12. Rasa Yang Mulai Ada

1.5K 199 104
                                    

Pulang dari Hilton Tokyo Bay, Sarada menoleh saat tersadar sesuatu. Boruto fokus mengemudikan mobilnya, ikut menoleh saat suara feminim Sarada memanggilnya.

"Bolt."

"Kenapa, Sarada?" Boruto menoleh sekilas, lalu memerhatikan jalanan lagi.

"Kamu abis ini langsung ke kantor apa gimana?" tanya Sarada, dengan oniks yang menatap Boruto penuh harap.

"Sebenernya kerjaan saya udah dihandle sama sekretaris. Saya enggak ada jadwal meeting juga hari ini. Jadi free," jawab Boruto, menghentikan mobilnya di lampu merah.

Sarada terdiam sesaat, menimang-nimang perkataan yang akan ia ucapkan. Walau ragu, gadis itu menatap safir Boruto lamat-lamat, berusaha meyakinkan diri.

"Kamu mau anter aku ke supermarket, enggak, Bolt?" pinta Sarada, membuat Boruto jadi memfokuskan seluruh atensinya pada oniks Sarada.

Gadis yang ditatap sepasang netra sebiru langit cerah itu jadi salah tingkah dibuatnya. Sarada berdeham, berusaha menahan agar urat darahnya tidak melebar di bagian pipi, membuat efek pipinya merona merah.

"Bahan makanan di apartku habis, Bolt. Aku belum sempet belanja," jelasnya lagi. Membuat Boruto diam-diam tersenyum tipis mendengarnya.

"Mau di supermarket mana?" tanya Boruto, memberi persetujuan. Sarada mengulum bibirnya senang.

"OK Store aja, banyak diskon," beritahu Sarada, membuat Boruto membelokkan mobilnya. Tidak lama kemudian pria itu berbelok lagi dan memarkirkan mobil di depan supermarket.

Sarada membuka pintu, mendahului turun. Boruto mengekori Sarada, membiarkan Sarada mengambil troli dan langsung menuju kulkas pendingin yang berisi daging-daging segar.

"Ayam apa sapi, Bolt?" Sarada menunjuk daging yang ada di sterefoam. Boruto berdiri di sebelah Sarada, menaruh kedua tangannya di belakang punggung.

"Ambil aja semua."

"Tapi nanti boros, Bolt. Aku enggak ada duit," sergah Sarada, masih menimbang-nimbang mana yang mau ia beli. Capcipcup dulu, sepertinya.

Boruto mengambil-alih troli, membiarkan Sarada berjalan cepat memilih belanjaannya.

"Bolt, jagung pipil apa kentang?" Sarada lagi-lagi bertanya. Boruto mengikuti arah pandang Sarada, lalu melirik harga yang tertera di ujung kulkas.

"Ambil aja semua, Sarada." Boruto mulai lelah, Sarada melakukannya berulang kali.

"Tapi nanti 'kan boros ..." cicit Sarada, membuat Boruto menepuk dahinya pasrah.

"Terserah kamu aja, deh."

Melewati beberapa rak, Sarada kembali berhenti. Boruto hanya diam mengamati calon istri kontraknya yang tampak bingung mau membeli susu rasa apa.

"Bolt, enakan coklat apa vanila? Tapi stroberi juga enak. Eh, rasa pisang juga enak, Bolt. Enak yang mana?" Sarada kembali bertanya untuk ke tiga kali, membuat Boruto menghela napas panjang.

"Ambil aja semua, Sarada ..." Pasrah, Boruto memilih mengikuti kemauan Sarada saja. Gadis ini agak ribet, Boruto tidak suka hal yang ribet.

"Tapi nanti uangnya gimana, Bolt? Kalo enggak cukup, gimana?"

Sarada kembali bimbang, kotak susu vanila di tangan kanan dan susu coklat di tangan kiri. Boruto pasrah mendorong troli, mendecakkan lidah lalu langsung mengambil kotak susu yang Sarada pegang.

"Udah, ambil semua yang kamu mau. Cepet, saya yang bayar. Enggak usah ribet tanya ini-itu, pusing saya jadinya." Boruto menghela napas panjang, mengambil lagi kotak susu rasa pisang dan stroberi yang tadi Sarada sebutkan.

Unpredictable Marriage | BoruSaraHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin