B.I.L.O.V.A (8)

373 93 47
                                    

Kedekatan yang terjalin antara Lovandra dan Pabio sudah berjalan hampir sebulan dan tentunya keluarga besar Pabio menerima Lovandra dengan baik. Seperti halnya pada malam ini, mereka mengadakan acara BBQ. Pabio yang sibuk dengan panggangan sedangkan Lovandra sibuk dengan menata minuman di atas meja.

"Bi, kamu beneran pacaran sama dia? " tanya Callista sambil menunjuk Lovandra dan Pabio membalas dengan anggukan.

"Emang udah move on dari Sheila? Bukannya kemarin kamu antar dia ke bandara ya?" timpal Callista kembali.

"Just for friend. Bukannya ini yang diinginkan mereka, aku berpacaran dengan perempuan lain".

"Aku tau tapi sepertinya kalian nyembunyiin sesuatu" Pabio menoleh dengan dahi yang berkerut ke Callista berharap cemas agar dia tidak mengetahuinya.

"Kamu terlalu berlebihan" jawab Pabio.

Lovandra sedang menata minuman dan piring diatas meja yang dibantu oleh Aracia walaupun Aracia masih berumur 4 tahun tapi ia mampu membawa piring tanpa jatuh sama sekali.

"Ante... ini alacia letak dimana" Lovandra mengambil alih piring yang dibawa gadis kecil itu.

"Ante alacia aus".

Lovandra gemas melihat tingkah anak kecil yang sedang duduk itu. "Dimana susu ara?".

"Disana ante" Aracia menunjuk meja yang berada dekat kolam renang. Lovandra berjalan mengambil susu itu lalu memberikannya ke Aracia.

Aracia yang sedang meminum susunya tiba-tiba saja tidak sengaja menumpahkan susunya hampir setengah botol sehingga rok yang dipakainya basah. Lovandra menggelengkan kepalanya dan gemas melihat kepolosan Aracia seperti memohon untuk tidak dimarahi. Lovandra lalu mengambil serbet di dapur namun ia melihat Pabio yang sedang menelepon seseorang sehingga Lovandra memilih bersembunyi dibalik tembok.

"Aku sedang sibuk Sheila nanti aku hubungi kamu" tuturnya lalu menutup panggilan.

Pabio keluar dari dapur dan sedikit terkejut melihat ada Lovandra. "Kamu ngapain disitu?".

"Ah.. ini mau ambil serbet tadi aracia numpahi susunya" ucap Lovandra lalu Pabio mengambil serbet yang terletak tidak jauh dari mereka.

"Bi, boleh tidak saat ada aku atau saat lagi kumpul keluarga kamu jangan komunikasi sama Sheila. Aku gak enak aja nanti kalau ketahuan Oma kamu masih komunikasi dengannya" pinta Lovandra.

Buset dah kenapa mulut ngomong gini. batinnya.

"Maaf, lain kali aku bakal hati-hati" balas Pabio dengan senyum tipisnya. Ada rasa senang di hati Lovandra atas perkataan Pabio tadi

Setelah acara BBQ selesai semua orang masuk ke dalam rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Lovandra yang sudah siap mencuci piring, gelas dan beberapa barang yang dipakai tadi padahal Oma sudah mengatakan biar bibik aja yang bersihin.

"Udah siap?" tanya Pabio lalu beranjak dari sofa.

"Udah".

"Oma aku antar Lovandra dulu ya udah malam soalnya".

"Iya hati-hati nanti main-main lagi kesini ya Lovandra" ucap Oma.

"Iya Oma justru aku senang kalau diizinin lagi main kesini".

"Tuh kan bi, Lovandra aja senang main kesini. Kamu banyak alasan kalau Oma minta ajak Lovandra kesini" ucap Oma pura-pura kesal. Pabio tertawa pelan melihat tingkah Omanya itu.

"Tante, Om Lovandra pamit pulang ya" ucapnya sambil menyalim kedua orang tua Pabio.

"Iya hati-hati ya sayang" balas Ibu Karin (Ibu Pabio).

"Hati-hati ngendarai mobilnya bi" teriak Ayahnya dari dalam rumah.

Di dalam mobil Lovandra sibuk berkutat dengan ponselnya karena tiba-tiba saja banyak pesan dan email masuk kepadanya. Pabio yang merasa diacuhkan dan mencoba mencari cara dengan sesekali melirik sembari pura-pura batuk akhirnya menghentikan mobilnya di depan kos Lovandra tapi Lovandra justru tidak mengetahuinya.

"Lagi ngapain sih sibuk amat" ucap Pabio sedikit mencodongkan tubuhnya mendekati Lovandra.

"Ini banyak banget masuk email dan chat di hp aku padahal ini kerjaan Tania kenapa jadi ke aku" gerutu Lovandra.

Entah dorongan darimana Pabio mendekatkan wajahnya sambil menatap wajah Lovandra lebih dekat. Satu hal yang ia sukai dari wajah Lovandra yaitu matanya. Iris mata yang berwarna coklat itu dengan bulu mata yang lentik mampu menghipnotis Pabio dalam sekejap. Ada sedikit debaran yang dirasakan Pabio saat ini juga.

"Lov"

"Hm"

"Lovandra"

"Iya bi"

"Lovandra Cisani"

"Kenapa bi?" balasnya lalu mendongak menatap Pabio dimana jarak mereka yang sangat dekat.

Pabio menatap mata cantik itu dan ia bisa melihat pantulan dirinya dari mata coklat itu. Shit, she is beautiful, batinnya.

Lovandra merasa wajah Pabio sangat dekat kepadanya. Ia dapat melihat bulu halus yang tumbuh di sekitar tulang rahangnya. Lovandra mengamati mulai dari mata lalu ke hidung dan bibirnya, tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Lovandra mencoba mengusir pikiran aneh yang muncul di benaknya. Ia menelan salivanya berharap debaran jantungnya tidak sampai kedengaran keluar.

"Apapun yang terjadi antara kita dalam 8 bulan kedepan aku bakal tanggung jawab" ucap Pabio lalu menjauhkan wajahnya.

Lovandra menghela nafas lega namun bingung dengan ucapan yang dikatakan Pabio barusan. Saat ia ingin menanyakan kembali, tiba-tiba saja kaca mobilnya diketuk oleh seseorang. Ia menoleh dan melihat Tania sedang berdiri disana.

"Ada apa?" tanya Lovandra

"Kunci kos" jawab Tania

"Kunci kos lo ya sama lo kok sama gue"

"Aduh kunci kos lo cepetan gue mau pipis" lalu Lovandra menyerahkan kuncinya

"Gue duluan" ucap Tania kepada kedua insan itu

Pabio berdehem sambil melonggarkan dasinya. "Kamu gak turun?"

"Ah iya.. ini mau turun" ucap Lovandra sedikit gelagapan.

"Hati-hati ya jangan ngebut bawa mobilnya" Lovandra lalu turun dari mobil dan menunggu di samping mobil Pabio. Pabio lalu membunyikan klakson mobilnya sebelum ia pergi darisana

"Mampus kenapa gue deg-degan " tuturnya sambil memegang dada kirinya.

"Aaaaaa Tania gue kenapaaa"


Jangan lupa klik ⭐️ Thank you 💕

B.I.L.O.V.A [END] ✅Where stories live. Discover now