day to be day

1.1K 157 99
                                    

Ospek berakhir tanpa ada yang Elin mengerti tapi yang telah dinanti akan segera tiba, ya hari pertama belajar. Mahasiswa ini sudah gila akan ilmu baru, ilmu adalah sesuatu yang perlu dicari dan pasti akan berguna kedepannya.

Suatu karena pagi ini haru pertama, Elin berlari menuju kampus. Elektroself sebutan untuk kelasnya, dosen pembimbing memberikan nama itu tapi mahasiswa yang lain tidak ada yang mengerti maksudnya.

Kelas begitu ramai dan terasa canggung karena mahasiswa yang lain belum saling mengenal. Saat sudah berada di kelas Elin seperti anak kucing yang kehilangan induknya, berdiam diri tanpa ada satupun orang yang ia kenal.

Fika teman pertamanya bukan mahasiswa psikologi, jadi untuk kedepannya mereka tidak akan bertemu. Elin mulai memberanikan diri, ia menegur orang yang duduk tepat didepannya.

"H-hai!" sapa Elin sambil tersenyum.

"Eh, hai juga!" jawab orang itu bingung.

"Kenalin gue Elin Zyian! Maba asal Jakarta," ucap Elin sedikit canggung.

"Gue Dewi Sekar Arumi! Maba asal Klaten," jawabnya dengan begitu ramah.

Satu lagi daftar teman baru, sedikit tapi beberapa saat lagi akan bertambah. Pak Suryo dosen yang terkenal akan sifatnya yang ramah dan ga pelit akan nilai, kata beberapa alumni dosen ini biasanya memberikan beberapa trik jitu lulus.

5 menit pertama masih tenang dan rasa penasaran Elin mulai timbul.
Pak Suryo menjelaskan dengan bahasa Jawa tentu saja Elin tidak mengerti. Tapi tenang sekarang sudah ada teknologi penerjemah bahasa jadi Elin harus bolak-balik membuka ponselnya untuk mengartikan perkataan Pak Suryo.

Mengantuk dan suntik harus tertahankan, Elin teringat hari ini akan belanja bulanan untuk menghemat pengeluaran.
Setelah mapel selesai Dewi menghampiri Elin yang sudah berada di kantin, cacing diperutnya sudah merengek.

Bukan lagi anak sekolah dan harus menjaga sikap, mereka memesan satu porsi soto ayam lengkap dengan sate-satean. Tanpa dugaan Bian duduk tidak jauh dari mereka, bersama perempuan dan sedang asik bercanda.

Mood Elin seketika hilang, antara kesal bercampur lapar ia menghabiskan sisa makan yang tersisa. Dewi bingung apa yang terjadi dengan temannya itu karena mereka baru beberapa jam berkenalan dan Dewi tidak begitu paham akan Elin.

"Lah ngapa nih anak? Seh gila nambah lagi dia!" batin Dewi.

Buaya ini sekarang sedang melancarkan aksinya, tidak sadar diri padahal ia sudah punya pacar tapi masih berani mendekat mahasiswa lain. Terkadang wajah dan umur memang tidak sama, laki-laki itu terlalu percaya diri.

Elin belum berniat untuk bangkit dari tempat duduknya, ia sedikit penasaran tentang Bian. Padahal beberapa hari yang lalu buaya itu dengan berani meminta nomor WhatsAppnya.

"Dih najis!" pekik Elin kesal sambil melihat kearah mereka.

Buaya itu memberikan kata-kata manis yang begitu murah, Elin yang mendengar dengan suara yang samar sampai ingin muntah mendengarnya.

"Lo kenapa lin? Kalo ada yang lucu cerita gitu," kata Dewi sambil mencari hal yang lucu disekitar.

"Engga Wi," jawab Elin.

Bosan menjadi nyamuk, lebih baik Elin masuk ke dalam kelas karena sudah ada jam yang lain. Sebelum pergi ia melirik sinis ke arah Bian untuk sekedar memastikan, sadar atau tidak Elin sedikit cemburu.

"Hah? Mampus gebetan gue liat!" batin Bian yang panik.

"Eh maaf ya, gue ada kelas nih!" kata Bian langsung pergi.

KEMBALI SMP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang