sixteen

52 11 1
                                    

dor dor dor! apa kabar nih?
lama banget gasii updatenya?
maaf yaa..

"Mi, aku besok mau berangkat ya? Udah mendingan kok Mi. Masa iya baru balik ke Indo langsung break lagi?" dengan tatapan memohon, gadis itu meminta agar dirinya diperbolehkan berangkat sekolah.

"Kamu ga malu kalo masih ada perban di hidung seorang Shai?! Ga boleh dong sampe kelihatan sedikitpun cacat di keluarga Laurent. Pokoknya kamu ga boleh berangkat sampe hidung kamu bener-bener pulih." ada jeda yang diberikan sang Mami saat berbicara. Sangat disayangkan, tatapan memohon agar dirinya diperbolehkan berangkat sia-sia. "Mami ga mau tau, pokoknya curut yang bikin hidung kamu begini harus dihukum."

Ada perasaan senang dilubuk hati Shai, perasaan senang karena Lea akan dihukum, semoga saja itu benar-benar terjadi. Shai berdoa dalam hati agar Lea benar-benar dihukum bahkan dikeluarkan sekalian.

Tetapi Shai melupakan sesuatu, ia lupa bahwa sekolah itu mempunyai hubungan dengan keluarganya Lea, yang mungkin itu membuat Lea tidak bisa dikeluarkan.

Namun pasti ada kemungkinan, itu yang Shai katakan di dalam hatinya.

"Ngapain kamu diem aja? Masuk ke kamar dan istirahat sekarang." Pinta sang Mami.

***

Wanita paruh baya berjalan anggun di lorong sekolah berniat menemui seseorang diikuti dua bodyguard yang mengikuti di belakangnya.

Kebetulan orang yang mau ditemui sudah dilihatnya 10 meter dari jaraknya sekarang dia sedang berjalan, wanita itu tersenyum senang dan mempercepat tempo berjalannya.

"Bu Emma, kemarin batang hidung Shai patah karena Lea, apakah anda sudah mengetahui hal ini?" tanpa basa-basi wanita itu langsung to the point.

Bu Emma yang belum mengetahui hal tersebut heran dan memperlihatkan raut wajah kebingungan, "mohon maaf Bu Laurent, tapi saya tidak mengetahui hal ini sama sekali. Tidak ada yang memberitahukan saya tentang hal ini."

Laurent lalu berdecih, "sekolah apa ini? Hal begini saja tidak tahu. Pokoknya saya tidak mau tahu, Lea harus dihukum."

"Baik Bu Laurent, saya akan memberikan hukuman yang sepatutnya Lea dapatkan. Sekali lagi mohon maaf atas keteledoran saya." Bu Emma membungkuk 90° di depan Laurent.

Laurent langsung berjalan menuju pintu keluar yang kembali diikuti dua bodyguardnya lagi.

"Dasar Lea, bikin masalah terus." batin Bu Emma.

Setelah sekiranya Laurent sudah jauh, Bu Emma langsung berdiri dan melanjutkan langkahnya yang tadi mau mengajar.

***

"Parah Le. Mampus lu, nyokapnya Shai ngaduin ke Bu Emma. Bisa-bisa diskors lu Le." Rivi yang baru saja masuk kelas mengatakan hal itu dengan super heboh.

Siswa lain yang mendengar langsung menengok ke arah Lea, salah satu dari mereka berjalan menuju Lea, "lo ga salah kok, yang salah emang Shai duluan, gue bakal dukung lo, bahkan kita sekelas." ujarnya

Yang lain pun ikut, entah kenapa siswa kelas itu mendadak berbeda, menjadi lebih perhatian dari sebelumnya.

"Vi, lo kok kayaknya tau semua sih anjir. Gua aja yang masuk OSIS ga kayak lo."

"Padahal nendangnya cuma refleks doang kan ya, beb?" James berkata kepada Lea.

Haekal yang padahal sudah terbiasa dengan hal itu merasa enek, serasa mau mengeluarkan isi yang ada di dalam lambung melalui mulut, "Apaan bebeb-bebeb, ngaku-ngaku lo."

"Iri bilang bos, Lea-nya aja diem, lo mau gua panggil bebeb juga? Oke deh beb."

"Bangsat, jijik anying. Ngapain juga gua iri, hoek."

"Aduh Haekal, ucapan kamu dijaga ya, Bapak lagi lewat sini denger kamu ngomongnya kenceng banget jadi panas kuping Bapak. Jangan sampe malu-maluin kelas ini sama ekskul yang kamu ikutin, mana kamu anggota OSIS lagi, kalo sekolah sih kali aja ga bakalan laporin ini ke publik demi ngejaga nama baik sekolah. Ayo ikut Bapak ke lapangan sekalian sama kelas lain." Pak Doyok menasihati Haekal dengan panjang × lebar × tinggi.

Saat Pak Doyok menyuruh Haekal mengikutinya, Haekal langsung berjalan menuju Pak Doyok yang sudah menunggunya sekitar ±10 sekon.

***

"Ra, maafin gua ya. Kemaren gua ga dateng ke party lo, gua ada panggilan mendadak."

"Halah bilang aja ga mau dateng! Lo jalan-jalan sendiri kan bareng Jo sama Noel?! Leni bilang ke gue, ada fotonya juga. So, you can't deny it anymore." Laura terbawa emosi perkara Suca beserta si kembar itu tidak datang ke pestanya.

"Itu foto kapan?! Terakhir gua pergi sama mereka berdua pas gua milih baju buat pergi ke party lo! Leni cuma mau ngadu domba kita aja Ra. Lo tau sifat si Leni yang sukanya cuma nyebar fitnah kan?! Ga usah percaya sama omongannya Leni yang ga guna itu deh Ra. Leni juga pasti ga ngasih tau lebih spesifik tentang foto itu."

Kalau dipikir-pikir, benar juga apa yang dikatakan Suca. Leni memang suka mengadu domba orang agar ikatan pertemanan orang dengan orang lain putus.

Akhirnya Laura mempercayai apa yang dikatakan Suca, karena memang sangat masuk akal dibanding apa yang Leni tunjukkan.

"Oke gue maafin lo."

***

CHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin