fifteen

64 13 2
                                    

yayy! akhirnya up lagi.
udah ditinggal berapa lama nih?
so, let's read now!
vote comment-nya jangan sampe ketinggalan><
happy reading everyone.

***

"Bang, besok gua–"

"Iya, ntar gua kasih semangka yang banyak. Kurang baik apaan sih gua? Lo mau adek gua? Udah gua kasih, tinggal lo aja bisa apa ga. Bantu dapetin adek gua? Gua bantuin. Tenang deh sama gua mah, ganteng-ganteng gini, gua orang baik. Iya ga, Der?" Lucas menunjukkan cengiran songong khasnya.

Mereka sedang berada di warung pinggir sekolah, bukan hanya Lucas, Marc, dan Derry yang ada di warung itu. Ada Ajun, si muka tukang galau, tertekan, dan sebagainya. Padahal happy terus.

Ada juga Jendral, ketua OSIS yang jago apa aja. Kalo marah serem nih bos, apalagi kalo ngotot, keliatan semua urat beserta ototnya. Satu-satunyaa anak IPA diantara mereka.

Dan juga ada Felix, si yang ngikut-ngikut aja yang ke warung gara-gara diajak Marc.

Mereka tidak berada di sekolah karena masih acara siswa terpopuler.

Lucas yang menyarankan mereka berlima untuk pergi ke warung, mereka menyetujui saja saran Lucas karena memang itu kegiatan mereka saat acara setiap bulan yang diadakan sekolah.

Mereka berbincang-bincang kecil, tertawa, menyesap segelas kopi yang sudah mereka pesan, serta mendengarkan Jendral yang sedang memainkan gitarnya, sampai Lucas mengingatkan taruhan yang tadi sudah disetujui Lucas dan Marc.

"Ntar sore gua mau jalan sama Yuki. Ikut gua ntar." Lucas menepuk bahu Marc, Derry menatap mereka berdua dengan ekspresi antara tidak tahu dan terkejut tidak menyangka, "Apa-apaan nih? Yang diajak Marc doang nih? Kita-kita ga diajak? Males deh lama-lama sama lo." Derry mengerucutkan bibirnya berlagak ngambek.

"Bawa gandengan Der. Ga bawa gandengan mau ngapain Lo disana? Gigitin jari?" Lucas tertawa renyah.

"Kita? Lo aja kali. Males banget gua ngeliatin Lucas sama Yuki, berasa jadi nyamuk kalii." Ujar Jendral masih sambil memetik senar gitarnya. Felix yang mendengarkan Jendral pun menyaut, "Kok bisa jadi nyamuk? Lo kan manusia, Jendral."

Jendral menghentikan jarinya yang sedang memetik gitar lalu menghela napas, "Felix, maksud gua jadi nyamuk itu kita yang disana cuma ngeliatin Lucas sama Yuki mesra-mesraan, gitu aja ga tau."

"Bentar ya guys, gua mau telpon pacar gua dulu nih. Si buaya ga percaya." ucap Derry yang langsung mengutak-atik handphone-nya menelpon seseorang yang disebut-sebut pacarnya.

Tersambung.

Dan diangkat.

"Kenapa baby? Kangen aku? Kamu dimana, biar aku kesana." ucap seseorang diseberang sambungan sana.

"Aku lagi nongkrong nih di warung samping sekolah, ntar sore kita jalan mau ga? Kenapa kayaknya berisik banget ya?" balas Derry yang handphone-nya sudah diletakkan di meja supaya para orang-orang penasaran bisa mendengarnya.

"Bisa kok. Ngomongin suara kenapa berisik banget, soalnya temen aku nyalain sound system-nya gede banget tapi enak banget lho buat didenger, ga kalah enaknya sama suara kamu. Aku ke warung sekarang ya, sama temen aku juga. See you." orang tersebut langsung mematikan sambungannya.

Mendengar percakapan tadi, salah satu dari para orang-orang penasaran itu langsung berteriak kesal, "KENAPA LO GA NGOMONG KALO LO PUNYA PACAR?! DIEM-DIEM TERNYATA PACARAN. GA ASIK AH SAMA DERRY!!" Jendral berteriak sambil mengeluarkan segudang uratnya.

