34. Evilest Evil of All Time

Začít od začátku
                                    

"You stole my role!!!" kesal gue. "It was supposed to be me who kills him!" emosi gue sambil nunjuk Nishimura Tsai.

"Gue gak tahan denger suara dia okay! And i'm sorry!" belanya.

"Lo tau seberapa gilanya gue cuma buat nunggu peran itu? Lo brengsek ya!?"

"Gua hanya mencoba meringankan dosa lu, Rui." alasannya. "Lagian, mengapa kamu ingin melakukan dosa?"

"Karna gue manusia dan lo iblis, ngapain tanya-tanya." jawab gue gak santai. "Sekarang, hidupin dia lagi!"

Yoshi menghela nafasnya. "I'm sorry. Gua gak sengaja, abisnya udah tua banyak omong banget. Panas tau ini kuping gua dengerin dia tiap hari. Ada waktu itu kepala dia bener-bener pengen gua tebas tapiㅡ"

Gak peduli dengan ocehan Yoshi, gue langsung cemberut dan langsung nangis. Bener-bener sedih. Bayangin, all this shit gue lalui supaya gue bisa ngebunuh Nishimura Tsai dengan tangan gue. Gue gak akan pernah ngelupain fakta kalo dia yang ngebunuh mama gue.

Dan ternyata, liat kan, malah Yoshi yang melesatkan pelurunya ke si tua bangka itu. Gimana gue gak kesel coba?!

"Is everything in control?"

Gue ngelirik ke lantai dua dan ngelihat Yuta berpangku siku di tralis dan merhatiin keadaan di lantai satu sambil megang gelas wine yang isinya sisa 1/4.

Ya, tepat, semua yang terjadi belakangan ini adalah rencana Yuta buat ngebunuh Nishimura Tsai dengan cara yang cerdik. Semua terlibat, gue, Yuta, Yoshi, Papanya, atau bahkan Giselle dan Nako. Walaupun Giselle dan Nako gak ngambil banyak peran, tapi tetap aja, mereka adalah aktris di panggung theater yang Yuta buat.

Do you think i'm kidding when i said Yuta thinks like a god? He's fatale. Kalo gue bisa nunjuk the evilest evil of all time, jelas gue bakal langsung nunjuk Yuta. He drew the line for us. Dia menggambar garisnya dengan sempurna dan kita lah yang mewarnai bagian dalam garis itu.

And, say hello to heaven a.k.a say hello to me because i am the main actress.

Kadang memang memuakkan karna gue harus pura-pura nangis dan harus berakting secara pikiran dan emosional supaya semuanya terlihat natural, but ya, we did it. Walaupun Yoshi nyuri peran yang udah gue nanti-nantikan dan gue mimpi-mimpikan, yaitu ngebunuh Nishimura Tsai. Huh, si kunyuk Yoshinori!

Okay, kembali ke gue yang nangis karna peran gue dicuri Yoshi. Gue naik ke lantai dua dengan kaki yang gue hentakan sebal. Sampainya di sana, gue langsung meluk Yuta dan nangis di dadanya.

Sumpah gue sedih banget. Kayak, hello? Gue udah nunggu-nunggu peran itu dan dengan brengseknya Yoshi curi. Yang Nishimura bunuh adalah mama gue, bukan mama Yoshi, jelas gue lebih punya hak untuk nyabut nyawa Nishimura daripada Yoshi!

"He took my role!!!" lapor gue.

Yuta meluk badan gue dengan sebelah tangannya karna tangan lainnya megang gelas. Dia ngelus punggung gue dengan lembut.

"She's been waiting for that role, Yoshinori. That's rude the way you stole it." kata Yuta ke Yoshi dari lantai dua.

"I said i'm sorry! Okay! I am sorry!" balas Yoshi dengan pasrah.

Gue ngelepas pelukan dan dari lantai dua ngelihat badan Nishimura Tsai yang lagi sekarat. Kayaknya Yoshi mau nembak jantungnya tapi malah meleset ke leher, ngebuat lehernya ngeluarin banyak darah. I could've done better!

"Belum mati kok dianya..." cerutu sendu gue. Gue noleh ke Yuta. "Boleh aku tembak sekali lagi ya?"

Yuta ngerutin alisnya, dia nyapu air mata di sebelah pipi gue. "No, Honey. Gak ada orang bunuh diri yang nembakin dua peluru ke badannya kan?" jelas Yuta dengan lembut.

Guns & Yuta ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat