"Aku mau menua bareng kamu." Boruto akhirnya mengangkat kepalanya, menatap obsidian Sarada penuh kesungguhan. Obsidian Sarada bergetar pelan.

"Menua bareng aku?"

"Aku mau jadi orang yang selalu kamu sambut tiap aku pulang ke rumah," imbuh Boruto lagi, membuat obsidian Sarada mengeluarkan peluh mata yang kini menggenang.

"Ada lagi?" Sarada menitikkan air matanya. Walau Boruto tidak terang-terangan mengatakan perasaannya, tapi tetap saja.

Sarada jadi meneteskan air mata mendengarnya.

"Aku enggak tau mau bilang apa lagi, sih. Tapi intinya aku juga enggak bisa jelasin apa yang aku rasain," jujur Boruto, tersenyum tak enak. Pria itu merasa cupu, ia memang tak bisa mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat bersama Sarada.

"Cuma yang aku tau, aku enggak mau kehilangan kamu," tandas Boruto, menatap Sarada yang kini sudah bersimbah air mata. Istrinya itu tergugu haru, mencebikkan bibirnya gemas.

"Do you love me, Bolt?" tanya Sarada terang-terangan karena tak tahan. Alih-alih menjawab, Boruto melepas genggamannya. Pria itu langsung mendekatkan wajahnya pada wajah Sarada, menyatukan bibir mereka dan melumat bibir istrinya lembut. Setiap sentuhan ia berikan cinta, sengatan listrik membuat tubuh mereka berdua sama-sama bergetar hebat.

Safir Boruto menatap saklek mata istrinya. Sarada sudah menangis, Boruto mengusap air mata istrinya pelan dengan tangan.

"Yes, I do, Dear."

Jawaban pasti dari Boruto membuat Sarada menangis kencang. Wanita itu terharu, ditambah hormon bawaan bayi membuat dirinya jadi ingin menangis tergugu. Boruto tersenyum tipis, tangannya kembali mengusap air mata Sarada lembut.

"Jadi, gimana? Kamu setuju?" tanya Boruto mengulangi kalimatnya. Tanpa basa-basi Sarada mengangguk mantap, mengusap air matanya dengan jemarinya sendiri.

"Ya setuju, lah. Kebangetan kalo aku enggak setuju," rengeknya manja, membuat Boruto tertawa kecil menatap istrinya.

Pengakuan Boruto membuat Sarada tak henti-henti menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pengakuan Boruto membuat Sarada tak henti-henti menangis. Sekarang sudah malam, dan wanita itu belum juga berhenti. Kalau ditanya alasannya, Sarada bilang ini kemauan bayinya.

Boruto hanya bisa mengiyakan. Baru saja ia mendapat persetujuan Sarada, kalau ia membantah bisa-bisa Sarada menarik persetujuannya lagi.

"Sar, makan dulu," suruh Boruto sembari membawa nampan yang sudah dibawakan suster tadi. Nasi dan sayur-mayur, membuat Sarada cemberut melihatnya.

"Enggak ada daging?" rengek Sarada lagi. Boruto menggeleng.

"Tekanan darah kamu tinggi, nih mending kamu makan timun aja." Boruto mengambil potongan timun yang ada di piring, menyodorkannya ke depan mulut Sarada.

Unpredictable Marriage | BoruSaraWhere stories live. Discover now