13. Persiapan Pernikahan

1.3K 184 149
                                    

Persiapan pernikahan Boruto dan Sarada sudah hampir sembilan puluh persen. Souvenir sudah dipilih, undangan juga sudah dibagikan. Tinggal seminggu lagi menuju pernikahan. Sasuke meminta Sarada untuk tinggal di rumah alih-alih di apartemen, dengan alasan sebentar lagi Sarada menikah.

Sarada yang sedang mencuci piring setelah makan malam sayup-sayup mendengar suara pembicaraan kedua orangtuanya. Semenjak persiapan pernikahan, Sasuke memang lebih tenang ketimbang sebelum-sebelumnya. Sang ayah tidak banyak mempertanyakan tentang hubungannya dengan Boruto, paling Sasuke bertanya tentang persiapan pernikahannya saja. Hal-hal yang dibutuhkan, dan lainnya.

Sarada cukup senang dengan hal itu.

"Kamu harus relain anak kita nikah, Sasu. Ya masa kamu mau jadiin Sarada jomblo seumur hidup? Kasihan lah dia." Suara mamanya terdengar lembut. Sarada yang mendengar namanya disebut jadi tertarik nguping.

"Siapa yang bilang gitu? Aku 'kan cuma bilang pengen punya cucu tapi enggak pengen Sarada diambil orang, Saki."

"Kamu mau Sarada hamil di luar nikah? Udah bagus Sarada ada yang ngelamar, yang ngelamar juga orang baik-baik, reputasinya bagus. Coba lihat dari sisi Sarada, Sasu. Lagian dia 'kan tetep jadi anak kita walaupun dia menikah nanti." Sakura membujuk lembut Sasuke yang mematung sambil cemberut. Pria paruh baya itu mendengkus tak suka.

"Aku belum jadi ayah yang baik buat dia, Saki."

"Kamu bakal jadi ayah yang sangat jahat kalo kamu maksa Sarada buat sendirian seumur hidup padahal dia udah ada yang ngelamar, Sasuke." Sakura mengelus punggung suaminya lembut. Sakura tahu, Sasuke hanya belum bisa menerima kenyataan bahwa putrinya tumbuh dewasa begitu cepat.

"Tapi rasanya aku enggak bisa jadi ayah yang baik kalo dia menikah. Dia diambil orang. Apa suaminya bisa ngertiin dia dengan baik? Apa suaminya bisa nafkahin dia? Apa suaminya bisa--" Ucapan Sasuke terhenti saat Sakura menggelengkan kepala pelan sambil menatap Sasuke sendu.

"Jangan terlalu mikirin hal-hal yang belum terjadi, Sasuke. Sarada itu kuat, dia pasti bisa ngatasin semuanya."

"Saki, kalo suaminya Sarada enggak bisa nerima kebiasaan buruk Sarada, gimana? Sarada yang jarang mandi, jarang cukur bulu ketiak sampai lebat begitu. Sukanya malas-malasan, enggak suka bersih-bersih. Gimana kalo suaminya justru ngelakuin kekerasan sama dia, Saki? Aku enggak bisa--"

"Kamu enggak inget dulu kita awal-awal nikah gimana, hm?" potong Sakura. Sasuke menatap Sakura dengan mata berkaca-kaca. Sakura merengkuh bahu suaminya pelan.

Sakura tahu benar, Sasuke begitu menyayangi putrinya.

Sayangnya Sasuke sulit mengekspresikan emosinya dengan tepat.

Dan itu membuat Sarada seringkali salah paham dengan sang papa.

"Tapi kamu beda, Saki. Sarada itu masih kecil."

"Sarada udah gede, Sayang. Ayo percaya sama Sarada, dia udah dewasa. Dia bisa mengatasi masalahnya sendiri. Kita cukup mengawasi dan bantu kalo dia kesusahan. Ya?" Sakura merayu suaminya, mencoba memberi pengertian.

Sarada yang menguping dari balik dinding mengusap matanya yang basah berkaca-kaca. Tubuhnya berdesir aneh menyadari perasaan kedua orangtuanya. Sarada terisak pelan, berbalik menuju kamar tidurnya.

Maaf, Pa. Sarada belum bisa bahagiain Papa.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Unpredictable Marriage | BoruSaraWhere stories live. Discover now