Inget ya, jangan cuma baca dialognya aja, tapi baca juga narasinya biar lebih paham sama alur ceritanya.

Save cerita EPHEMERAL (Surgaku di Kamu) di library kalian ya😍 supaya kalau update kalian langsung dapat notifikasinya😊

Dan share juga cerita ini ke teman-teman kalian. So, enjoy guys!!🌹

Happy reading!❤🌹

-
-

EPHEMERAL (Surgaku di Kamu)
14. Pamit

🌹

Mobil sport berwarna hitam yang dikendarai Athalla membelah jalanan ibukota. Bunyi klakson mobil saling bersahutan di jalan, suara kondektur bus juga terdengar melengking untuk menarik perhatian penumpang, lalu-lalang pejalan kaki di trotoar menjadi pemandangan yang cukup menarik bagi Nazra.

Ini pertama kalinya ia berada dalam satu mobil dengan laki-laki. Hanya berdua. Setelah keluar dari area hotel tadi, Athalla sama sekali tidak bersuara. Keduanya diselimuti canggung, apalagi tadi Nazra yang sepertinya salah memuji Athalla hingga membuat suaminya itu tidak bicara sama sekali.

"Mau sarapan dulu apa langsung ke rumah bunda?" tiba-tiba suara bariton dari sebelahnya membuat Nazra menoleh. Ah, Athalla akhirnya bertanya sesuatu dengannya. Sejak tadi Nazra menunggu laki-laki itu memulai pembicaraan duluan.

"Terserah kamu aja," jawab Nazra. Tipikal perempuan yang apabila ditanya, jawabannya akan selalu "Terserah."

Mendengar jawaban Nazra membuat Athalla berdecak. Pasalnya laki-laki akan selalu serba salah jika pasangannya berkata demikian. Padahal maksud dari kata "Terserah" seorang perempuan itu bukan karena dia acuh, tetapi karena dia menghargai apapun keputusan pasangannya.

"Yaudah sarapan dulu," putus Athalla. Kemudian laki-laki itu menepikan mobilnya di sebuah resto makanan cepat saji membuat Nazra menautkan kedua alisnya.

"Kok, ke sini?" tanya Nazra membuat Athalla yang baru saja ingin melepas setbelt nya berhenti.

"Kenapa? Kan mau sarapan? Nggak usah aneh-aneh. Ini udah jam sepuluh dan gue belum makan apa-apa," jawab Athalla.

"Pagi-pagi nggak baik makan makanan cepat saji. Mending makan bubur ayam aja, aku tau tempat yang enak. Mau?" tawar Nazra selembut mungkin agar Athalla mau menuruti permintaanya, "yaudah kalo nggak ma--"

"Yaudah, terserah." Nazra tersenyum mendengar jawaban Athalla. Pasalnya wajah laki-laki itu tertekuk sekarang, lucu sekali. Tidak apa-apa, mulai sekarang Nazra akan membiasakan suaminya itu untuk makan makanan yang sehat, meskipun sederhana seperti bubur ayam.

Mobil hitam itu kembali melaju di jalanan. Saat hampir sampai di komplek tempat Nazra tinggal, perempuan itu menyuruh Athalla berhenti di depan gang yang di sana terdapat gerobak bubur ayam yang masih ramai. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, sudah hampir siang.

"Yuk turun! mau makan di sini apa di bawa ke rumah bunda?" tanya  Nazra.

"Makan di sini aja," jawab Athalla singkat.

EPHEMERAL [COMPLETED]Where stories live. Discover now