|❈| 09. The Girl Got an Explanation |❈|

120 35 63
                                    

❈Part 09❈

HAPPY READING READERS♡ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kini Rania dan Loz sedang berhadapan dan saling menatap. Loz tidak tahu harus bilang apa, rasanya ia masih belum ada persiapan sama sekali untuk menjelaskan keponakannya itu.

~❦~

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada paman?" tanya Rania lagi untuk memastikan pamannya.

"Tidak Rania, paman tidak apa - apa. Apa kau mau makan siang? Makanannya sudah siap," jawab Loz.

"Ah iya Rania mau makan, tapi sebelum itu Rania mau membuang susu kotak yang sudah habis ini."

"Baiklah, Rania jika mau bisa ambil susu kotak lagi di kulkas. Di kulkas masih ada banyak."

"Baik paman."

Rania segera menuju ke tempat sampah untuk memasukkan susu kotak yang sudah kosong isinya itu. Lalu ia segera pergi ke meja makan dan makan bersama dengan pamannya.

Saat mereka sedang makan, suasana serasa hening. Hanya ada suara kecapan Rania dan suara piring, sendok dan garpu yang bertautan, sehingga suaranya seperti memenuhi ruangan itu.

Apa yang ada dipikiran Loz dan Rania saat makan sungguh sangat berbeda. Rania hanya memikirkan susu kotak apa yang setelah ini ia harus ambil, sedangkan Loz memikirkan bagaimana menjelaskan kepada ponakannya yang masih berumur 11 tahun itu.

Akhirnya setelah serasa cukup akan pemikiran Loz, ia segera mengucapkan yang ia sudah 'rangkai' itu sebelum Rania sudah menghabiskan makanannya.

"Rania, paman ingin berbicara sesuatu," permulaan Loz kepada Rania.

"Ada apa paman?" tanya Rania sembari menatap Loz.

"Begini, surat yang kamu beri kepada paman tadi adalah surat dari Bibi Dine. Di dalam surat itu Bibi Dine ingin kau tinggal tetap di Kerajaan Caberyn. Jadi, apakah kau bersedia?"

Rania sontak terkejut mendengar ucapan pamannya. Ia baru saja 1 minggu lebih tinggal di rumah pamannya. Kini ia harus pindah lagi dengan tinggal tetap di kerajaan? Belum lagi Rania menyadari bahwa ia adalah orang yang tidak pantas menjadi 'putri yang baik'.

Rania langsung menggeleng lalu segera menghabiskan makanannya dan pergi ke kamarnya. Pikiran tentang susu apa yang ia mau ambil itu seolah hilang dari pemikirannya. Di pikirannya sekarang hanyalah pertanyaan apa maksud Bibi Dine?

"Sudah kuduga akan jadi seperti ini," gumam Loz.

Loz yang masih berada di meja makan segera menghabiskan makanannya. Ia menyesal karena dia ini tidak bisa membujuk orang dengan benar. Setelah makanannya sudah habis, ia segera beranjak pergi ke kamar Rania.

(Tok tok tok)

Loz mengetuk pintu kamar Rania. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar. Loz pun mencoba membuka kamar Rania, di lihatnyalah Rania sedang duduk di lantai sambil menutup kepalanya dengan kedua tangannya.

Loz segera mendekati Rania lalu memeluk Rania. Loz bisa merasakan getaran yang berada di bahu Rania, itu tanda Rania gelisah. Merasakan itu, Loz berusaha menenangkan Rania.

"Rania, paman tidak memaksa untuk tinggal tetap di kerajaan Bibi Dine. Tapi Bibi Dine sendiri yang menyuruhmu. Apa kau tidak mau?" tanya Loz yang masih memeluk Rania.

"R-rania sebenarnya takut jika disana nanti Rania tidak bisa menjadi 'putri yang baik'. Bagaimana jika nanti Rania merepotkan Bibi Dine dan keluarganya? Daripada begitu, Rania tinggal bersama Paman Loz lagi saja. Lagipula Rania nyaman kok tinggal bersama Paman Loz," jawab Rania dengan sedikit gelisah.

"Rania, paman percaya padamu kalau kau anak yang baik. Paman percaya pasti kau tidak merepotkan bagi Bibi Dine dan keluarganya. Rania pasti bisa menjadi 'putri yang baik'. Jadi jangan takut oke?"

Rania sudah menganggap pamannya seperti ayahnya sendiri. Jadi ketika pamannya itu percaya kepada Rania dan menguatkan Rania, seolah di jiwa Rania menjadi kuat dan Rania menjadi yakin bahwa ia bisa tinggal tetap di kerajaan Bibi Dine.

"Baiklah paman, terimakasih atas kepercayaan paman. Kapan Rania akan pergi?"

"Bibi Dine tidak suka pergi malam, jadi besok pagi kau harus sudah siap!"

"Baiklah."

Loz yang mendengar itu langsung menarik kata - katanya tadi yang sempat menyesal karena tak bisa membujuk ponakannya itu. Ia rupanya telah berhasil membujuk Rania meski ia disaat itu juga harus segera berpisah kepada Rania.

"Tak apa jika besok pagi aku harus berpisah dengan Rania. Ini sama seperti aku berpisah dengan Valenna dan Elenne. Kau akan sendirian lagi Lozuise," batin Loz yang diakhiri dengan tersenyum tipis.

***

(Part 09 done!) Don't forget to vote and follow, guys!

~❈~

Cadarania's Secret Power [HIATUS]Where stories live. Discover now