Derry yang melihat Jendral marah pun menyengir tidak bersalah lalu mengatakan bahwa Jendral jealous yang langsung dibantah oleh Jendral.

Lagian ngapain juga jeaolus yang padahal sebenarnya Jendral tinggal memilih siapa yang mau ia jadikan pacarnya. Tapi, Jendral tidak mau berpacaran karena yang terpenting bagi Jendral adalah masa depan yang cerah.

Lucas selaku sohibnya Derry yang paling sohib jelas marah karena Derry tidak bercerita sedikit pun. Perseteruan kecil terjadi diantara mereka berenam yang membuat pemilik warungnya pun kesal, mengatakan akan mengusir mereka jika mereka tidak kunjung diam.

Akhirnya mereka pun diam. Tak lama dari itu, ada dua orang gadis memakai seragam yang sama dengan seragam yang dikenakan mereka. Salah satu dari gadis itu adalah pacar Derry yang ternyata Lucas mengenalnya, dan satunya lagi adalah gadis yang pasti mereka berenam kenal.

"Kamu?" Lucas bertanya sambil menunjuk pacar Derry.

"Kalian saling kenal? By the way, Winter yang nemenin kamu kesini?" Derry bertanya pada Gigi.

Yap, kedua gadis itu adalah Winter dan Gigi. Winter, gadis yang pasti mereka berenam kenal dan Gigi, pacar si Derry.

Gigi bingung mau menjawab apa pertanyaan pertama yang diajukan Derry. Mau jawab yang sejujurnya, takut Derry malah marah. Bukan marah kepada Gigi melainkan kepada Lucas. Mau menjawab yang lainnya bingung mau menjawab apa.

Dalam waktu 7 detik akhirnya Gigi menemukan alasan yang tepat mengapa mereka berdua bisa saling kenal, dan tentunya alasan tersebut dibuat-buat senatural dan seapik mungkin agar Derry tidak curiga.

"Kemaren Kak Lucas bantuin aku ngambil buku di perpustakaan soalnya aku pendek jadi ga nyampe kebetulan Kak Lucas lewat, gitu aja kok." di dalam hati Gigi, ia benar-benar ragu apakah Derry dapat mempercayainya. Di samping itu, juga ada Marc yang menyaksikan langsung bagaimana Gigi dan Lucas bisa saling kenal.

Marc yang mau membuka mulut berniat menanggapi alasan Gigi entah mengapa mulutnya itu tertahan, tidak bisa dibuka, tak lama dari itu Lucas yang langsung menanggapi alasan Gigi dengan menyetujuinya.

"Pernah ke perpus? Ga percaya aku tuh kamu ke perpus."

"Harus percaya dong, masa iya aku boong."

***

"What the f*ck?! Gua ga salah denger kan?" Baru kali ini mendengar tanggapan Lea yang sepertinya mustahil keluar dari mulut Lea.

"Ya ampun Lea, ngomongnya dijaga. Masih sekolah kamu."

"Kumat deh bulolnya." Sindir Haekal.

Sebelum semuanya makin ribut, Rivi membuka suara demi kenyamanan dan ketenteraman kantin, walaupun hanya ada mereka berlima dan para penjual jajanan kantin, "Tolong diem! Ini ga kaya yang kalian pikirin, gua cuma ngajarin Leo caranya nyatain perasaan. Jadi, jangan pikir yang aneh-aneh. Ayo ke kelas aja."

Yang lainnya mengikuti Rivi ke kelas, Rivi yang berjalan sambil menggerutu, Haekal yang kepo bertanya-tanya kepada Leo, James dan Lea yang berjalan beriringan.

Tidak ada yang melihat, karena ada yang asyik sendiri dengan acaranya, ada yang pergi meninggalkan acara karena merasa bosan sampai-sampai mereka lupa keberadaan kantin yang padahal itu adalah tempat membolos paling menyenangkan bagi sebagian orang, salah satunya Lea.

***

.

bersambung

.

CWhere stories live. Discover now