eleven

76 23 12
                                    

"Eh Lea? Kangen gua ga? Kangen dong pasti sama saingan, iya kan?" Shai melontarkan ucapan sekaligus pertanyaan dengan sangat percaya diri ditemani kedua temannya itu.

Lea berdecih karena betapa percaya dirinya Shai melontarkan pertanyaan seperti itu ke Lea, "saingan?" Lea tertawa kecil, "saingan gua itu orang yang ngerjain tugas lo dari kelas sepuluh,"

Seketika Shai merasa bahwa ucapan Lea ada benarnya juga, karena memang benar Shai itu sebenarnya tidak pintar. Shai bisa masuk kelas XII IPA 2 itu karena Lia yang mengerjakan semua tugas Shai, tapi Shai yang tidak mau kalah mencari alasan, "walaupun peringkat lo ada diatas gua, tapi selisih nilai kita sedikit doang,"

Lagi-lagi Lea merasa geli akan apa yang diucapkan Shai, membicarakan peringkat dan nilai padahal peringkat dan nilai Shai itu sebenarnya milik Lia, "peringkat Lia kali, ga usah ngawur lo." Lea meninggalkan Shai dan temannya yang masih berdiri di depan pintu dan menuju tempat duduknya.

Shai kesal, karena Lea meninggalkannya begitu saja. Shai langsung mengejar Lea dan menjambak rambut pendek Lea. Saat rambut Lea dijambak, kebetulan James, Haekal dan Leo memasuki ruangan kelas.

Lea langsung menghantam wajah Shai dengan kepalan tangannya. Lubang hidung Shai mengeluarkan darah dan sepertinya batang hidung Shai patah, otomatis Shai langsung menyentuh lubang hidungnya dan menangis.

"Le, lo keren banget." sorak James yang disertai tepukan tangan dari Haekal, Leo dan yang lainnya. Bahkan Anara dan Siska pun ikut bertepuk tangan karena betapa beraninya Lea menghantam Shai yang baru kembali bersekolah.

Suara sorakan yang begitu meriah membuat mereka semua lupa bahwa seharusnya mereka sudah harus memulai pelajaran, padahal guru mereka sudah ada di dekat mereka dan ikut bersorak.

Suara sorakan yang begitu meriah membuat mereka semua lupa bahwa seharusnya mereka sudah harus memulai pelajaran, padahal guru mereka sudah ada di dekat mereka dan ikut bersorak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mmm... bagus ya, ada orang kesakitan malah disorakin," ucap Pak Doyok sambil bertepuk tangan dan melangkah menuju Lea dan Shai, semua orang yang ada di tempat hanya diam.

"Shai, kamu emang salah duluan. Orang Lea-nya mau duduk kamu malah main jambak-jambak aja, tapi Lea kamu ga boleh gitu ya," Pak Doyok menasihati Shai dan Lea dengan lembut bahkan sangat lembut, "temennya Shai sini, bawa Shai ke UKS terus lapor ke orang tuanya Shai."

"Pak, ga olahraga Pak? Kan kelas ini harusnya olahraga Pak," tanya Haekal sambil mengangkat tangan kanannya. Pak Doyok menoleh ke sumber suara yang masih ada di pintu, "ga dong, udah siang nih. Siapa suruh nyorakin temennya," ucap Pak Doyok sambil melihat jam tangannya.

"Kebetulan juga Theo-nya ada urusan, jadi ini olahraga-nya materi aja ya ga usah praktek. By the way kamu Haekal kan? Lho, kamu pindah kelas? Sejak kapan Kal? James juga ya? Itu di samping Haekal yang putih banget siapa tuh, kenalan dong. Haekal kok tambah item ya?" Pak Doyok menunjuk-nunjuk Leo yang berada di samping Haekal.

Leo menatap Haekal dahulu setelah Pak Doyok mengatakan bahwa kulit Haekal hitam, coklat maksudnya. Biasa orang-orang, kulit warnanya coklat malah dibilang hitam. Mungkin karena Haekal berdiri di samping Leo.

