Rongsokan bertahta emas

Start from the beginning
                                    

Awan mendung bergemuruh hujan tiba-tiba turun. Semuanya mencari tempat berteduh, masih belum sadar juga Bian melanjutkan aksinya.

Targetnya kali ini untuk para mahasiswa semester 4 khususnya anak fakultas tehnik.

"Eh kamu dari mana? Cantik banget sih! Jangan make tas warna biru dong!" kata Bian.

"Emang kenapa?" tanya perempuan itu.

"Nambah cantik soalnya!" gombal Bian.

"Kamu mah gitu!! Aku baper nih?" ucap perempuan itu.

"Yaudah, eh ada bahan buat kelas nanti ga? Aku minta ya!" rayu Bian.

Keberhasilan kali ini perlu mendapat apresiasi, karena terlalu cerdik Bian selalu menang dari para gadis.

Memanfaatkan rayuan manis lalu meninggalkan sesuka hati, kelas Bian dimulai dan mereka masuk. Sementara Elin yang masih kosong hanya melongo melihat kejadian barusan.

Fika yang masih polos belum mengerti tentang Elin, pertemanan mereka akan terjalin erat dengan memakan cukup banyak waktu.

"Yah El, maaf ya gue ada kelas nih!" ucap Fika lalu pergi.

Beberapa menit setelah itu ada notifikasi masuk.

Resah mulai menghampiri Elin, seperti pertanda buruk untuk kedepannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Resah mulai menghampiri Elin, seperti pertanda buruk untuk kedepannya. Raga seolah meminta untuk mundur tapi hati masih penasaran dengan sosok yang baru datang, sedikit kesal Elin menutup ponselnya dan tidak menghiraukan chat yang masuk.

Beberapa teman berkumpul didepan ruang kelas seperti biasanya, beberapa jam suram bagi sebagian orang akan di mulai.

Sorak gembira dari mahasiswa ambis ini, baginya sekarang adalah waktu emas. Elin duduk dibarisan kedua di depan dosen, ia mencatat semua materi di buku lucunya.

Semua perlengkapan yang di bawa mencerminkan bahwa ia adalah mahasiswa ambis, lain hal dengan bangku bagian belakang. Dunia mereka sudah berbeda, fokus hilang dan ada sebagian yang bengong sambil memandang jendela.

Rumor yang berkembang adalah 'jangan pernah mau jika harus berurusan dengan mahasiswa fakultas tehnik apalagi yang sudah di semester akhir.' tapi yang namanya rumor tetaplah rumor.

Belum tentu benar dan belum tentu salah, tapi bukan hal yang buruk mempercayai rumor.

Karena Elin masih baru di sini, pikirannya masih polos. Apakah ia akan mencicipi bumbu percintaan di kampus? Hal bodoh jika sudah menyangkut tentang cinta.

Padahal masih semester 1 tapi sudah memikirkan hal manis yang terjadi tanpa memikirkan ternyata adalah kepahitan.

Pulpen women bercelana pendek dan note biru berjejer rapi, kebiasaannya adalah menggigit kuku atau tutup pulpen. Padahal yang ia punya sekarang merupakan hasil pencarian potongan harga.

KEMBALI SMP (END)Where stories live. Discover now