"HEI BODOH! TENANGKAN ANAK CACAT MU! TELINGAKU PENGAK MENDENGAR SUARA NYA!"

      Bella terkejut mendengar sentakan Daniel. Saking miris nya Bella memikirkan hidup nya yang hancur, hingga ia tidak mendengar suara tangisan anak nya.

      "M-maaf Niel. Aku akan menenangkan nya." Bella langsung menggendong Bee dan menenangkan nya.

      "Setelah selesai, temu aku dikamarku!" kata Daniel datar.

     Kamar Bella berada di paling pojokan, kamar nya yang begitu kecil dan lusuh, bahkan mungkin lebih cocok untuk tempat anjing. Sedangkan kamar Daniel begitu nyaman, mulai dari ada nya Ac, televisi, ranjang king size dan fasilitas seperti hotel bintang 5.

     Bella memandang kosong kearah pintu setelah Daniel pergi. Benar dugaanya, hidup nya kini semakin menderita. Bahkan Alex juga ikut serta dalam menyiksa dirinya.

     Tapi Bella bersyukur, setidak nya anak nya tidak ikut di siksa. Sudah cukup Bee menderita karena kaki nya yang tidak tumbuh secara normal, biarkan semua siksaan dari Daniel, dirinya lah yang menanggung.

     Bella mengambil mainan Bee yang dibelikan Ervan, dalam dalam saku celana nya, ukuran mainan nya begitu kecil, hingga cukup saku celana untuk menampungnya. Bee bertepuk tangan senang, mendengar suara mainan, saat Bella menggerakan mainan itu.

     "Terus lah tersenyum cantik nya Mama. Biar Mama yang menangis, Bee gaboleh menangis."

_______

[BELLA POV]

    Dengan langkah perlahan, aku mendekati sosok Daniel yang saat ini duduk di atas kursi roda menghadap luar.

     "Kau sudah selesai?" tanya Daniel padaku dengan senyum sumringah. Aku tertegun sejenak, kenapa tiba-tiba Daniel tersenyum seperti itu padaku?

     "I-iya sudah selesai. Bee sudah tidur." jujur aku sangat ketakutan. Sikap Daniel tak mudah ditebak, aku takut sikap ramah nya hanya untuk mengelabuhi ku. Seperti kejadian nasi busuk yang kumakan beberapa minggu yang lalu.

     Daniel menekan tombol kursi roda nya. Dia mendekati ku. "Tolong buatkan makanan, tapi bantu aku pindah ke ranjang terlebih dahulu. Punggung ku terasa sakit, karena terlalu banyak duduk."

     Aku sungguh tak percaya dengan perubahan Daniel. "K-kau tidak baik-baik saja kan?" tanya ku.

     "Iya aku baik-baik saja. Apakah boleh aku meminta bantuan padamu?"

     Aku tersenyum simpul. Aku mengangguk menyetujui permintaan Daniel. Ku dorong kursi roda Daniel mendekati ranjang, kemudian aku memapah nya agar ia bisa rebahan di atas ranjang.

     "A-aku akan buatkan makan dulu."

     "Kau bisa masak?" tanya Daniel.

      Aku menunduk malu. "T-tidak terlalu, tapi aku b-bisa jika hanya membuat omlete."

     "Baiklah, tidak papa. Buatkan aku omlete." jawab Daniel.

     Aku mengangguk, kemudian keluar menuju dapur. Di dapur, aku mulai dengan membuka kulkas. Aku tidak menyangka, bahwa semua bahan telah lengkap.

     Aku mengambil satu telur untuk ku masak menjadi omlete. Beberapa menit kemudian, akhirnya omlete sudah jadi. Aku menambahkan dua centong nasi dan saos.

DESTROYEDWhere stories live. Discover now