"Manggilnya jadi Theo nih Pak? Olahraganya praktek aja deh Pak, Bapak yang ngajar ga pa-pa. Paling cuma gitu-gitu doang."

"Saya Leo Pak. Pindahan dari SMA Suka Kamu."

"Suka saya? Ga boleh dong Leo, ga boleh. Itu James sekarang udah berani ngelawan kamu? Kalo yang ngajar praktek Bapak, nanti malah salah. Materi aja, cepet masuk semuanya. Yang kelas ini doang ya." Pak Doyok menggeleng-gelengkan kepalanya.

Murid kelas XII IPA 2 yang berada diluar segera masuk kelas dan duduk ke bangkunya masing-masing. Yang Kaum Hawa, mereka langsung semangat karena Pak Doyok tuh gantengnya ga ngira-ngira banget. Cewek mana coba yang ga bakal terdoyok-doyok?

Emang ganteng sih, tapi banyak bilang kalo namanya tidak pantas dengan wajah paripurnanya. Umurnya 27 tahun, kalo ngajar praktek olahraga tapi tidak ada Theo rasanya seperti kurang. Pak Doyok tuh salah satu guru yang tidak awkward sama muridnya.

Rata-rata perempuan yang mengikuti pelajaran Pak Doyok itu cuma buat melihat ketampanannya doang. Tapi ya, niat tidak niat, apapun tujuannya utamanya, belajar harus dijadiin nomor satu, kita harus giat belajar biar masa depan kita cerah. Secerah Pak Doyok.

30 menit berlalu, setelah Pak Doyok memberikan materi dan melemparkan pertanyaan satu persatu kepada murid. Kenapa cepet banget? Ya karena Pak Doyok cuma share materi melalui WhatsApp Group, lalu ketika Pak Doyok memberikan pertanyaan, mereka harus mencari sendiri jawabannya.

"Oke, udah jawab pertanyaan Bapak semua kan? Sekarang kalian bebas mau ngapain aja, mau bisik-bisik, mau teriak-teriak, mau nonton film, nonton drakor, mau liat saya juga boleh yang penting jangan berisik." Pak Doyok langsung fokus ke ponsel miliknya, tidak keluar kelas karena sebenarnya ini masih jam pelajaran miliknya.

"Lea-Lea-Lea-Lea," panggil James. Lea yang pusing mendengar suara James menengok ke belakang, "Apa?" Lea menjawab lalu kembali fokus ke ponselnya.

"Tadi lo keren banget tau. Btw Rivi ga berangkat Le?" James memberikan jempolnya.

"Biasa aja kali, ga usah dilebih-lebihin. Ga tau, tadi gua kira udah berangkat."

Brakk!

Suara pintu yang dibuka dengan kasar dan langsung menampakan sosok Rivi yang terlihat lelah. Semua penghuni kelas menoleh ke sumber suara, "Rivi? Kenapa baru berangkat?" tanya Pak Doyok yang baru menyadari bahwa salah satu bangku kosong, bahkan daftar absen saja tidak diisi.

"Maaf Pak, tadi bangunnya kesiangan."

Pak Doyok mengangguk-angguk, "emang gerbang sekolah ga ditutup?" tanya Pak Doyok kepada Rivi.

"Ga ditutup Pak, ga ada satpamnya juga. Jadi saya langsung masuk aja."

"Ya udah duduk di tempat kamu, pelajaran saya udah selesai dari tadi, kamunya telat jadi ga ngikutin jam pelajaran saya. Duduk, abis itu terserah mau ngapain. Mau bisik-bisik, mau teriak-teriak, mau nonton film, nonton drakor, mau liatin saya main HP juga boleh yang penting jangan berisik ya."

Pak Doyok tuh ya, tipe orang yang kalo sudah ngomong langsung panjang. Sudah menjadi khasnya Pak Doyok, suara Pak Doyok juga bagus banget, pokoknya sudah menjadi khansya Pak Doyok deh.

.

bersambung

.

kalian udah pada terdoyok-doyok belom nih?

CWhere stories live. Discover now