B.I.L.O.V.A (25)

378 43 103
                                    

Ini lanjutannya dari part sebelumnya yaaaa

Pabio tiba di kosnya Lovandra. Ia sekarang berdiri di depan pintu kamarnya. Ia mengetuk dan menunggu hingga pintu dibukakan.

Cklek

Lovandra berdiri dengan memakai piyama bergambar tom and jerry. Pabio tersenyum melihat betapa gemasnya pacarnya sekarang.

"Apasih ganggu aja malam-malam!" tukasnya.

"Kamu udah janji kita bicara lagi saat pulang kerja."

"Aku ngantuk. Kamu pulang aja sana." ucap Lovandra.

Lovandra justru menutup pintu kamarnya. Ia sebenarnya belum mau bertemu dengannya. Saat ia menutupnya justru Pabio menahannya dengan kedua tangannya. Lovandra tidak mau kalah ia berusaha menutup pintu kamarnya tidak peduli jika nantinya terkena jari kekasihnya itu.

Sampai akhirnya, Lovandra mendorong keras pintu kamarnya sehingga Pabio terjatuh dan telapak tangannya sedikit lecet. Lovandra yang melihatnya merasa kasihan namun sayangnya rasa cemburunya lebih besar.

"Ayo. Kita duduk disitu dulu ya." Pabio menarik lembut tangan Lovandra.

"Kamu udah makan?" tanya Pabio saat mereka sudah duduk.

Lovandra melirik ke arah telapak tangannya Pabio. "Tangan kamu sini."

"Ah-- ini gak apa-apa."

Lovandra meraih tangan Pabio lalu melihat luka di telapak tangannya. "Ini luka, bentar aku ambil obat merah dulu."

Lovandra lalu mengambil kotak P3K dan kembali duduk bersama Pabio. Ia meneteskan obat merah ke luka itu dan meniupnya. Pabio meringis kecil.

"Kamu udah makan?" tanya Pabio lagi. Lovandra mengangguk.

"Maafin aku." ucap Pabio.

"Aku itu nunggui kamu sampai tengah malam, Bi. Jujur aku syok waktu Sheila kirim foto itu."

"Maaf gak kasih tau kamu duluan kalau aku ke apartnya Sheila. Kintan hubungi aku saat Sheila mencoba melukai dirinya dan tanpa pikir panjang aku langsung kesana. Hingga akhirnya, Sheila nawari aku minum dulu setelah itu aku gak ingat apa-apa. Aku terbangun bersama dengannya." jelas Pabio.

"Dia kasih kamu obat tidur. Tapi kenapa?"

"Kintan bilang dia mengidap skizofrenia. Tapi aku gak tau kenapa dia ngelakuin itu. Soal foto yang dikirim ke kamu disaat aku gak sadar itu semua rekayasa Sheila juga."

Pabio menggengam tangan Lovandra lalu meletakkannya di dada kirinya. "Kamu bisa rasain kan? Ini akan selalu berdetak cepat jika di dekat kamu."

"Kamu tau, Lov. Saat kamu usir dan gak anggap aku selama satu hari ini aku rasanya seperti anak hilang. Aku sampai nelfon Callista minta pertolongan."

Lovandra mengernyit bingung. "Untuk apa?"

"Minta pendapat dia aja." jawabnya.

"Maaf ya. Maafin aku." ucap Pabio lagi.

Lovandra membuang nafasnya dan memalingkan wajahnya. Pabio lalu menyentuh dagu Lovandra sehingga Lovandra dapat kembali melihatnya.

B.I.L.O.V.A [END] ✅Where stories live. Discover now