"Eh, gue punya hot news."

Manda berhenti tertawa, dia menghapus sudut matanya yang berair. "Apaan? Perusahaa Ayah gue bangkrut?"

"Bukan!" Nazwa menggeleng, suaranya hampir memekik, tapi tertahan saat Manda menatapnya tajam. "Itu loh, ada murid baru."

"Oh." Manda menganggukkan kepalanya tampak tak peduli.

"Cowok. Ganteng." Nazwa antusias, berbanding terbalik dengan Manda yang mulai kelihatan tak berminat membahas obrolan ini. "Yaelah, kirain apaan. Kalo seganteng Thomas Brodie-Sangster sih gue maju paling depan dah. Gue gebet langsung."

Nazwa, cewek itu memutar bola mata malas saat Manda menanggapi perkataanya tidak serius. "Thomas and his friends lo mah." Manda tertawa, begitu juga Nazwa. Tapi percakapan mereka harus terhenti saat Pak Ridwan -Guru mata pelajaran Biologi-memasuki kelas.

---

Seorang cowok berperawakan tinggi berjalan menyusuri koridor SMA Global dengan dikelilingi berbagai macam tatapan dari jendela kelas. Di depannya, berdiri Pak Eman -Guru piket saat itu--- yang menuntunnya menuju kelas.

Namanya, Arkana Adhyatsa Raihan. Cowok pindahan dari SMA Nusa ini memang memiliki wajah karismatik hingga dikagumi banyak siswi perempuan di sekolahnya dulu.

Arka masih berjalan dengan pandangan lurus ke depan, berusaha mengabaikan tatapan yang begitu mengganggunya sejak pertama kali cowok itu memasuki sekolah ini. Alasannya pindah sekolah sederhana, Raihan -Ayahnya-tak menyukai pergaulannya yang begitu bebas di sekolahnya dulu. Jadi, cowok itu mau tak mau menerima perintah Ayahnya. Toh, tak masalah juga. Selama masih di kawasan Jakarta, tak ada yang harus diperdebatkan.
Arka melangkah memasuki kelas barunya saat dirinya dipanggil oleh guru yang mengajar di dalam. Pak Eman sempat menemaninya, tapi setelah itu pergi karena ada urusan. Mata cowok itu menatap mengamati seisi kelas dan wajah-wajah baru di depannya. Agak asing memang, tapi cepat atau lambat dia harus beradaptasi.

"Nama saya Arkana Adhyatsa Raihan, biasa dipanggil Arka. Murid pindahan dari SMA Nusa."

"Hai, Arka." Sambutannya mungkin ramah, membuat Arka mau tak mau tersenyum. Cowok itu merasakan orang-orang di sini mungkin bersahabat dan tak terlalu kaku.

"Oke, kalo mau tanya-tanya nanti aja saat jam istirahat. Arka, silahkan duduk di kursi yang kosong." Arka mengangguk menuruti perintah Pak Dasuki -Yang dia ketahui dari Pak Eman sebagai guru Fisikanya--.

Arka, cowok itu memilih kursi kosong di samping murid laki-laki yang berada di barisan dekat pintu nomor tiga.

"Adam." Mendengar suara di sampingnya, Arka lantas menoleh. Dilihatnya anak laki-laki itu yang mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya. Tanpa pikir panjang, Arka membalasnya. "Arka."

---

Bel istirahat baru berbunyi. Murid-murid yang sedang serius memperhatikan -sebenarnya tidak juga-mulai berteriak histeris dan secepat kilat membereskan peralatan tulis mereka, setelah itu ngacir ke kantin. Semua murid XI-D meninggalkan kelas mereka kecuali Arka.
Cowok itu memilih duduk di tempatnya sambil memainkan ponsel. Sejak tadi, dia memang belum merasa lapar. Mungkin efek dari sarapan yang diberikan Sandra -Bundanya-yang begitu banyak tadi pagi hingga belum menimbulkan rasa lapar sampai saat ini.

Arka terus memainkan ponselnya. Hanya untuk melihat apakah ada pesan masuk dari Sandra yang menanyakan tentang perkenalan pertamanya sebagai murid baru, atau dari teman-teman di sekolahnya dulu yang menanyakan tentang sekolah barunya.

Kepala cowok itu tertunduk karena letak ponselnya yang berada tepat di atas pahanya. Suasana kelas yang hening begitu disukainya hingga tak menyadari kalau ada seorang cewek yang berdiri di ambang pintu. Matanya sempat berkeliling menatap seisi kelas lalu berhenti di satu titik. Tatapannya berhenti pada Arka yang mendunduk tampak khidmat memainkan ponselnya.

ALLAMANDA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now